Alt Title

Duka Muslim Rohingya dan Palestina

Duka Muslim Rohingya dan Palestina

 


Sebenarnya warga Rohingya juga melawan akan tetapi kulturnya petani warga sipil biasa yang tidak terbiasa dengan perang, apalagi menggunakan senjata

Selain itu yang dilawan adalah negara sendiri, menjadikan warga Rohingya berbeda dengan muslim Palestina yang sejak awal terbiasa dengan peperangan

_________________________


Penulis Mang Aswan

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Seniman Sunda


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Luka dan duka atas dibantainya warga muslim Palestina oleh entitas Yahudi belum juga kering. Luka lama kembali terkoyak sekarang menimpa saudara muslim Rohingya. 


Ada apa dengan Rohingya sekarang? Bukankah etnis muslim warga asli Myanmar (dahulu Burma) sudah lama meninggalkan tanah airnya dan hidup terkatung-katung di negeri orang akibat kekejaman rezim pemerintah Myanmar? Lantas isu apa lagi yang menjadikan keberadaan warga muslim Rohingya ini kembali diangkat.


Berita di media sosial ramai membicarakan bahwa warga muslim Rohingya telah membuat ulah di negeri orang (pengungsian). Salah satunya adalah bagaimana mereka, konon katanya meminta diperlakukan lebih oleh pemerintah setempat yakni dengan memberikan tanah untuk mereka warga Rohingya.


Hal ini oleh sebagian warga net dituduh bahwa etnis Rohingya ini telah kurang ajar, seperti entitas Yahudi yang tadinya pengungsi yang tiba-tiba bersikap arogan terhadap Palestina dengan mencaplok wilayah Palestina dan sekarang menjadi terbalik warga Palestina menjadi warga kelas dua di rumahnya sendiri.


Analisa penulis kenapa tiba-tiba muncul gerakan 'usir' warga Rohingya, ini tentu ada agenda tersendiri. Apalagi isu Rohingya ini diangkat bukan dari sumber berita mainstream tapi dari akun-akun gelap yang entah di mana rimbanya. Mereka ibarat buzzer yang dikendalikan karena diksi yang digunakan atau kalimat yang digunakan seragam.


Tulisan ini tidak akan terpengaruh oleh isu para 'buzzer Rp'. Tapi akan menganalisa sedikit suasana ke-Islaman bangsa Rohingya dibanding saudara mereka di Palestina.


Etnis muslim Rohingya adalah penduduk asli Myanmar dahulunya Burma/Birma. Awalnya hidup rukun dan damai dengan suku lainnya yang beragama Budha. Namun pasca perang Vietnam wilayah di sekitar itu pecah menjadi dua blok ideologi ada yang kapitalis bloknya Amerika dan yang blok komunis berkiblat ke Rusia dan Cina. Tentu ini sangat mempengaruhi suasana keagamaan muslim Rohingya. Pasca kudeta militer di Myanmar maka mulai saat itu Myanmar berada di bawah rezim militer yang represif yang ideologinya lebih ke kiri (komunis).


Warga muslim Rohingya menempati wilayah cukup luas dan menguasai pesisir pantai, menyebabkan rezim militer merasa mereka menjadi ancaman ideologis. Apalagi Rohingya secara kultur dan keyakinan berbeda dengan warga Myanmar. Dengan bantuan warga Budha yang fanatik, rezim pemerintahan militer Myanmar melakukan Genosida terhadap Etnis Rohingya. Pilihan mereka (muslim Rohingya) cuman tiga, murtad menjadi kaum Budhis, keluar dari tanah mereka, atau dibantai. Hal ini tidak jauh berbeda dengan nasib muslim di Andalusia dahulu ketika dibantai oleh Ratu Isabela.


Lantas kenapa Rohingya tidak seperti warga Palestina, yang melawan Yahudi sampai titik darah penghabisan. Sebenarnya warga Rohingya juga melawan akan tetapi kulturnya petani warga sipil biasa yang tidak terbiasa dengan perang, apalagi menggunakan senjata. Selain itu yang dilawan adalah negara sendiri, menjadikan warga Rohingya berbeda dengan muslim Palestina yang sejak awal terbiasa dengan peperangan. Selain itu mereka tidak menyangka akan terjadi pengusiran oleh Rezim Myanmar dan warga Budha.


Kenapa Agama Budha diterima oleh rezim Myanmar yang komunis? Sebabnya karena kaum Budhis mau bersekongkol dengan junta militer. Dan kaum Budhis ini sekaligus dijadikan tameng oleh rezim pemerintah bahwa pembantaian ini adalah dilakukan oleh kaum Budhisme. Seolah-olah rezim ingin cuci tangan.


Kalau kaum Budhis ini tidak mau kerja sama dengan pemerintah untuk mengusir Rohingya, maka nasib mereka akan seperti kaum Budhis di Tibet yang melawan atas rezim komunis Tiongkok di mana kaum Budhis di sana (Tibet) dibantai, diusir dan pemimpin mereka yaitu Biksu Dalai Lama diusir. Serta tanah Tibet sekarang dicaplok Tiongkok dan menjadi salah satu propinsi Cina. 


Isu lainnya yang diangkat adalah isu nasionalisme di mana agar warga lndonesia fokus mengurus warganya sendiri ketimbang harus bersusah payah mengurus warga Rohingya yang bikin rese begitu kata para 'buzer Rp'. Wallahualam bissawab.