Alt Title

Zero Stunting, akankah Terwujud?

Zero Stunting, akankah Terwujud?

 


Akar masalah stunting adalah bukan hanya persoalan administrasi. Namun, penyebab sebenarnya adalah kemiskinan struktural akibat penerapan sistem kapitalisme

Dalam sistem ini, masyarakat sulit sejahtera. Bagi rakyat yang berpenghasilan rendah, akan sulit memperoleh bahan pangan bergizi yang kian hari kian tak terjangkau harganya. Beban rakyat semakin sulit

______________________


KUNTUMCAHAYA.com, SURAT PEMBACA - Stunting menjadi sebuah permasalahan serius bagi sebuah bangsa. Karena, akibat yang ditimbulkan akan sangat mempengaruhi kualitas generasi bangsa. Menurut World Health Organization (WHO), masalah kesehatan masyarakat dapat dianggap buruk jika prevalensi stunting lebih dari 20 persen. (sehatnegeriku[dot]kemenkes[dot]go[dot]id 25/1/23)


Seperti yang diketahui, stunting pada anak akan memengaruhi banyak hal. Pertumbuhan anak yang pernah terkena stunting akan berbeda dengan anak sehat lainnya. Tinggi badannya akan ada di bawah rata-rata, begitupun pertumbuhan IQ nya. 


Pemerintah perlu mencari tahu akar permasalahan stunting dan mengatasinya hingga tuntas. Akar masalah stunting adalah bukan hanya persoalan administrasi. Namun, penyebab sebenarnya adalah kemiskinan struktural akibat penerapan sistem kapitalisme. Dalam sistem ini, masyarakat sulit sejahtera. Bagi rakyat yang berpenghasilan rendah, akan sulit memperoleh bahan pangan bergizi yang kian hari kian tak terjangkau harganya. Beban rakyat makin sulit. Ditambah, periayah rakyat yakni pemerintah, menganggap rakyat sebagai konsumen. Secara tidak langsung pemerintah berlepas tangan dalam mengurusi rakyatnya. Akibatnya, rakyat miskin banyak melahirkan generasi stunting. Yang mana memiliki IQ rendah dan fisik yang lemah.


Indonesia akan tetap memiliki generasi ber-IQ rendah dan fisik yang lemah jika tidak melepaskan diri dari belenggu sistem kapitalisme. Dalam sistem ini, kesejahteraan hanya milik para pemilik modal. Kesenjangan sosial akan semakin menganga. Si kaya semakin kaya, dan si miskin semakin miskin. Hal ini, berbeda dengan sistem Islam. Dalam islam, pemerintah adalah periayah rakyatnya. Sehingga kesejahteraan rakyat menjadi salah satu tujuan utama dalam pengurusan rakyat.


Negara akan mengelola sumber daya alam sendiri. Sehingga hasil dari pengelolaan tersebut dapat disalurkan langsung kepada rakyat. Negara akan memastikan tak ada satupun rakyat yang kekurangan pangan dan kurang gizi. Sehingga, permasalahan stunting dapat teratasi secara tuntas. Didukung pula dengan sistem pendidikan Islam. Maka hal itu, akan mencetak generasi cemerlang dengan akidah serta fisik yang kuat, cerdas dan berakhlak mulia. Dengan hal ini, bonus demografi yang akan datang akan menjadi sebuah kekuatan bagi negara. Karena, generasi penerusnya kuat dan cerdas. Wallahualam bissawab. [Dara]


Mutia Syarif

Blitar, Jawa Timur