Alt Title

VALENTINE'S DAY MERUSAK AKIDAH DAN AKHLAK GENERASI, WASPADALAH!

VALENTINE'S DAY MERUSAK AKIDAH DAN AKHLAK GENERASI, WASPADALAH!


Valentine's Day tidak ada sama sekali hubungannya dengan perayaan hari kasih sayang terlebih ajaran Islam. Budaya ini telah identik dengan para pemuda, dengan balutan beraneka ragam cara mengekspresikannya, tanpa terlebih dahulu mencari tahu kebenarannya


Padahal Allah telah mengingatkan dalam firman-Nya di surah Al-Isra ayat 36 yang menuturkan, agar umat Islam tidak mengikuti suatu perkara yang tidak ada pengetahuan di dalamnya. Karena mata, kalbu, dan pendengaran akan dimintai pertanggungjawabannya kelak


Penulis Mimi Muthmainnah 

Kontributor Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com-Generasi muda merupakan harapan bangsa. Di pundak mereka estafet kegemilangan peradaban dan umat akan dilanjutkan. Tentu generasi yang berkualitas, bertakwa, faqih fiddin, dan bersyakhsiyah islamiyyah.   


Namun, ada hal yang harus terus diwaspadai oleh generasi muda saat ini, yakni gempuran budaya Barat berupa perayaan Valentine's Day yang telah banyak menyeret mereka latah merayakannya, akhirnya terjebak arus perzinahan di dalamnya. Nauzubillah. 


Banyak ayat peringatan kepada umat Islam agar berhati-hati dan tidak mengikutinya. Sebagaimana

Allah Swt. berfirman di surah Al-Baqarah ayat 120 bahwa kaum Yahudi dan Nasrani tak meridai ajaran Islam dan umatnya hingga  mengikuti agama mereka. 


Islam adalah ajaran yang sempurna dan komprehensif. Bukan sekadar agama, tapi juga ideologi. Islam telah mengangkat manusia menjadi bermartabat, cerdas dan mulia di hadapan-Nya. serta merupakan jalan keselamatan hakiki. Akan tetapi bagi kebanyakan orang yang telah aman dan nyaman dengan sistem Kapitalisme, Islam dianggapnya ancaman. Oleh karenanya,  bukanlah hal yang aneh, jika ada sikap islamofobia terhadap ajaran Islam. Sejak Islam lahir pun berbagai cara digunakan kaum kafir dan munafik untuk menghancurkannya. Dengan cara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi. 


Upaya paling efektif dan tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga untuk menghancurkan generasi muda dan Islam, salah satunya adalah dengan mengaburkan ajaran Islam. Samuel Zwemer dalam konferensi al Quds kepada para pastur tahun 1935 mengatakan: “Sebenarnya tugas kalian bukan mengeluarkan orang-orang Islam dari agamanya menjadi pemeluk agama kalian. Akan tetapi menjauhkan mereka dari ajaran agamanya yaitu Al-Qur’an dan Sunah. Maka tak heran, salah satu momen yang sering digunakan untuk menjauhkan umat Islam dari agamanya adalah perayaan Valentine's Day.


Sejarah Valentine's Day


Valentine's Day jatuh pada tanggal 14 Februari, seakan-akan menjadi perayaan universal bagi seluruh umat manusia, tidak peduli latar belakang agamanya. Apakah ia beragama Islam, Kristen, Hindu, Budha, dll. Valentine's day tak ubahnya hari maksiat sedunia. Kasih sayang yang ditawarkan tak ubahnya seperti racun berbalut dengan madu, rasanya manis namun mematikan. Membunuh secara perlahan, namun tidak disadari oleh si korban.


Sejarah mencatat, perayaan Valentine's Day masih satu rumpun dengan perayaan Lupercalia. Yaitu  perayaan pensucian di era Romawi Kuno pada tanggal 13-18 Februari. Pada dua hari pertama persembahan untuk Dewi Cinta atau dikenal dengan Queen of Feverish Love oleh Juno Februata. Para pemuda mencari pasangan zina-nya dengan cara mengundi secara acak nama para gadis tersebut.


Dewa Lupercalia diagungkan oleh mereka sebagai dewa yang bisa melindungi dari gangguan srigala. Upacara ini dilaksanakan pada tanggal 15 Februari, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan para wanita berebut untuk dipecut karena beranggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur. Kristen Katolik mengadopsi ritual ini saat memasuki Kota Roma. Dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani dengan merubah nama-nama gadis dengan Paus atau Pastor. Kaisar Constantine dan Paus Gregory I sangat mendukung ritual ini. Bisa dibaca pada buku The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity.


Pada 496 M Paus Glasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St.Valentine yang mati pada 14 Februari (baca: The World Book Encyclopedia 1998). Sedang The Chatolic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari tersebut. Tidak ada yang tahun persis asal muasal dari kisah yang beredar. Tetapi ada versi populer yang mengisahkan bahwa Kaisar Claudius II telah menangkap dan menghukum St. Valentine karena diam-diam telah mendukung pemuda yang telah jatuh cinta dan menikahkannya. Sementara para pemuda merupakan tentara andalan kerajaan. 


