Alt Title

Tahun Berganti Perubahan pun Dinanti

Tahun Berganti Perubahan pun Dinanti

 


Percikan kemeriahan kembang api di tahun baru terjadi di tengah dentuman suara bom yang tanpa henti membombardir kaum muslim di Gaza. Mereka masih dibayang-bayangi penjajahan zionis Yahudi. Korban pembantaian di Gaza semakin meningkat

Belum lagi penderitaan muslim Rohingya kian memprihatinkan. Mereka bertahun-tahun mengalami stateless (tidak memiliki kewarganegaraan) akibat genosida rezim Myanmar. Mereka bertahun-tahun mencari suaka namun apa yang didapat, mereka diusir dari berbagai negara termasuk negara yang penduduknya mayoritas muslim

_______________________


Penulis Rosita

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Dakwah


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Rentetan suara terompet dan kilatan kembang api menandakan tahun baru yang dinanti telah tiba. Hampir seluruh masyarakat menyambut dengan penuh suka cita. Perayaan kembang api biasanya dipusatkan di beberapa tempat ibu kota, seperti Jakarta, Bandung, Jogjakarta, dan kota-kota besar lainnya.


Dalam perayaan pergantian tahun baru identik dengan acara pesta dan hura-hura. Sisi gelap tahun baru biasanya dimanfaatkan oleh sebagian muda-mudi mengekspresikan rasa cinta mereka terhadap pasangan. Tak sedikit dari mereka melakukan hubungan suami istri atau seks bebas salah satunya terjadi di Kota Mataram.  (Lombok post, 28 Desember 2023)


Sedangkan di tempat lain bukan suka cita yang dirasakan, tetapi justru duka lara. Seperti halnya di Palestina, menjelang tahun baru mereka di bombardir secara besar-besaran oleh zionis Israel. Turut melengkapi juga penderitaan kaum muslimin di akhir tahun, peristiwa pengusiran manusia perahu Rohingya yang dilakukan oleh mahasiswa di Aceh. (BBC News Indonesia, 29 Desember 2023)


Padahal Rasulullah saw. bersabda bahwa kaum muslimin ibarat satu tubuh. Jika ada bagian satu anggota badan yang sakit, maka yang lainnya akan merasakan sakitnya. Artinya, sesama muslim seharusnya saling melengkapi, melindungi, bahkan saling merasakan. Seperti itu seharusnya mereka bersikap. Tetapi, apa yang terjadi saat ini? Hadis tersebut seolah bertentangan dengan fakta yang ada saat ini di tengah-tengah kaum muslimin dalam bersikap terhadap saudaranya sendiri. 


Pengungsi Rohingya diusir yang disertai dengan kekerasan dan intimidasi. Terlepas dari polemik yang terjadi berkenaan dengan perilaku buruk yang disorot di media-media. Berkenaan dengan perilaku orang Rohingya yang tidak baik, seperti membuang bantuan warga ke laut, kabur dari kamp pengungsian, tidak mematuhi norma dan adat setempat, serta memperkosa anak di bawah umur. (detiksumut, 06 Desember 2023)


Percikan kemeriahan kembang api di tahun baru terjadi di tengah dentuman suara bom yang tanpa henti membombardir kaum muslim di Gaza. Mereka masih dibayang-bayangi penjajahan zionis Yahudi. Korban pembantaian di Gaza semakin meningkat. Belum lagi penderitaan muslim Rohingya kian memprihatinkan. Mereka bertahun-tahun mengalami stateless (tidak memiliki kewarganegaraan) akibat genosida rezim Myanmar. Mereka bertahun-tahun mencari suaka namun apa yang didapat, mereka diusir dari berbagai negara termasuk negara yang penduduknya mayoritas muslim.


Peristiwa pengusiran yang dilakukan oleh mahasiswa terhadap pengungsi Rohingya ternyata menyisakan trauma dan ketakutan yang mendalam terutama bagi para perempuan dan anak-anak mereka. Bagaimana tidak, mereka digiring, disoraki. Bahkan menurut salah satu pengungsi Rohingya, “Kami kira akan mati di sini.” (BBC News Indonesia, 29 Desember 2023)


Apa yang terjadi saat ini, menandakan abainya kaum muslimin terhadap urusan umat. Di sisi lain pembelaan terhadap Palestina yang semula membara semakin hari kian kendor, begitu pula terhadap pemboikotan produk-produk yang disinyalir mendukung gerakan zionisme tampak semakin melonggar.


