Alt Title

KONSER BLACKPINK PEMECAH REKOR, BUKTI BURAMNYA VISI GENERASI

KONSER BLACKPINK PEMECAH REKOR, BUKTI BURAMNYA VISI GENERASI



Kehidupan yang seharusnya diwarnai dengan visi yang jelas, harus tereliminasi dengan maraknya kehidupan nonvisi, yang bebas tanpa batas


Kehidupan demikian adalah yang sekadar berorentasi pada kesenangan dunia dan kepuasan jasmani


Penulis Susci

Kontributor Media Kuntum Cahaya & Member Komunitas Sahabat Hijrah Balut-Sulteng


KUNTUMCAHAYA.com-Penyelenggaraan konser Blackpink yang dilaksanakan di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, menyita perhatian publik. Acara yang berlangsung kurun waktu dua hari berhasil memecah rekor sebagai konser terpopuler dan termahal. Banyak dari berbagai kalangan yang menyibukkan diri dan antusias hanya dapat menyaksikan tampilan dari Blackpink tersebut, terkhususnya bagi generasi muda.


Pengorbanan dalam menyaksikan konser Blackpink begitu sigap dilakukan. Sekalipun dengan harga konser yang terpaut mahal. Sebagaimana yang terdapat pada salah satu akun twitter @ nctzenbase. Beberapa netizen sempat bercerita tentang jumlah pengeluaran untuk menonton konser k-pop tersebut. Ada yang tembus Rp4 juta, Rp5 juta, hingga Rp9 juta pun ada. (Cnbcindonesia[dot]com,10/03/2023)


Kondisi ini menggambarkan betapa buramnya visi hidup generasi. Generasi tampak terombang-ambing dengan kehidupan yang liberal dan hedonis. Tujuan hidup tidak lagi terlihat jelas, yang ada hanyalah pemenuhan hawa nafsu sesaat.


Hal ini tentu menjadi bahaya bagi generasi. Kehidupan yang seharusnya diwarnai dengan visi yang jelas, harus tereliminasi dengan maraknya kehidupan nonvisi, yang bebas tanpa batas. Kehidupan yang berorentasi pada kesenangan dunia dan kepuasan jasmani.


Buramnya visi generasi menjadikan mereka hidup dalam keterbelakangan pemikiran. Aktivitas kehidupan makin mengarah pada ketidakbermanfaatan dan banyak mengandung unsur kemaksiatan. Perbuatan yang sia-sia dianggap sebagai perihal biasa, maksiat dianggap hal yang lumrah, bahkan mirisnya, keberadaanya tidak dianggap bahaya. Padahal, sikap obsesi dan ketergantungan kepada kebebasan akan membawa pengaruh pada pola pikir dan pola sikap generasi.


Generasi akan kehilangan perannya sebagai pemimpin, periayah, penolong, dan pembimbing. Generasi juga akan dihiasi kehidupan yang rusak. Mereka yang memiliki potensi berpikir dan bertindak cemerlang sehingga mampu menciptakan karya-karya hebat, harus terbajakan akibat adanya sikap obsesi terhadap kehidupan bebas tanpa visi.


Tentu kondisi generasi yang liberal dan hedonis tak lepas dari peran negara, sebagai pengatur urusan masyarakat termasuk generasi. Negara sebagai operator sekaligus regulator harus memastikan masuknya aktivitas-aktivitas di dalam kehidupan generasi adalah aktivitas yang baik dan benar.


Namun, sayangnya konser tersebut dibiarkan menapaki ruang di tengah-tengah generasi. Padahal kebebasan tersebut akan menjadi bahaya bagi pertumbuhan dan perkembangan generasi ke arah yang lebih baik. Kehidupan generasi akan berada pada ambang kesia-siaan.


Hilangnya kontrol negara terhadap batasan perilaku bebas tak bermanfaat baik secara langsung maupun tidak langsung akan memvisualisasikan keadaan generasi yang jauh dari visi hidup yang benar. Seharusnya negara membatasi masuknya aktivitas yang membawa kepada kesia-siaan dan kehancuran, bukan menghalalkan keberadaannya.


Selain itu, kurikulum pendidikan yang dihadirkan hanya mengarah pada pencapaian ekonomi pasar modal. Generasi hanya akan dididik bagaimana cara agar mampu bersaing di kancah ekonomi global. Tak heran jika generasi yang hadir adalah generasi yang takut tidak memiliki pekerjaan, dibandingkan takut tidak memiliki iman dan takwa yang benar. Sehingga, kondisi ini menjadikan generasi memandang baik perbuatan buruk, begitupun sebaliknya.


Islam Menghadirkan Generasi Bervisi


Dalam Islam, generasi yang lahir adalah generasi yang memiliki pola pikir dan pola sikap yang islami. Kehidupan mereka akan dihiasi ketaatan dan ketakwaan. Aktivitas yang dikerjakan adalah aktivitas yang bermanfaat dan jauh dari kesia-siaan. 


Pendidikan dalam Islam bertujuan untuk menjadikan generasi beriman dan bertakwa, memiliki visi hidup yang baik dan benar. Lebih jauh pendidikan Islam juga akan menjadikan generasi memiliki ketertarikan dalam menciptakan perubahan bagi peradaban.


Generasi tidak akan diberikan ruang bebas dalam berekspresi, apalagi dibiarkan bersikap hedonis. Generasi akan dididik memilki sifat merasa cukup dan tidak berlebih-lebihan. Generasi tidak akan diberikan kebebasan dalam mengidolakan seseorang, sampai menjadikan mereka terbuai dengan kenikmatan sesaat yang membawa kepada kesia-siaan dan kemaksiatan.


Islam juga akan memerintahkan negara untuk membatasi ruang masuk segala macam konser yang membawa pada aktivitas tidak bermanfaat, apalagi sampai mengandung kemaksiatan. Seperti bercampur-baurnya laki-laki dan perempuan, penampakan aurat baik laki-laki maupun perempuan yang diharamkan dan lain sebagainya.


Islam akan menghadirkan tampilan-tampilan bermanfaat yang mampu mengarahkan pada penciptaan berbagai karya dan seni. Islam pula yang akan mendidik generasi agar senantiasa menyibukan diri pada aktivitas yang baik dan benar. Seperti belajar ilmu sains dan terapan, memperdalam akidanh dan tsaqafah, bermajelis, berdakwah, menjalin ukhuwah antar sesama, dan lain sebagainya.


Oleh karena itu, hanya Islamlah yang mampu menciptakan generasi yang bervisi, generasi yang jauh dari ketidakbermanfaatan dan kesia-siaan. Generasi yang mewarnai kehidupannya dengan keimanan dan ketakwaan. Wallahualam bissawab.