Alt Title

UKT Mahal, Negara Khianati Rakyat?

UKT Mahal, Negara Khianati Rakyat?

 


Dalam UUD 45 bab 13 pasal 31 ayat 1, 2, 3 telah mengamanahkan bahwa seluruh anak bangsa harus cerdas

Maka sudah semestinya negara mempermudah semua akses pendidikan, bukan malah mempersulit rakyat yang mau pintar dan maju

_________________________


Penulis Ida Rasyidah

Kontributor Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT) terjadi di sejumlah perguruan tinggi negeri (PTN), seperti di Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Universitas Negeri Riau (Unri) hingga Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, menuai polemik. Menurut Plt Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Tjitjik Sri Tjahjandarie, membantah adanya kenaikan UKT. Menurutnya, bukan UKT-nya yang naik, tetapi kelompok UKT-nya yang bertambah.


Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud) Nadiem Makarim telah menetapkan Permendikbudristek Nomor 2 tahun 2024 tentang Standar Satuan Biaya Operasional Pendidikan Tinggi di PTN Kemendikbud. Dalam aturan itu, pemimpin PTN wajib  tarif UKT Kelompok 1 dan 2. padahal UKT 1 sebesar Rp500 ribu, sementara UKT 2 sebesar Rp1 juta. (cnnindonesia, 18/5/24)


Padahal, dalam UUD 45 bab 13 pasal 31 ayat 1, 2, 3 telah mengamanahkan bahwa seluruh anak bangsa harus cerdas. Maka sudah semestinya negara mempermudah semua akses pendidikan, bukan malah mempersulit rakyat yang mau pintar dan maju, sehingga akan lahir sumber daya manusia yang berkualitas di negeri ini dan mampu bersaing.


Seorang pengamat pendidikan, Ina Liem dalam sebuah wawancaranya dengan CNN INDONESIA, kenaikan UKT di kampus UGM, UI, dan UNSOED mencapai 500%. Padahal anggaran yang digelontorkan dari kas negara termasuk dengan berhutang untuk pendidikan di Indonesia sangat fantastis yaitu sebesar 665 triliun rupiah, tapi tidak berdampak pada mutu pendidikan di Indonesia, malah termasuk terburuk di dunia.


Menurutnya, penyebab dari melambungnya kenaikan UKT, dikarenakan adanya kebocoran-kebocoran dana anggaran pendidikan (korupsi), dengan biaya sebanyak 665 triliun rupiah memungkinkan mahasiswa kuliah tanpa bayar, alias gratis. Karena tak ada transparansi dan pengawasan yg benar dari pemerintah terhadap dana sebesar itu, maka terjadilah kesemrawutan di dalam sistem pendidikan negeri ini. (YouTube CNN Indonesia).


Belum lagi adanya praktik pembayaran (suap) dari calon mahasiswa yang sebenarnya tidak lolos tes, sehingga tidak memenuhi syarat berkuliah di kampus tertentu. Namun dengan membayarkan sejumlah uang kepada pihak kampus. Praktik ini tentunya dapat menggeser calon mahasiswa lain yang lolos tes dan berhak berkuliah di kampus itu.


Fakta di atas menunjukkan, betapa beratnya biaya pendidikan yang harus dikeluarkan di negeri ini. Sayangnya, ketersediaan lapangan kerja juga kian sulit. Sebagai harapan akan adanya penghasilan untuk mencukupi kebutuhan biaya pendidikan tersebut.


Memang miris nasib pendidikan di negeri ini. Jangankan menuntut ilmu ke negeri Cina, di negeri sendiri saja hausnya akan ilmu tidak terjamin. Karena banyaknya biaya pendidikan yang harus dikeluarkan. Dibalik mahalnya biaya pendidikan, membuat para  mahasiswa atau mahasiswinya bertindak amoral, yang mungkin sebagian terpaksa mereka lakukan untuk mencukupi kebutuhan biaya kuliahnya.


Bahkan baru-baru ini beredar dua vidio asusila yang dilakukan dilingkungan kampus UINSA (Universitas Islam Negeri Sunan Ampel) Surabaya (CNN INDONESIA.Com). Bisa jadi, hal itu mereka lakukan karena dorongan kebutuhan yang mendesak terhadap biaya hidup, termasuk biaya pendidikan. Selain bobroknya moral dan lunturnya rasa malu dari orang-orang itu.


Kita sering disuguhi berita tentang para pejabat pemerintah dan orang-orang berduit berselingkuh dengan mahasiswi cantik yang sangat memerlukan biaya hidup dan biaya kuliah. Begitu juga dengan mahasiswa-mahasiswa good looking, banyak dari mereka yang menumbalkan dirinya pada perempuan kesepian yang mapan, demi rupiah yang jadi harapan. Tak jarang pinjaman online jadi jalan pintas bagi mereka, walau mereka tahu konsekuensinya sangat berat.


Beda halnya dengan sistem Islam yang sangat mementingkan pendidikan. Bahkan sangat urgen, karena setiap amalan atau perbuatan manusia seluruhnya harus berlandaskan ilmu, dan ilmu didapatkan dari proses pendidikan.


Allah Swt. juga menjamin pahala yang terus mengalir bagi orang yang berilmu (jariyah), tidak akan terputus oleh kematian bagi orang yang berilmu dan mendedikasikan ilmunya sebesar-besar kemanfaatan sebagai solusi bagi kehidupan umat.


Rasulullah saw. pernah bersabda dalam hadisnya yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, yang artinya: "Ketika manusia mati, terputuslah segala amalnya, kecuali 3 hal, yakni; shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang senantiasa mendoakannya."


Allah pun telah menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad saw. diawali dengan perintah membaca. Membaca berarti meneliti, mempelajari, mengkaji tentang manusia, kehidupan dan alam semesta, semua itu termasuk pada ranah pendidikan.


Maka sistem Islam akan menjamin pendidikan bagi rakyatnya.  Melahirkan para ilmuwan yang ahli di bidangnya, dengan dibekali cara bersungguh-sungguh mempelajari secara mendalam Al-Qur'an dan Al-Hadis terlebih dahulu, di mana keduanya merupakan sumber ilmu, sumber aturan yang tak boleh dilepaskan. Dari keduanya terpancar ilmu-ilmu yang harus diamalkan dan ketika diamalkan membuahkan penemuan-penemuan yang solutif bagi kehidupan manusia secara umum. 


Terbukti dari sejak 14 abad Islam memandu peradaban, dunia terbebas dari kekelaman dan menemukan kecemerlangan yang tak terbantahkan. Dari tangan-tangan kaum muslimin tercipta sesuatu yang membanggakan dan menjadi sumber rujukan dunia di dalam kreasi dan inovasi di berbagai bidang. Kaum muslimin dan non muslim, pada masa itu merasakan dampak kebaikannya.


Maka, mengapa sistem pendidikan negeri ini dan dunia secara umum menjadi sangat kacau balau? Tak lain, karena sistem Islam telah dicampakkan. 


Dunia tak lagi menerapkan aturan Allah yang sahih. Mereka lebih memilih ideologi sekuler kapitalis yang terbukti baru satu abad kepemimpinannya sudah menghancurkan peradaban dunia, seperti saat ini. Maka dari itu, wahai kaum muslim kembalilah ke sistem Islam yang sahih dan mulia, karena itulah satu-satunya aturan yang datangnya dari Sang Maha Mulia. Wallahualam bissawab. [GSM]