Alt Title

Ketika Islam Tidak Dijadikan Aturan Kehidupan dalam Mendidik Generasi

Ketika Islam Tidak Dijadikan Aturan Kehidupan dalam Mendidik Generasi

Dalam Islam, pernikahan adalah ikatan suci untuk menjaga populasi manusia. Manusia yang memiliki hawa nafsu birahi, dijaga kehormatannya dengan menyalurkannya melalui pernikahan

Namun sekarang banyak pasangan yang menikah akibat hubungan di luar nikah. Perempuannya sudah hamil duluan. Akhirnya pernikahan dilakukan untuk menutupi aib dan menjaga nama baik keluarga

_________________________


Penulis Nur Hasanah, S.Komp. 

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Dakwah Islam



KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Saat ini, banyak perilaku generasi muda yang di luar batas. Dari cara berpakaian, cara makan, sampai pergaulan. Kita memang sedang diserang dari berbagai arah. Food, fun, fashion jadi alat untuk membelokkan generasi muda dari aturan yang menyelamatkan. Melalui food, fun, fashion, generasi muda tergelincir ke jurang yang dalam. Kita punya aturan tetapi memilih aturan lain untuk digunakan. Demi mendapatkan food, fun dan fashion yang sedang viral, apa pun dilakukan. 


Hampir setiap hari ada makanan viral disuguhkan di media sosial. Sebagai generasi muda yang serba tidak mau ketinggalan, mereka rela berkorban demi mencicipi makanan yang sedang viral. Tidak butuh menunggu lapar ataupun ketersediaan uang. Berbagai cara bisa dilakukan demi terpenuhinya keinginan, untuk tetap mencicipi makanan viral. Tempat jauh pun diperjuangkan. Akhirnya munculah sifat boros yang bisa mendatangkan masalah di hari kemudian.


Fun atau kesenangan juga selalu meminta untuk dipenuhi. Tiket konser demi konser dibeli, rekreasi ke luar negeri, operasi plastik, bahkan sampai rela mengubah diri menjadi banci. Padahal kebutuhan-kebutuhan untuk keluarga belum terpenuhi. Demi mengikuti tren baru, mereka memaksakan diri. Timbullah sikap hedonisme dan minim empati. Tren fashion timbul dan pergi. Model-model terbaru harus hadir di lemari. Mau itu pakaian terbuka ataupun pakaian syar'i. Yang penting tidak tertinggal oleh tren terkini. Mereka berpikiran, uang habis bisa dicari lagi. Kalau perlu cari utang. Pinjol pun banyak menawari.


Rusaknya perilaku generasi muda saat ini, tidak lepas dari cara pendidikan yang dilakukan orang tuanya. Andai saja orang tua mereka menggunakan aturan Islam dalam mendidik anak-anaknya, tentu kerusakan generasi, bisa dihindari. Sayangnya, pemikiran para orang tua telah terjerat oleh pemikiran liberal yang berasal dari Barat. Pemikiran liberal sangat mengagungkan kebebasan. Standar benar dan salah berdasarkan pemikiran dan budaya yang berlaku di lingkungan sekitar.  


Zina Merajalela


Pemikiran liberal telah menjauhkan orang tua dengan Islam dalam mendidik anaknya. Dalam pengasuhan, anak hanya dicukupi kebutuhan jasmaninya, sementara kebutuhan rohaninya tidak dipenuhi. Sandang, pangan, papan, dipenuhi secara maksimal. Sementara ilmu akidah, pelukan, kehangatan, pujian yang merupakan kebutuhan batin, tidak diperhatikan. Bahkan banyak orang tua yang beranggapan bahwa kehadirannya di tengah anak-anak adalah sesuatu hal yang tidak penting dan merepotkan.  


Banyak anak-anak yang dialihkan pengasuhannya kepada neneknya, saudaranya atau kepada pembantunya. Anak tumbuh dalam keadaan haus kasih sayang. Situasi ini menyebabkan anak-anak jauh dari orang tuanya. Keberadaan orang tua menjadi tidak berharga bagi anak. Orang tua tidak menjadi tempat curhat anak-anaknya. Bahkan dianggap sebagai seseorang yang bisa merusak kesenangan. Seringkali orang tua hadir hanya untuk menasehati, memvonis, mencaci, membanding-bandingkan. Ketika anak-anaknya membutuhkan pendapat, mereka mencari temannya. Teman yang membuat anak-anak nyaman dan merasa di perhatikan. Inilah awal dari kerusakan. Bila temannya sesama jenis, ada kemungkinan berbahaya. Jebakan L6bt ada di depan mata. Bila temannya adalah lawan jenis pun bisa bahaya, mereka bisa melakukan hubungan lebih dalam yaitu dengan pacaran.


Serangan food, fun, dan fashion sangat berperan. Jalan berduaan ke tempat wisata, makan bareng, berpakaian mengumbar aurat bahkan sampai bermalam di hotel menjadi sesuatu yang biasa di kalangan generasi muda. Tidak jarang anak perempuan mengorbankan keperawanan. Dia lebih mempercayai lelaki hidung belang karena kurangnya kasih sayang orang tua. 


