Alt Title

KEBAKARAN PERTAMINA TERUS TERJADI, BUKTI KELALAIAN NEGARA

KEBAKARAN PERTAMINA TERUS TERJADI, BUKTI KELALAIAN NEGARA



Banyaknya korban kebakaran Pertamina disebabkan akibat rusaknya tata kelola pemukiman warga.  Dimana para warga memiliki pemukiman di sekitar Pertamina. Padahal, negara harus memastikan keamanan dari segi tata kelola pembangunan pemukiman warga, agar jauh dari dampak besar ledakan tersebut


Namun faktanya, banyak warga yang tidak memiliki lahan untuk membuat pemukiman, sehingga tidak memiliki pilihan dalam memilih tempat tinggal


Penulis Susci

Kontributor Kuntum Cahaya dan Komunitas Sahabat Hijrah Balut-Sulteng


KUNTUMCAHAYA.com-Kebakaran Pertamina menjadi hal yang tidak dapat dimungkiri terjadi. Kejadian yang penyebabnya bisa karena musibah atau kelalaian tak bisa dielakkan manusia. Hanya saja, dampak besar dari kebakaran pertamina memungkinkan dapat menyasar lingkungan hidup masyarakat. Sehingga, menyebabkan pada kematian sebagian yang tinggal di sekitar pembangunan pertamina tersebut.


Seperti kebakaran yang terjadi di Depo Pertamina Plumpang, Koja, Jakarta Utara. Kejadian tersebut melalap pemukiman warga di sekitarnya dan menewaskan 15 orang. Dua di antaranya termasuk anak-anak. (kumparan[dot]com, 03/03/2023)


Kebakaran Pertamina bukan kali ini saja terjadi. Sebelumnya ledakan pernah terjadi pada tahun 2009 dan memakan korban (kumparan[dot]com, 18/01/2009). Kondisi ini menggambarkan adanya kelalaian negara dalam melindungi nyawa rakyat. Sikap cepat tanggap tampak masih kurang, bahkan cenderung hilang. Padahal potensi kebakaran Pertamina merupakan kejadian yang sangat berbahaya. Sehingga, harus adanya upaya pencegahan dari dampak dari kebakaran tersebut.


Banyaknya korban kebakaran Pertamina disebabkan akibat rusaknya tata kelola permukiman warga. Dimana, para warga memiliki pemukiman di sekitar Pertamina. Padahal, negara harus memastikan keamanan dari segi tata kelola pembangunan pemukiman warga, agar jauh dari dampak besar ledakan tersebut.


Namun faktanya, banyak warga yang tidak memiliki lahan untuk membuat pemukiman, sehingga tidak memiliki pilihan dalam memilih tempat tinggal. Sementara kawasan lainnya banyak digunakan untuk pembangunan infrastruktur dan gedung-gedung pencakar langit yang belum penting untuk dilakukan. 


Dalam kondisi ini, negara tampak kehilangan kontribusi dalam menjaga dan melindungi nyawa rakyat. Seharusnya dampak besar ini harus menjadi fokus negara untuk memperbaiki tata kelola kependudukan rakyat agar menjauh dari bahaya.


Kurangnya perhatian negara terhadap nyawa rakyat, tak bisa dilepas dari paradigma penerapan Kapitalisme sekularisme. Ia adalah sistem yang mengedepankan keuntungan material dan memisahkan antara agama dengan kehidupan.


Sistem ini melahirkan para pemimpin yang kehilangan kepemimpinannya dalam menjaga dan mengurusi rakyat. Waktu, tenaga dan pikiran hanya dikhususkan pada upaya mencapai keuntungan. Namun, lupa menjaga jiwa rakyat.


Pemimpin hanya bertindak pada saat kejadian sudah terjadi, tapi tidak melakukan pencegahan. Apalagi kejadian ledakan pernah terjadi sebelumnya. Seharusnya langkah-langkah pencegahan ledakan agar tidak berdampak pada rakyat harus disusun terlebih dahulu oleh negara melalui keputusan pemimpin. Kondisi ini menggambarkan lemahnya para pemimpin dalam menjalankan amanah dan tanggung jawab sebagai periayah rakyat.


Islam Menjaga Nyawa Rakyat


Berbeda halnya dengan Islam. Islam memiliki tata kelola tempat kependudukan rakyat dengan baik dan benar agar terhindar dari berbagai bahaya. 


Islam melahirkan pemimpin yang amanah dan bertanggung jawab. Setiap pemimpin telah dibekali ketaatan, kepedulian, berkasih sayang, keteguhan, keberanian, dan keistikamahan dan menjalani perannya sebagai pemimpin negara. 


Mereka menyadari bahwa kelak peran inilah yang akan menentukan posisinya, hina ataukah mulia. Kemulian akan didapati apabila mereka memuliakan rakyat, dan kehinaan akan didapati, apabila mereka menghinakan rakyat. Mereka pula telah dibekali ketakutan kepada Allah Swt. sehingga, tidak ada yang berani melakukan kezaliman terhadap rakyatnya.


Oleh karena itu, dalam hal tata kelola lahan, Islam telah melakukan pengelompokan lahan berdasarkan fungsinya. Lahan yang tidak dapat dilakukan untuk bercocok tanam akan digunakan sebagai tempat pembangunan infrastruktur maupun tempat tinggal rakyat. Namun, pembangunan infrastruktur yang membahayakan seperti Pertamina maupun perusahaan-perusahaan lainnya yang memiliki bahaya bagi kehidupan makhluk hidup akan dijauhkan.


Lahan rumah penduduk juga akan dijauhkan dari wilayah berbahaya seperti wilayah yang berdekatan dengan ledakan gunung merapi atau wilayah yang berpotensi terjadinya longsor. Dengan begitu rakyat dapat terhindar dari imbas ledakan pertamina maupun bahaya lainnya.


Oleh karena itu, keamanan dan kenyamanan hanya dapat diwujudkan dan dirasakan dalam naungan sistem Islam. Sistem ini berasal dari Allah Swt. bukan berasal dari manusia yang dominan hidup pada kepuasan individu saja. Saatnya kita berjuang mewujudkan kepemimpinan Islam. Apalagi telah menjadi kewajiban umat Islam hidupan di bawah naungan Islam. Wallahualam bissawab.