Pada versi lain, menurut Ken Sweiger dalam artikel Should Biblical Christians Observe it? Mengungkapkan kata 'Valentine' berasal dari bahasa Latin yang berarti 'Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa'. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, Tuhannya orang Romawi. Dengan kata lain memuja kepada berhala. Termasuk Cupid (The Desire), seorang bayi bersayap dengan panah, yang diyakini sebagai anak Nimrod. Lainya, The Hunter disebut sebagai Dewa Matahari juga dikenal Dewa Cinta karena berwajah rupawan sehingga digandrungi banyak wanita, bahkan ia berzina dengan ibunya!


Islam Memandang Valentine's Day


Realitas sejarah Valentine's Day di atas sangat jelas merupakan budaya dari tradisi paganisme yaitu menyembah berhala, perzinaan dan penghormatan pada pastor. Dalam ajaran Islam menyembah berhala merupakan perbuatan syirik. Pun dengan perzinaan hukumnya haram, pelakunya mendapat dosa. 


Bila ditelisik, Valentine's Day tidak ada sama sekali hubungannya dengan perayaan hari kasih sayang terlebih ajaran Islam. Mirisnya budaya ini telah identik dengan para pemuda di negeri ini, dengan balutan beraneka ragam cara mengekspresikannya, tanpa terlebih dahulu mencari tahu kebenarannya. Padahal Allah telah mengingatkan dalam firman-Nya di surah Al-Isra ayat 36 yang menuturkan, agar umat Islam tidak mengikuti suatu perkara yang tidak ada pengetahuan di dalamnya. Karena mata, kalbu, dan pendengaran akan dimintai pertanggungjawabannya kelak. 


Sebagai pemuda hendaklah membentengi dirinya dengan keimanan dan pemahaman Islam kaffah, sehingga terbentuklah pribadi yang bertakwa. Senantiasa mengikat dirinya dengan mengikuti  kajian-kajian keislaman, bergaul dengan orang-orang saleh, melaksanakan salat wajib, shaum Ramadan, sedekah dan amalan baik lainnya. Agar dirinya terhindar dari perbuatan yang dapat merusak akidah dan akhlaknya. 


Apatah lagi di sistem kehidupan sekularisme sekarang. Aturan Islam dilaksanakan di seputar ibadah mahdhah saja. Namun otoritas-Nya tidak mengatur urusan pendidikan, pergaulan, kesehatan, sanksi hukum, dst. Akibatnya tumbuhlah generasi tanpa penjagaan, bersikap bebas berbuat meski itu melanggar hukum syarak. Serta tanpa rasa takut kepada Allah sebagai Sang Pengatur.


Negara Menjaga Generasi dari Zina


Dalam penciptaannya manusia telah Allah Swt. bekali dengan gharizah nau' atau naluri melestarikan keturunan. Manifestasinya berupa ketertarikan dengan lawan jenis, rasa ingin mencintai, dicintai, dan rasa kasih sayang yang semuanya itu memerlukan pemenuhan. Jika tidak, akan memunculkan kegelisahan. Tentu pemenuhannya harus dengan yang benar, halal, dan sesuai koridor hukum syarak. 


Di dalam kitab An-Nizham al-Ijtima'i karya Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani telah menjelaskan, bahwa hubungan interaksi laki-laki dan perempuan hukum asalnya terpisah. Islam menetapkan untuk tidak tabarruj, bercampur baur tanpa uzur syar'i (ikhtilat), berdua-duaan yang bukan mahram (khalwat), kewajiban menutup aurat, mahram bagi safar wanita, menundukkan pandangan, tidak ada aktivitas pacaran tetapi bagi yang sudah siap memasuki mahligai rumah tangga maka menyegerakan pernikahan akan lebih baik.


Allah Swt. berfirman telah mengingatkan dalam surah Al-Ahzab ayat 33 yang bermakna bahwa laki-laki dan perempuan yang bersedekah, berpuasa, serta yang banyak menyebut nama Allah, maka Allah telah menyediakan ampunan dan pahala yang besar untuk mereka.


Sungguh luar biasa penjagaan dan perhatian Islam terhadap pergaulan generasi muda. Bahkan dahulu bila ada kedapatan yang melakukan perzinaan, jika mereka telah menikah maka akan dijatuhi hukuman rajam. Sementara yang belum menikah dicambuk 100 kali. Pelaksanaan hukuman di tanah lapang dan disaksikan masyarakat umum. Hal ini akan memberikan efek jera kepada pelaku zina berikutnya. Selaras dengan peringatan Allah Swt. di surah Al-Isra ayat 32 berfirman: "Janganlah kalian mendekati zina. Sesungguhnya perbuatan zina itu perbuatan keji dan jalan yang buruk." 


Mengingat betapa besar bahaya yang bisa ditimbulkan oleh perbuatan zina, maka dibutuhkan kepedulian masyarakat dan turut andil dalam menciptakan serta menjaga lingkungan yang aman dari berbagai kemaksiatan. Negara sebagai pintu kekuasaan tertinggi wajib meriayah dari semua aspek terhadap seluruh warganya. Memberikan perlindungan dari paparan pergaulan yang buruk, pornoaksi, pornografi, atau sesuatu perkara yang dapat mengantarkan pada perzinaan.


Pada akhirnya, dengan adanya support system yang baik, yang di dalamnya hanya menerapkan hukum-hukum Allah Swt. maka akan mampu memutus mata rantai perzinaan dan kerusakan moral lainnya. Insyaallah. Wallahu a'lam bi ash-shawwab.