Selain itu umat juga menjadi terpecah dalam menyikapi urusan pengungsi Rohingya. Ditambah lagi semakin kuatnya pembungkaman oleh Meta pada akun-akun yang terang-terangan menunjukkan pembelaan terhadap Palestina.


Sikap kaum muslimin saat ini sesungguhnya buah dari Nasionalisme yang tertancap kuat di benak umat. Ikatan nasionalisme merupakan produk pemikiran yang berasal dari Barat yang sengaja disebarluaskan di tengah-tengah kaum muslimin, agar mereka mencukupkan diri untuk mencintai wilayah masing-masing.


Hal itu semakin diperkuat dengan pemecahan kaum muslimin dalam bentuk nation state. Nasionalisme membuat kaum muslim merasa aman jika tidak ada ancaman dan merasa heroik ketika gangguan datang. Sehingga wajar ketika kaum muslimin diikat dengan ikatan tersebut, pembelaan terhadap kaum muslim yang sedang dijajah atau dizalimi hanyĆ  sesaat. Pembelaan muncul karena simpati dan empati kemanusiaan semata.


Seharusnya umat Islam menyadari bahwa mereka adalah satu tubuh dan wajib menunjukkan pembelaan, pertolongan serta sikap yang nyata sesama muslim. Karena, perasaan dan tindakan ini didorong oleh ikatan akidah Islam, bukan sekadar karena rasa simpati dan empati kemanusiaan. Sehingga, ikatan yang mengikat kaum muslimin adalah ikatan islamiyah karena keimanan. Ikatan yang membuat kaum muslimin ikut merasakan apa yang dialami oleh saudaranya yang sedang dizalimi.


Sebagaimana hadis dari Rasulullah saw. “Perumpamaan kaum muslim dalam hal saling cinta, kasih sayang dan simpati di antara mereka seperti satu tubuh. Jika salah satu organ sakit maka seluruh tubuh demam dan tak bisa tidur. (HR. Muslim dan Ahmad)


Secara individu kita bisa membantu saudara muslim yang sedang mengalami kezaliman dengan menyumbangkan sebagian harta kita beserta doa. Tetapi, hal itu tidak akan cukup untuk menuntaskan kezaliman secara menyeluruh. Karena yang terjadi bukan bencana kemanusiaan semata, tetapi penjajahan yang dilakukan oleh rezim Yahudi dan sekutunya kepada kaum muslimin di Palestina.


Maka yang dibutuhkan mereka hari ini adalah kekuatan besar berupa tentara untuk mengusir para penjajah Yahudi. Kaum muslimin wajib berjihad untuk membela saudaranya di Palestina. Hanya saja saat ini tidak ada satu negara pun melakukan hal itu. Begitupun dengan kasus yang terjadi dengan muslim Rohingya. Mereka butuh pertolongan dan perlindungan. Karena selain mereka adalah muslim, mereka juga korban dari genosida rezim Myanmar. Namun demikian, betapa tindakan tersebut tidak dapat dilakukan kecuali oleh negara berdaulat. 


Dari berbagai persoalan yang ada di tengah-tengah umat, seharusnya umat muslim sadar bahwa saat ini umat membutuhkan seorang pemimpin yang berani dan amanah. Karena seorang pemimpin yang amanah akan sadar bahwa jabatan itu suatu saat nanti akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah Swt., sehingga dia akan mampu untuk menjaga agar setiap muslim tepat dalam bersikap sesuai dengan apa yang telah diperintahkan oleh Allah Swt. dan yang dicontohkan oleh Rasulullah saw..


Sejatinya, umat Islam membutuhkan pemimpin (Khalifah) yang akan memberikan komando yang satu, terhadap negara-negara muslim untuk jihad fi sabililah, di bawah naungan Daulah Islam. Hanya aturan Islam yang kaffah akan mampu menyelamatkan kaum muslim dari kezaliman yang ada di mana pun mereka berada. Wallahualam bissawab. [Dara]