Deflasi Tanda Ekonomi Merosot, Rakyat Makin Tak Sejahtera
OpiniDeflasi yang berkepanjangan ini juga mencerminkan
kelemahan dari sistem ekonomi kapitalis
______________________________
Penulis Sri
Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Komunitas Muslimah Coblong Bandung
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Deflasi yang terjadi selama lima bulan berturut-turut sejak Mei hingga September 2024 menandakan adanya penurunan harga barang dan jasa secara konsisten di Indonesia.
Meskipun pada awalnya deflasi mungkin terasa menguntungkan bagi konsumen karena harga kebutuhan menjadi lebih murah. Namun dalam jangka panjang, deflasi membawa dampak negatif yang signifikan pada perekonomian. Deflasi berpotensi mengakibatkan stagnasi ekonomi, peningkatan angka pengangguran, dan beban utang yang meningkat.
Ekonom Muhammad Andri Perdana dari Bright Institute menyatakan bahwa fenomena ini menunjukkan bahwa masyarakat kelas pekerja sudah tidak lagi memiliki daya beli yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Permintaan Bank Indonesia agar masyarakat meningkatkan konsumsi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di atas 5% menjadi sulit tercapai karena banyak sektor industri yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Akibatnya, daya beli masyarakat semakin melemah dan mengakibatkan penurunan aktivitas ekonomi secara keseluruhan.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, mengidentifikasi harga pangan sebagai salah satu faktor utama penyebab terjadinya deflasi selama lima bulan terakhir. Pada bulan September 2024, deflasi tercatat sebesar 0,12% month to month (mtm). Penurunan harga pangan ini terlihat dari menurunnya Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) sektor pertanian sejak April 2024. Harga komoditas pangan seperti cabai, telur, daging ayam, dan tomat mengalami penurunan yang signifikan.
Deflasi Akibat dari Kapitalisme
Deflasi yang berkepanjangan menjadi indikasi jelas bahwa pemerintah tidak mampu mengatasi penurunan daya beli masyarakat. Konsumsi rumah tangga yang selama ini menjadi penopang utama perekonomian Indonesia mengalami penurunan drastis.
Hal ini menunjukkan bahwa banyak rumah tangga yang mulai mengurangi konsumsi mereka, bahkan untuk kebutuhan pokok. Penurunan konsumsi ini terjadi karena pendapatan masyarakat yang tidak lagi mampu menutupi biaya hidup yang terus meningkat.
Dampak langsung dari penurunan daya beli ini adalah berkurangnya kesejahteraan keluarga, terutama ibu dan anak. Sebagian besar anggaran rumah tangga saat ini digunakan untuk biaya pendidikan dan kesehatan, yang cenderung lebih mahal. Jika untuk memenuhi kebutuhan pokok saja keluarga harus mengurangi pengeluaran, maka alokasi untuk pendidikan dan kesehatan berisiko dikorbankan.
Dalam jangka panjang, hal ini dapat mengakibatkan penurunan kualitas kesehatan dan pendidikan generasi mendatang. Kualitas sumber daya manusia yang menurun berpotensi memperburuk kondisi ekonomi Indonesia, menciptakan lingkaran setan kemiskinan dan keterbelakangan.
Deflasi yang berkepanjangan ini juga mencerminkan kelemahan dari sistem ekonomi kapitalis sekuler yang selama ini diterapkan di Indonesia. Sistem kapitalis menjadikan pertumbuhan ekonomi sebagai satu-satunya ukuran keberhasilan, namun sering kali mengabaikan kesejahteraan nyata dari masyarakat. Dalam sistem ini, keuntungan korporasi menjadi prioritas, sementara masalah seperti pengangguran dan penurunan daya beli rakyat kerap terabaikan.
Sistem kapitalis sekuler juga mendorong masyarakat untuk hidup dalam ketergantungan pada utang, baik itu utang pribadi maupun utang negara. Hal ini membuat beban ekonomi semakin berat, terutama ketika terjadi krisis seperti deflasi.
Di satu sisi harga barang turun, tetapi di sisi lain, utang yang sudah terlanjur tinggi tidak mengalami penurunan. Hal ini menjebak masyarakat dalam situasi di mana mereka harus terus berhemat dan mengurangi konsumsi, yang pada akhirnya malah memperparah situasi deflasi.
Selain itu dalam sistem kapitalis, peran negara sering kali terbatas pada menjaga stabilitas pasar tanpa intervensi signifikan untuk melindungi masyarakat miskin. Contoh nyata dari situasi ini adalah lemahnya perlindungan bagi para pekerja yang kehilangan pekerjaan akibat PHK massal.
Ketika konsumsi masyarakat turun, perusahaan akan mengurangi produksi, dan dampaknya adalah pengurangan tenaga kerja. Sistem kapitalis tidak memiliki mekanisme yang efektif untuk menjamin kesejahteraan masyarakat yang kehilangan penghasilan.
Islam Solusi Hakiki
Islam menawarkan solusi komprehensif untuk mengatasi persoalan ekonomi, termasuk dampak negatif deflasi. Dalam sistem ekonomi Islam, pemenuhan kebutuhan pokok setiap individu menjadi tanggung jawab negara. Negara berkewajiban memastikan bahwa setiap warga negara, baik laki-laki maupun perempuan, mampu mengakses kebutuhan dasar seperti pangan, pendidikan, dan kesehatan.
Sistem Islam menitikberatkan pada distribusi kekayaan yang adil, tidak hanya berfokus pada pertumbuhan ekonomi secara makro. Sumber pemasukan negara seperti zakat, kharaj, dan ghanimah digunakan untuk mendanai program-program kesejahteraan yang bertujuan untuk mencukupi kebutuhan seluruh rakyat tanpa bergantung pada utang atau pajak yang membebani.
Dalam Islam, pendidikan dan kesehatan dianggap sebagai hak setiap individu dan oleh karena itu negara wajib menyediakan layanan tersebut secara gratis atau dengan biaya yang sangat terjangkau.
Selain itu, sistem ekonomi Islam juga mendorong produksi yang berkelanjutan dan menyeimbangkan antara penawaran dan permintaan. Ini dilakukan melalui mekanisme pasar yang diawasi agar tidak ada praktik monopoli atau penimbunan yang dapat merugikan masyarakat. Negara juga memastikan harga barang tetap stabil dan terjangkau sehingga daya beli masyarakat terjaga.
Dengan menerapkan sistem Islam secara menyeluruh, negara dapat mengatasi masalah deflasi dengan cara yang lebih manusiawi dan berkelanjutan. Perekonomian yang dikelola dengan sistem Islam tidak hanya mengejar pertumbuhan angka-angka statistik, tetapi juga berfokus pada kesejahteraan nyata setiap individu.
Dengan demikian, penerapan sistem Islam dapat menjadi solusi atas persoalan deflasi yang berkepanjangan serta memastikan terpenuhinya kebutuhan dasar seluruh rakyat, sehingga kesejahteraan generasi saat ini dan masa depan dapat terwujud. Wallahualam bissawab. [GSM/MKC]