Generasi Dihantui Pengangguran Massal Islam Beri Solusi Tuntas
OpiniTidak sedikit dari kalangan lulusan sarjana
banting setir dengan pekerjaan yang tidak sesuai dengan bidang pendidikannya
________________________
Penulis Sri Wulandari
Kontributor Media Kuntum Cahaya, Guru, dan Aktivis Dakwah
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI- Indonesia Emas 2045 merupakan cita-cita pemerintah untuk membawa negara Indonesia menjadi negara maju, sejahtera, dan berkeadilan sosial. Visi ini memiliki banyak dukungan dari berbagai kalangan.
Gagasan ini diancangkan oleh Presiden Joko Widodo melalui kementerian perencanaan pembangunan nasional pada tahun 2019. Adanya rancangan ini seluruh masyarakat memiliki harapan besar agar terwujudnya kesejahteraan dan keadilan yang telah lama dicita-citakan sejak bangsa ini merdeka.
Namun, fakta di lapangan tidak berjalan semulus yang direncanakan. Nyatanya, banyak rintangan yang dihadapi Indonesia untuk dapat mewujudkan visi tersebut.
Generasi hari ini telah terjebak dalam sistem pendidikan yang justru minim dalam memfasilitasi untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bukannya sibuk untuk mengembangkan ilmu, generasi hari ini justru ketika menempuh pendidikan lebih berorientasi pendidikan untuk legalitas mencari pekerjaan. Gelar sarjana yang didapatkan sebagai bagian dari kebutuhan untuk mencari peluang meningkatkan kesejahteraan.
Apalagi saat ini persaingan yang makin ketat dan sempitnya lapangan pekerjaan yang tersedia. Ini menjadikan sebuah paradoks yang memprihatinkan bagi generasi muda yang mengakibatkan tidak ada semangat untuk mencari pekerjaan.
Menurut data laporan International Monetary Fund (IMF) mengungkapkan bahwa Indonesia adalah negara dengan tingkat pengangguran tertinggi di antara enam negara Asia Tenggara pada tahun 2024. Peringkat pengangguran Indonesia tersebut merujuk laporan World Economic Outlook April 2024.
IMF melihat data tingkat pengangguran berdasarkan persentase angkatan kerja atau penduduk yang berusia 15 tahun ke atas. Sedangkan yang sedang mencari pekerjaan Indonesia tercatat memiliki tingkat pengangguran mencapai 5,2 persen per April 2024. (kompas.com 11-05-2025)
Dari hasil data Badan Pusat Statistik (BPS), mencatat sejak tahun 2014 sampai 2024 lulusan sarjana yang menganggur meningkat tinggi dari 495.143 menjadi 981.203 orang. Sedangkan dari kalangan lulusan SMA justru lebih besar sebanyak 2,51 juta pada tahun 2023. Dari lulusan diploma angka pengangguran lebih sedikit dibandingkan kalangan SMA sekitar 170.527 orang pada tahun 2024. (detik.com, 11-05-25)
Bahkan tidak sedikit dari kalangan lulusan sarjana kemudian banting setir dengan pekerjaan yang tidak sesuai dengan bidang keahlian pendidikannya karena tuntutan untuk membiayai kehidupan sehari-hari bahkan untuk membiayai keluarga.
Pekerjaan seperti menjadi ojek online, buruh dipasar, office boy perkantoran, dan lainnya menunjukkan betapa sulitnya lapangan pekerjaan saat ini. Belum lagi dari kalangan yang sudah mendapatkan pekerjaan, namun terpaksa berhenti karna gelombang PHK yang melanda banyak sektor usaha.
Menurut data dari kementerian ketenagakerjaan, pada tahun 2022 lebih dari 25.000 pekerja yang di rumahkan, bahkan jumlah ini terus bertambah dari tahun 2023 sejumlah 64.855 menjadi 77.965 pada tahun 2024. Menurut Muhammad Andri Perdana seorang pengamat ekonomi dari Bright Institute menjelaskan bahwa imbas perlambatan ekonomi di Indonesia sudah mulai sejak 2020 karena adanya pandemi covid-19, 85% sektor usaha terdampak secara langsung. (bbc.com, 12-05-2025)
Buah Penerapan Kapitalisme
Masalah pengangguran menjadi masalah serius yang merupakan buah hasil dari penerapan kapitalisme karena memang akar permasalahan tingginya jumlah penggangguran adalah penerapan kapitalisme sekularisme yang diberlakukan hari ini baik di tingkat nasional maupun global.
Berbagai solusi teknis yang telah dilakukan oleh pemerintah saat ini seperti pelatihan vokasi, penyempurnaan kurikulum dan program kartu prakerja. Hal itu mungkin memang bisa meningkatkan keterampilan teknis tenaga kerja, tetapi itu hanya menyentuh permukaan permasalahan belum menjangkau akar masalah pengangguran.
Inilah gambaran kehidupan masyarakat yang hidup dalam sistem kapitalis sekularisme dan jauh dari aturan Islam. Pemerintah tidak menjalani kewajiban sebagai pelayan rakyat, tetapi justru menjadi pelayan korporasi dan pemalak rakyat dengan berbagai jenis pajak.
Solusi dalam Islam
Maka dari itu, tentunya masyarakat terlebih para pekerja membutuhkan solusi yang nyata. Negara yang akan memberikan jaminan lapangan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja. Dunia juga membutuhkan sistem ekonomi yang tahan krisis/resesi ekonomi global. Hanya sistem Islamlah yang memiliki sistem ekonomi yang jelas dan rinci, anti krisis, dan juga memiliki berbagai mekanisme yang dapat menjamin pekerja mendapatkan hidup sejahtera.
Dalam sistem Islam, negara adalah pelayan untuk rakyat. Negara memiliki tanggung jawab untuk pemenuhan segala hak masyarakat yang bersifat mendasar. Selain kebutuhan dasar dari aspek ekonomi, sistem Islam juga akan memenuhi aspek sandang, pangan, dan papan, termasuk kesehatan dan pendidikan sehingga dalam penerapan sistem Islam, negara tidak berlepas tangan. Negara akan menjamin kesejahteraan rakyatnya dan membuka lapangan kerja.
Untuk memenuhi kebutuhan dasar tersebut, negara akan menyiapkan lapangan pekerjaan bagi para laki-laki sebagai penanggung nafkah. Negara tidak boleh memberikan tanggung jawab kepada para korporasi atau swasta untuk membuka lapangan pekerjaan dan membiarkan mengelola sumber daya alam yang dimiliki oleh negara untuk kesejahteraan rakyat.
Negara akan memastikan setiap generasi bisa mengakses pendidikan, baik dasar hingga perguruan tinggi. Sistem pendidikan Islam mengedepankan pemahaman tsaqafah dan ilmu pengetahuan untuk dapat mengembangkan sains dan teknologi bagi kemajuan dan kemudahan manusia.
Dalam sistem Islam, negara akan mengerahkan seluruh potensi dan kemampuan sebagaimana yang telah disyariatkan di dalam Islam untuk mengelola bagi penyelenggaraan jaminan kesejahteraan masyarakat. Melalui penerapan sistem Islam seperti inilah yang akan dapat menjadikan tercapainya cita-cita untuk mewujudkan masyarakat makmur dan sejahtera secara merata, sebagaimana visi Indonesia emas 2045. Wallahualam bissawab. [SM/MKC]