Alt Title

Kekeringan Melanda, Air Bersih Kemana?

Kekeringan Melanda, Air Bersih Kemana?

 


Seorang pemimpin akan menjaga hutan agar tidak dirusak, melarang penggundulan hutan sehingga ekosistem alam tidak terganggu. Pemimpin negara dalam Islam juga berupaya membuat sarana cadangan air seperti bendungan, waduk, saluran irigasi dan masih banyak lagi, agar terhindar dari kekeringan pada musim kemarau, dan memastikan agar masyarakat tidak kekurangan air


____________________


Penulis Ari Wiwin

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pegiat Literasi 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Meskipun panas terik melanda, tidak menyurutkan niat sejumlah warga yang rela antre demi mendapatkan bantuan air bersih. Bahkan, tidak jarang terlihat banyak ibu-ibu yang membawa balita ikut menunggu giliran demi mendapatkan bantuan air gratis untuk kebutuhan sehari-hari.


Pemandangan miris ini terlihat di kampung Cibogo Lamping, RT 02/01 Desa Lagendar Kecamatan Bandung. Di mana, warga rela berdesak-desakan mengantre demi mendapatkan air bersih. Semenjak dua bulan yang lalu sumur mengalami kekeringan akibat kemarau yang melanda. Sehingga, mereka terpaksa membeli air galon demi keperluan mandi, memasak, dan mencuci.

Menyikapi hal ini, maka Kapolres Cimahi AKBP Aldi Subartono berupaya menyalurkan bantuan air bersih sekitar 13 liter dalam rangka HUT Bhayangkara. Sementara, untuk ke depan pihaknya akan berkoordinasi dengan stakeholder untuk membuat sumur serapan agar tidak terjadi kesulitan air setiap musim kemarau.(TribunJabar[dot]id Jum'at 23/6/2023)


Segala upaya telah dilakukan pemerintah, namun belum membuahkan hasil yang maksimal karena faktanya kekeringan terus berulang di setiap tahunnya. Masyarakat di wilayah yang menjadi langganan kekeringan terpaksa harus berjuang sendiri untuk mencukupi keperluannya. Meskipun ada bantuan dari pemerintah berupa pasokan air bersih, nyatanya itu hanya bersifat sementara saja. 


Adapun penyebab kekeringan itu sendiri bisa diakibatkan oleh faktor alam, penggundulan hutan secara besar-besaran yang mengakibatkan banjir, sehingga kondisi  hutan akhirnya tidak bisa menyimpan cadangan air. Selain itu, keebijakan pemerintah yang memberikan izin kepada para pemilik modal atau investor untuk mengembangkan area resapan air, dijadikan komplek perumahan secara besar-besaran, menjadi faktor lain yang turut andil di dalamnya. Sehingga, mengakibatkan banjir di musim  hujan dan kekeringan saat kemarau.


Sebab lain sulitnya masyarakat mendapatkan air bersih, karena mata air yang seharusnya bisa dimanfaatkan secara umum, telah dikuasai perusahaan-perusahaan air minum atas izin pemerintah. Lengkap sudah penderitaan yang mendera.


Inilah dampak dari diterapkannya sistem kapitalis sekuler, air, hutan, yang seharusnya menjadi milik publik telah dikapitalisasi oleh para pengembang. Sehingga, masyarakat terpaksa harus merogoh kocek lebih dalam demi mendapatkan air bersih. Hutan yang seharusnya menjadi paru-paru dunia dibuka secara besar-besaran untuk kemudian dijadikan ladang sawit, tanpa memperhatikan bahwa ekosistem alam menjadi terganggu, dan masyarakat saat ini yang harus menanggung akibatnya berupa kekeringan yang terus melanda.


Dalam sistem kapitalisme sekuler, peran negara nyaris tidak ada. Mereka lebih mencari keuntungan bersama para pengusaha, tanpa memikirkan kemaslahatan umat manusia. Alam dieksploitasi secara besar-besaran tanpa memikirkan akibat buruk yang ditimbulkannya. Di sisi lain,  justru para pemodal lah yang menikmati keuntungan.


Berbeda dengan Islam, yang mampu memberikan solusi terbaik bagi seluruh permasalahan kehidupan. Tugas penguasa adalah mengurus, mengatur serta melindungi rakyatnya berdasarkan syariat Allah Swt. Ia akan menjamin kebutuhan pokok rakyatnya berupa sandang, pangan dan papan, termasuk di dalamnya masalah air yang menjadi hal vital dan dibutuhkan masyarakat banyak. Keberadaannya adalah milik umum yang tidak boleh dikuasai individu, ataupun pihak swasta baik asing maupun aseng. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.: "Kaum muslim berserikat dalam tiga hal yaitu padang rumput, air dan api." (HR. Abu Dawud dan Ahmad) 


Seorang pemimpin akan menjaga hutan agar tidak dirusak, melarang penggundulan hutan sehingga ekosistem alam tidak terganggu. Pemimpin negara dalam Islam juga berupaya membuat sarana cadangan air seperti bendungan, waduk, saluran irigasi dan masih banyak lagi, agar terhindar dari kekeringan pada musim kemarau, dan memastikan agar masyarakat tidak kekurangan air. 


Penguasa muslim akan mengajak seluruh umat untuk selalu bertakwa, menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Jika terjadi kemarau penjang ia akan mengajak seluruh kaum muslim untuk melakukan salat Istisqa (meminta hujan) Karena kekeringan bisa jadi karena ketentuan dari Allah.

Yang demikian dilakukan karena pemimpin di dalam Islam adalah  pelayan atau penggembala bagi umat yang diurusnya yang kelak akan dipertanggung jawabkan di hari akhir. Sesuai hadis Rasull saw. yang berbunyi : "Imam adalah pelayan atau penggembala dan kelak akan dimintai pertanggung jawaban atas seluruh rakyatnya." (HR Bukhari Muslim)


Sudah saatnya umat menyadari, solusi mengatasi kekeringan hanya ada pada sistem Islam, bukan kapitalisme sekular. 


Wallahualam bissawab [Dara Hanifah]