Alt Title

Mencegah Pernikahan Dini dengan Duta Genre, Mungkinkah?

Mencegah Pernikahan Dini dengan Duta Genre, Mungkinkah?



Selain itu, sistem pendidikan Islam mendidik generasi memahami tujuan penciptaannya dan peran yang telah Allah tetapkan. 


Islam mampu mencetak generasi dengan keimanan yang kuat dan keterampilan hidup yang cukup, serta memahami hukum syarak. 

_________________________________


Penulis Bunda Hanif

Kontributor Media Kuntum Cahaya


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Indonesia merupakan negara yang memiliki angka perceraian yang cukup tinggi. Pada tahun 2022 saja ada 1.498 kasus perceraian. Dari jumlah tersebut sebanyak 1.153 kasus adalah gugat cerai. Setengah dari jumlah tersebut terjadi pada pasangan yang melakukan pernikahan dini. 


Menurut data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) ada kenaikan jumlah pernikahan sekitar 30% setiap tahunnya. Pada tahun 2021 Pengadilan Agama mencatat sebanyak 65 ribu kasus pengajuan nikah dini dan 55 ribu kasus pada 2022. (CNN Indonesia, 1/8/2023)


Pemerintah menilai fenomena tersebut akan berpengaruh terhadap kelangsungan bangsa, baik dalam pendidikan, ekonomi, sosial, maupun kesehatan masyarakat. Karenanya, Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN RI, Nopian Andusti menyampaikan bahwa salah satu program untuk mencegah pernikahan dini ialah dengan menggalakkan Duta Genre (Generasi Berencana).


Program Duta Genre hingga saat ini sudah sampai ke pelosok desa, sekitar 80 ribu desa telah memilikinya. Mereka adalah wakil BKKBN yang diharapkan dapat mewujudkan remaja yang mementingkan pendidikan dan karier, serta tidak nikah dini. (Aktual, 11/2/2024)


Sebelum kita membahas lebih jauh mengenai duta genre, ada baiknya kita menganalisis penyebab pernikahan dini. Setidaknya ada lima faktor penyebab pernikahan dini.


Pertama, faktor ekonomi. Kondisi ekonomi yang buruk pada suatu keluarga, membuat mereka menikahkan anaknya pada usia muda. Mereka berharap dengan menikahkan anaknya, beban keluarga akan berkurang. Si perempuan sendiri juga berharap kehidupan ekonominya akan membaik setelah menikah dan dapat mengandalkan suami.


Kedua, adanya pergaulan bebas. Maraknya pergaulan bebas saat ini tidak terlepas dari pengaruh Barat. Remaja kehilangan rasa malu. Mereka meluapkan naluri seksualnya sesuka hati.


Atas nama cinta, mereka rela melakukan perbuatan haram yakni melakukan hubungan suami istri sebelum menikah. Akibatnya banyak perempuan yang hamil sebelum menikah. Kondisi ini membuat mereka memilih nikah dini karena dianggap sebagai solusi.


Ketiga, pengaruh adat istiadat atau budaya setempat. Banyak yang beranggapan jika tidak segera menikah akan menjadi perawan tua atau wanita yang tidak laku. Sehingga banyak orang tua yang segera ingin menikahkan anaknya. 


Keempat, kebebasan informasi dalam media sosial seperti konten-konten porno, adegan pacaran, hingga tayangan yang menampilkan kecantikan atau maskulinitas mendorong seseorang untuk melakukan hal yang sama. Konten-konten tersebut mendukung adanya pergaulan bebas. Dampaknya, banyak kehamilan sebelum menikah dan nikah dini adalah solusinya. 


Kelima, mayoritas remaja saat ini lebih suka bersenang-senang. Mereka tidak siap menerima amanah besar dalam mengarungi bahtera kehidupan. Ditambah lagi dengan kesulitan hidup saat ini dan susahnya mencari lapangan pekerjaan.


Akhirnya banyak lelaki yang tidak bisa memenuhi kewajibannya ketika menjadi suami. Inilah yang menyebabkan pertengkaran suami istri. Kalau sudah demikian, perceraian dipandang sebagai jalan keluar. 


Apakah Program Duta Genre Solusinya?


Pemilihan Duta Genre merupakan salah satu program dari BKKBN untuk mengampanyekan Triad KRR, yaitu Anti-Napza, Anti-Seks Bebas dan Anti-Pernikahan Dini. Tujuan dari pemilihan Duta Genre adalah menjadikan remaja tangguh dan dapat berkontribusi dalam pembangunan. Remaja dan generasi muda yang dibidik oleh program ini berusia di bawah 40 tahun, (perempuan 21 tahun dan laki-laki 25 tahun).


Duta Genre tersebut harus terlebih dahulu menanamkan pada diri masing-masing makna remaja sehat, remaja hebat, berprestasi dan berakhlak mulia sebelum mereka mengedukasi remaja lainnya. Mereka harus menjadi teladan dan inspirasi bagi yang lain. 


Adapun program yang harus dijalankan oleh Duta Genre setidaknya ada empat, yaitu kependudukan dan pembangunan keluarga, kesehatan reproduksi remaja, keterampilan hidup, dan perencanaan kehidupan berkeluarga.


Duta Genre bertugas mengedukasi remaja agar mengoptimalkan masa mudanya untuk berkarya demi bangsa. Yang dmaksud dengan berkarya di sini adalah remaja harus mengutamakan pendidikan dan karier. 


Namun, apakah program Duta Genre tersebut dapat menyelesaikan permasalahan pernikahan dini? Duta Genre hanya sebatas memberikan edukasi, bukan menyadarkan remaja secara totalitas. Walaupun mereka melakukan edukasi secara masif, tetapi jika negara tetap membiarkan faktor penyebab pernikahan dini, semuanya akan sia-sia. 


Pernikahan dini dalam pandangan Islam sebenarnya tidak ada masalah. Namun, Islam mengatur batasan usia menikah, yakni setelah balig dan mampu. Islam akan memahamkan setiap orang yang siap menikah juga harus paham akan konsekuensinya.


Setelah menikah, mereka wajib menjalankan syariat pernikahan agar dapat mengarungi bahtera pernikahan dengan baik. Pasangan suami istri harus menjalankan perannya masing-masing dengan sebaik-baiknya. 


Selain itu, sistem pendidikan Islam mendidik generasi memahami tujuan penciptaannya dan peran yang telah Allah tetapkan. Islam mampu mencetak generasi dengan keimanan yang kuat dan keterampilan hidup yang cukup, serta memahami hukum syarak. Semua itu akan menuntun mereka dalam menjalani pernikahan. Dengan begitu, lahirlah keluarga yang kuat, beriman dan bertakwa yang kelak melahirkan generasi-generasi unggul.


Demikianlah solusi yang seharusnya diterapkan untuk mengatasi pernikahan dini. Hanya dengan menerapkan aturan Islam semua permasalahan hidup akan terselesaikan, tidak terkecuali pernikahan dini. Wallahualam bissawab. [SJ]