Alt Title

V-DAY IS NOT OUR DAY

V-DAY IS NOT OUR DAY


Sebagai Muslim, patokan dalam berbuat bukanlah untung rugi, tapi halal haram. Kita juga gak boleh ikut merayakan Valentine Day hanya gegara kebanyakan orang mengerjakannya


Perbuatan Muslim terikat hukum syarak. Dan harus memikirkan bagaimana dampaknya, apakah baik atau buruk


Penulis Widi Mulyani

Kontributor Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com-Di awal bulan seperti biasa aku masuk ke salah satu mini market untuk belanja bulanan. Terlihat ada sesuatu yang berbeda, banyak warna pink dan merah. Bahkan coklat-coklat yang aku sukai lagi diskon. 'Wah kebetulan banget,' batinku. 'Ada kelebihan uang belanja, cukup deh buat beli sebatang coklat.'


Ehm, awal bulan ini jadi bulan yang membahagiakan bagi penyuka coklat. Gimana enggak, harga coklat turun dan diskon. So pasti para remaja atau emak-emak yang suka coklat pada berburu coklat di mini market atau market place terdekat. Dan setelah iseng buka di online shop, yang diskon ternyata bukan hanya coklat, tapi juga ada gift box yang isinya berupa bunga, makanan atau barang.


Duh jadi serasa istimewa banget nih bulan. Emang udah masuk bulan Rajab sih. Tapi biasanya Rajab terkenalnya kan cuma di sekitar pengajian emak-emak saja. Pasti ini kaitannya dengan momen bulan masehi. Akhirnya baru ngeh kalo sekarang itu bulan Februari. Ehm, pantesan.


Bulan Februari itu seolah identik dengan pink dan merah yang diibaratkan dengan warna hati yang menjadi simbol cinta katanya. Bahkan sampe ada yang bilang sebagai bulan kasih sayang, Hari Valentine atau istilah kerennya Valentine Day. Dan kalau ditanyain ke anak SD sampai emak-emak pasti sudah pada tahu banget dan gak asing lagi dengan istilah ini.


Bahkan bisa jadi sebagian besar dari mereka merayakan momen Valentine Day, baik bersama someone spesial atau bestie. Terus biasanya momen V-day ini jadi ajang buat saling ngasih hadiah, nembak gebetan, atau nge-date, bahkan sampai one night stand. Duh, ngeri banget ya. Kok momen V-day bisa begitu viral di negeri mayoritas Muslim ini, sayang aktivitasnya mengarah ke sesuatu yang negatif. 


Istilah Valentine Day, entah dari kapan mulai muncul seolah sudah menjadi budaya yang gak hanya dirayakan remaja tapi juga emak-emak. Padahal kalau dilihat dari istilah Valentine Day sendiri bukan istilah lokal dan bukan berasal dari budaya lokal, deh apalagi Islam.


Valentine day tumbuh subur dan ramai di jagad maya maupun nyata. Terlebih bagi korporasi ini bisa menjadi momen yang dapat menarik konsumen sehingga dapat meningkatkan penjualan. Dan jika penjualan naik otomatis keuntungan yang besar didapatkan. 


Tapi bagi kita sebagai seorang Muslim, patokan dalam berbuat bukanlah untung rugi, tapi halal dan haram. Kita juga tidak boleh ikut merayakan Valentine Day hanya karena kebanyakan orang mengerjakannya. Perbuatan seorang Muslim terikat dengan hukum syarak. Ditambah lagi kita juga harus memikirkan bagaimana dampaknya bagi generasi muslim, apakah baik atau buruk. 


Asal Usul V-Day


Darimana asal Valentine Day harus kita ketahui dengan jelas. Dalam sebuah video Umi Irena Handono di youtube, beliau yang juga seorang kristolog mengatakan bahwa awalnya hari valentine itu berasal dari Yunani, dengan istilah Gamilion. Kisah Dewa Zeus yang menikah dengan Dewi Hera, adik kandungnya yang direstui oleh Cupid. Gamilion ini dirayakan dari pertengahan bulan Januari sampai pertengahan Februari. 