Pacaran menjadi pintu perzinaan. Walaupun pacaran itu dilarang dalam Islam, namun pacaran sudah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat dan sudah menjadi pembenaran. Berdasarkan survey Komnas Perlindungan Anak tahun 2020 menyatakan 70% siswi SMP dan SMA sudah tidak perawan.


Zina, Menghasilkan Anak Tidak Memiliki Nasab Ayah


Perilaku zina menimbulkan kerusakan. Selain rusaknya kehormatan perempuan, zina pun  merusak nasab manusia. Saat ini banyak anak-anak yang terlahir dari hasil zina. Mereka yang telahir dari hasil zina, tidak memiliki nasab ayah. Nasabnya disambungkan ke nasab ibunya, walaupun si ibu telah menikah dengan ayah biologisnya. Bila anak hasil zinanya adalah perempuan maka ayah biologisnya tidak bisa menjadi wali bagi anaknya ketika anaknya dinikahkan. Anak hasil zina pun tidak memiliki hak waris dari ayah biologisnya walaupun mereka hidup satu rumah dalam ikatan keluarga.


Kerugian ini bukan hanya dirasakan oleh anaknya saja. Kerugian ini juga di rasakan oleh ibu dan ayahnya. Ibu memiliki tanggung jawab penafkahan kepada anak hasil zinanya sedang ayahnya tidak punya kewajiban menafkahi anak hasil zinanya. Dengan begitu, ibu harus menjadi tulang punggung bagi anak zinanya. Sedangkan kerugian bagi ayahnya adalah, dia tidak akan mendapatkan syafaat di akhirat kelak, dari anak hasil zina karena nasabnya terputus dengan anaknya. Doa anaknya juga tidak tersambung dengan ayahnya. Bahkan si ayah akan mempertanggung jawabkan dosa zina di akhirat. Zina merupakan dosa besar. Hukuman bagi pelaku zina yang sudah menikah adalah dihukum rajam sedang bagi pelaku yang belum menikah adalah dicambuk 100 kali kemudian diasingkan.


Hamil Dulu Menikah Kemudian


Dalam Islam, pernikahan adalah ikatan suci untuk menjaga populasi manusia. Manusia yang memiliki hawa nafsu birahi, dijaga kehormatannya dengan menyalurkannya melalui pernikahan. Namun sekarang banyak pasangan yang menikah akibat hubungan di luar nikah. Perempuannya sudah hamil duluan. Akhirnya pernikahan dilakukan untuk menutupi aib dan menjaga nama baik keluarga.


Pernikahan seperti ini rentan sekali terjadi percekcokan, KDRT dan perceraian karena pernikahan tidak dibekali dengan iman dan ilmu Islam. Mereka menjalani pernikahan hanya bekal cinta. Sementara rasa cinta tanpa iman akan mudah hilang kemudian bosan. Pasangan yang menjalani pernikahan tanpa iman dan ilmu Islam, tidak akan bertahan karena menjalani pernikahan tanpa tujuan. Padahal pernikahan adalah ibadah terpanjang. Pernikahan tanpa iman dan ilmu Islam akan saling menyakiti dalam perjalanan pernikahan.


Kasus KDRT yang terjadi di Depok menjadi contoh pernikahan tanpa iman dan ilmu Islam. Mereka saling melaporkan ke pihak berwajib dengan alasan telah menjadi korban kekerasan.(CNNINDONESIA[dot]COM, 27/05/2023)


Islam Mengatur Peran Suami Istri


Dalam Islam, peran suami adalah pemimpin dalam rumah tangga. Dia bertanggung jawab memberikan nafkah keluarga dan membina istri dan anaknya agar selamat dari neraka. Peran suami akan mempengaruhi sikap istri dan anak-anaknya dalam rumah tangga. Ketika suaminya beriman dan memiliki ilmu Islam maka akan mampu menciptakan keluarga yang bahagia dunia dan akhirat. Sesuai perintah Allah, "... Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka ...." (At-Tahrim: 6)


Peran istri juga diatur dalam Islam yaitu sebagai ibu dan pengatur rumah suaminya. Istri berperan sebagai ibu yang mengasuh, menjaga dan mendidik anaknya agar menjadi anak yang cemerlang. Tujuannya agar anak paham siapa dirinya dan Tuhannya, paham tujuan dia diciptakan dan tahu akan ke mana setelah dia mati. Istri juga memiliki kewajiban mengurus rumah dari suaminya, menjaganya agar aman dan menciptakan rumah seperti surga bagi anggota keluarga. Andai peran suami dan istri dijalankan sesuai aturan Islam, tentu kerusakan generasi akan hilang. Keluarga sakinah, mawadah, warahmah bisa tercapai. Wallahu a'lam bi ash-shawwab. []