Cara Menasihati Anak yang Terindikasi L6bt
Sementara hal yang paling baik adalah menyadari itu bukan kodrat, menyadari bahwa Allah tidak akan membebankan pada hambanya perkara-perkara maksiat, lalu dia berusaha melatih dirinya untuk menjadi normal
Karena semua itu bisa dilatih
______________________________
Oleh Ustaz Felix Siauw
KUNTUMCAHAYA.com, TSAQAFAH - "Punya murid L6bt bagaimana cara kita mengajarnya? kan saya guru matematika," ujar seseorang yang bertanya pada Ustaz Felix Siauw.
"Jangan salah bapak guru matematika, para ahli barat mengatakan, "God must be mathematician" (Tuhan pasti ahli matematika). Mengapa? karena di seluruh dunia ini semua teratur dan berpola dan polanya pola matematika. Biasanya orang matematika lebih banyak yang bisa menyadari keberadaan Tuhan dibandingkan dengan orang yang tidak belajar matematika. Kalau belajar matematikanya benar," ungkap Ustaz Felix Siauw dalam channel youtube miliknya.
Maksud dari kalimat di atas adalah orang yang berpikir, lebih dekat dengan Allah, berarti guru matematika itu tidak menghalangi untuk berdakwah.
Bagaimana kita berdakwah pada orang yang terindikasi L6bt?
"Formulanya adalah bukan orangnya yang kita benci, yang kita benci adalah aktivitasnya, maksiatnya bukan orang yang bermaksiat," tuturnya.
Selanjutnya ustaz Felix menjelaskan, minimal kalau orang sudah tahu dia punya kecenderungan dengan orang sesama jenis, dia simpan itu dalam dirinya sendiri. Cara pandangnya adalah, taruhlah itu dianggap kodrat atau wajar atau normal suka dengan sesama jenis, walaupun tidak seperti itu, tapi melakukan itu tetap pilihan.
"Contoh saya normal saya suka sama perempuan tetapi kenormalan saya suka perempuan apakah membuat saya suka pada semua wanita dan saya ajak berzina?" tegasnya.
Rasa itu berbeda dengan perbuatan, jika seseorang suka dengan sesama jenis, yang paling parah dia tidak menikah. Misalnya seorang laki-laki suka dengan laki-laki. Separah-parahnya, jika ia ingin menahan hasratnya, dia tidak akan menikah. Berarti dia tidak melakukan maksiat. Karena dia tahu, bahwa dia salah tapi masih belum bisa membuat dirinya suka pada perempuan (bersikap normal). Oleh sebab itu dia tidak melakukan aktivitas-aktivitas yang salah.
"Karena kata Rasulullah saw. niat jelek itu tidak dihitung, yang dihitung adalah berbuat jelek. Saya melihat cewek cantik, saya ingin berzina dengan cewek cantik itu, dosakah saya? Yang dihitung adalah perbuatan dosanya dan saya berusaha menahan itu," jelasnya.
Selanjutnya Ustaz Felix menjelaskan bahwa, hal yang paling buruk berkaitan dengan masalah ini adalah jika seseorang yang dia tahu dia suka pada sesama jenis, dia tahu itu salah tapi dia tidak melakukan aktivitasnya dan tidak melakukan pembenaran, dia tidak mewajar-wajarkan bahwa dia salah, tetapi dia juga tidak bisa berubah normal.
Sementara hal yang paling baik adalah menyadari itu bukan kodrat, menyadari bahwa Allah tidak akan membebankan pada hambanya perkara-perkara maksiat, lalu dia berusaha melatih dirinya untuk menjadi normal. Karena semua itu bisa dilatih.
Hanya saja, perlu diperhatikan bahwa sejantan-jantannya laki-laki, ada laki-laki yang bersikap feminis, bahkan sifat feminisnya cenderung mendominasi. Sebab tidak semua laki-laki hormon testosteronnya tinggi atau estrogennya rendah. Akan tetapi yang namanya laki-laki tetap laki-laki dan perempuan tetap perempuan. Setidaknya dia tidak melakukan hubungan-hubungan yang salah.
"Kalaupun dia punya rasa, dia harus menekan itu. Kalau punya rasa yang salah, jangan melakukan maksiat. Karena yang dihitung oleh Allah maksiatnya itu," ujarnya.
Jika merasa benar-benar tidak bisa mengubah apa yang dirasakan, tetapi menyadari bahwa hal itu salah, yang paling parah adalah tidak menikah. Agar tidak melakukan maksiat. Insyaallah pahala akan datang padanya karena menahan untuk tidak berbuat maksiat. Lebih dari itu, jika punya keinginan untuk sembuh dan melakukan berbagai upaya untuk kesembuhannya itu. Hal itu bukan hal yang mustahil.
Wallahualam bissawab. [Elfia]