Budaya Gamilion kemudian mengalami sinkretisme ke Romawi dengan istilah Lupercalia. Lupercalia ini diadakan pada pertengahan Februari atau 15 Februari yang didedikasikan untuk Faunus, Dewa Pertanian Romawi serta pendiri Romawi Romulus dan Remus. Di dalamnya ada festival kesuburan.


Nah budaya pagan Lupercalia ini kemudian masuk ke Inggris dan Perancis dengan istilah "Love Lottre" undian cinta. Pemuda-pemudi saat itu memasukkan namanya ke wadah, lalu para pemuda mengambil nama dan pada malam itu mereka menikah. Sayangnya menikah di sini bukan pernikahan yang selamanya. Kadang bisa jadi cuma semalam saja tergantung kesepakatan dari pemuda dan pemudi yang bersangkutan. 


Pada saat yang sama pemuda dan pemudi saat itu sudah enggan pergi ke gereja. Sehingga gereja mengadopsi Love Lottre ini dikaitkan dengan seorang uskup bernama St. Valentine atau Valentinus yang dihukum mati karena diam-diam menikahkan pasangan untuk menyelamatkan suami istri dari perang. Padahal saat itu pernikahan sedang dilarang oleh Kaisar Claudius II Gothicus di Roma. St Valentinus ini jatuh cinta dengan putri sipir buta, sehingga sebelum dihukum mati menulis surat pernyataan cinta untuk sipir buta tersebut.


Nah, Karena alasan inilah hari Valentine dikaitkan dengan hari perayaan cinta. Lalu disebarkanlah budaya Valentine tersebut ke seluruh penjuru dunia tak terkecuali negeri Muslim oleh misionaris.


V-Day is Not Our Day 


Setelah mengamati asal usul Valentine Day di atas, jelas itu bukan berasal dari Islam. Bahkan gereja ortodoks Rusia oun menolak perayaan Valentine Day karena tidak ada bukti otentik kebenaran dari kisah St. Valentinus dan dianggap sebagai budaya yang merusak.


Alhasil, tidak ada alasan bagi kita untuk merayakan Valentine Day. Gereja saja menolak untuk merayakannya, apalagi kita yang jelas itu bukan hari besar umat Islam. Sebagai Muslim aktivitas kita terikat hukum syarak. 


Dari Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma, dia berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


من تشبّه بقوم فهو منهم (رواه أبو داود، رقم 3512 وصححه الشيخ الألباني في " إرواء الغليل، رقم 2691)


Artinya: "Siapa yang menyerupai suatu kaum maka dia bagian dari mereka." (HR. Abu Daud, No. 3512) 


Dalam hadis di atas sangat jelas bahwa kita dilarang untuk mengikuti perayaan atau ritual umat lain termasuk Valentine Day. V-day is not our day. Jangan sampai kita asal ikut-ikutan ritual perayaan umat yang lain, seperti Yahudi dan Nasrani kalau tidak mau disebut sebagai bagian dari mereka. Na'uzubillah. 


Islam sudah begitu sempurna, sebagaimana termaktub dalam firman Allah Ta'ala


الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْأِسْلامَ دِيناً (سورة المائدة: 3)


Artinya: "Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridai Islam itu jadi agama bagimu." (QS. Al-Maidah ayat 3)


Ayat di atas menegaskan kepada kita bahwa Islam agama yang sempurna. Berbahagialah sebagai Muslim karena Islam adalah agama yang Allah ridai. Sehingga sudah cukup bagi kita hanya Islam saja untuk mengatur kehidupan kita. Kita tidak boleh mengambil hukum yang lain selain dari Islam.


Agar kita mengetahui hukum hukum dalam Islam. Aktifitas mana saja yang boleh dilakukan (halal) atau mana yang tidak boleh dilakukan (haram) memang tidak ada jalan lain selain dengan mengkaji Islam kaffah. Kuy ngaji!