Alt Title

Zion*s Makin Brutal Jurnalis Jadi Sasaran

Zion*s Makin Brutal Jurnalis Jadi Sasaran



Isra*l ingin membungkam dunia

dengan menjadikan jurnalis sebagai targetnya

__________________________


Penulis Nurhy Niha

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pegiat Literasi


KUNTUMCAHAYA.com, OPlNl - "Jangan biarkan rantai membungkam kalian dan jangan biarkan perbatasan membatasi kalian." 


Kalimat penuh makna yang ditulis dalam wasiat Anas Jamal Al-Sharif jurnalis Al-Jazeera menyebar dari media sosial ke seluruh dunia. Pesan yang berisi permintaan Anas untuk melanjutkan perjuangannya dan menitipkan P4lestina, permata mahkota dunia Islam. 


Dikutip dari Kompas.com, (12-08-2025) Isra*l pada Minggu, 10 Agustus 2025 melakukan serangan ke Rumah Sakit Al-Shifa yang menewaskan 6 jurnalis, salah satunya adalah Anas Jamal Al-Sharif. 


Serangan Zion*s terhadap rumah sakit dan menargetkan para jurnalis jelas melanggar hukum internasional. Target perang seharunya adalah militer tempur aktif yang ada di lapangan. Dalam 22 bulan serangan Isra*l ke G4za setidaknya ada 200 jurnalis yang telah gugur.


Para jurnalis pun tak luput menjadi korban kebrutalan Isra*l. Mereka syahid dalam aksinya membuka fakta genosida yang dilakukan Zion*s. Bahkan jumlah jurnalis yang gugur di G4za lebih banyak bila dibandingkan dengan jurnalis yang gugur pada perang dunia II.


Sasaran Pembungkaman


Banyaknya jurnalis yang menjadi sasaran utama membuktikan kekalahan Isra*l dalam perang G4za. Isra*l takut terbongkarnya kebenaran genosida yang terjadi sebab jurnalis merupakan corong utama pemberitaan genosida di G4za. Alhasil, untuk menghentikan pemberitaan naka jurnalis menjadi targetnya.


Dunia Bersuara Kecaman Menggema


Fakta yang disuguhkan para jurnalis berhasil membuka mata dunia internasional. Mereka mengecam tindakan ini, Isra*l telah nyata melakukan tindakan pelanggaran hukum internasional dalam perang. Bahkan, Sekjen PBB Antonio Guterres menyerukan penyelidikan mendalam dalam kasus pembunuhan jurnalis ini. 


Jurnalis termasuk elemen yang memiliki hak perlindungan dalam menjalankan tugas, termasuk saat perang. Tidak boleh ada intervensi dan intimidasi dari siapa pun saat mereka melakukan peliputan.


Namun, Isra*l selalu memiliki seribu alasan agar tindakan brutalnya dianggap benar. Begitu pun ketika menargetkan jurnalis sebagai sasarannya, Isra*l bernarasi bahwa ada jurnalis yang tergabung dengan kelompok militer Ham*s sehingga yang ditargetkan adalah reporter/jurnalis yang aktif dalam memberitakan kekejaman genosida yang terjadi di G4za. 


Persoalannya bukan hanya sekadar hilangnya nyawa, tetapi hilangnya pemberitaan perjuangan penduduk G4za dalam menghadapi kekejaman Isra*l. Saat pemberitaan mulai minim, perlahan dunia akan mulai lupa dengan genosida yang dilakukan Isra*l. Pada akhirnya, tidak ada lagi pembahasan tentang P4lestina.


Isra*l Tidak Sehebat yang Diduga


Topeng kegagalan Isra*l makin menyeruak ke permukaan. Tentara militer yang makin menipis, senjata perang yang makin terbatas, dan dukungan beberapa negara Eropa yang mulai mengakui kemerdekaan P4lestina. Segala macam cara dilakukan agar dunia menutup mata akan penderitaan penduduk P4lestina. Membuat narasi seolah Isra*l menjadi korban. Menggunakan kekuatan negara-negara pendukung agar terbebas dari hukum internasional. 


Diamnya para pemimpin negeri muslim membuat Isra*l merasa jumawa. Para pemimpin negeri muslim hanya bereaksi dengan mengecam dan memberikan bantuan materi, seolah sudah berkontribusi dalam perjuangan penduduk G4za. 


Sekat nasionalisme yang membatasi adalah akar masalah yang membuat para pemimpin negeri muslim tidak mengirimkan tentara militernya dalam menyelamatkan penduduk G4za dari gempuran senjata dan kelaparan sistemis. 


Pemimpin muslim dilenakan oleh urusan dunia dan disibukkan mengurusi negerinya sendiri. Mereka bermuka dua seolah bersimpati pada P4lestina. Namun, di sisi lain bekerja sama dengan Isra*l dan para sekutunya. Walaupun tidak ada hubungan diplomasi, tetapi mereka menjalin hubungan perdagangan.


Solusi Pembebasan P4lestina


Mati satu tumbuh seribu. Idiom yang menggambarkan kekuatan perjuangan penduduk G4za. Dengan menargetkan jurnalis, lsra*l bermaksud menghentikan pemberitaan tentang penderitaan warga G4za, memang makin senyap, tetapi Isra*l tidak bisa menghentikan matahari terbit dan kebenaran selalu datang menggagalkan semua usahanya. Perjuangan penduduk G4za yang terus menggelora dalam kondisi yang sangat terjepit sekalipun makin membuktikan kekalahan Isra*l. 


P4lestina adalah tanah yang diberkahi dan merupakan mahkota dunia Islam. Bagi seorang muslim, tanah P4lestina harus tetap berada di tangan umat Islam. Ini tujuan utama perjuangan saat ini. Para pejuang dengan keimanan yang kuat banyak terlahir di sana. Perjuangan yang tidak mudah padam walau dibayangi kematian atau kehilangan. 


Sebagai muslim kita wajib saling menolong P4lestina. Sebagaimana Rasulullah saw. bersabda: "Perumpamaan umat muslim bagaikan satu tubuh, bila ada anggota tubuh  yang sakit maka bagian tubuh lain akan merasakannya." (HR. Muslim)


Muslim saat ini harus menjadi bensin dalam api perjuangan penduduk P4lestina. Terus menyebarkan pemberitaan kebrutalan Zion*s Isra*l dalam menggenosida penduduk G4za.


Kita harus menyamakan pandangan bahwa yang terjadi di P4lestina adalah pemusnahan etnis atau genosida bukan perang. Umat harus disadarkan untuk bergabung dalam dakwah jamaah untuk menyuarakan persatuan umat Islam seluruh dunia. 


Persatuan perjuangan dalam satu komando, yakni untuk membebaskan P4lestina. Komando yang akan memimpin pasukan dalam jihad. Komando yang dipimpin oleh khalifah kaum muslim. Wallahualam bissawab. [Luth/MKC]