Alt Title

Peran Strategis Santri dalam Mengubah Peradaban

Peran Strategis Santri dalam Mengubah Peradaban

 


Padahal tugas utama santri adalah menguasai ilmu agama yang mampu menyelesaikan persoalan kehidupan

Adapun terkait krisis ekonomi saat ini sejatinya adalah akibat dari penerapan kapitalisme itu sendiri. Kapitalisme telah memandulkan peran negara. Negara hanya sebagai regulator semata

______________________________


Penulis Verawati

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pegiat Literasi


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Suasana di kota santri asyik senangkan hati

Suasana di kota santri asyik senangkan hati

Tiap pagi dan sore hari muda mudi berbusana rapi

Hilir mudik silih berganti Pulang pergi mengaji


Lirik lagu milik Nasida Ria di atas sedikit menggambarkan kondisi dan tugas santri. Tugas utama mereka adalah mengaji atau mengkaji ilmu-ilmu agama. Dengan harapan kelak mereka menjadi para ulama sebagai pewaris Nabi. Mampu memberikan cahaya kebenaran di tengah umat. Sehingga umat makin paham dengan agamanya.


Tidak hanya itu, dalam sejarahnya santri juga ikut langsung terlibat dalam membela tanah air melawan penjajah. KH. Hasyim Asy'ari adalah tokoh yang menggerakkan para santri. Pada bulan Oktober 1945 beliau membuat sebuah resolusi jihad yang salah satu poinnya adalah memerangi orang kafir yang merintangi kemerdekaan adalah fardhu ain. Setiap orang Islam yang berdaya termasuk para santri diarahkan untuk ikut berperang (berjihad). Resolusi inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya hari santri di Indonesia.


Kala itu, jumlah pesantren dan santri masih belum banyak, akan tetapi keberadaan mereka mampu memberikan sumbangan besar dalam mengusir penjajah. Saat ini jumlah santri lebih dari 4,37 juta orang yang tersebar di 30 ribu pesantren di seluruh Indonesia.


Potensi yang sangat besar untuk mampu mengubah peradaban. Membawa umat ke arah yang lebih baik lagi terutama dalam membangkitkan kaum muslimin dari keterpurukan saat ini, serta membebaskan umat dari segala penjajahan baik pemikiran, ekonomi, budaya dan lain sebagainya.


Namun sungguh disayangkan potensi besar santri telah dibajak oleh kapitalisme. Resolusi jihad dimaknai dengan berdaya membangun negara dengan berkontribusi pada sektor ekonomi. Hal ini terlihat dari tema hari santri tahun ini yaitu "Jihad Santri Jayakan Negeri". Santri didorong untuk menguasai transformasi digital. Makna jihad diartikan kontekstual dengan kondisi ekonomi.


Sebagaimana pernyataan Wakil Gubernur Kalimantan Tengah, Edy Pratowo yang dilansir media mmc[dot]go[dot]id (22/20/2023). Jihad santri secara kontekstual adalah jihad intelektual, di mana para santri adalah para pejuang dalam melawan kebodohan dan ketertinggalan.


Santri juga turut berjuang dan mengambil peran di era transformasi digital. Santri adalah teladan dalam menjalani jihad ini. Dengan buku sebagai senjata dan pena sebagai tongkat kebijaksanaan, mereka memperdalam ilmu dan menyebarkan cahaya. 


Pernyataan ini selaras dengan apa yang disampaikan oleh penguasa negeri ini. Dilansir media kemenag[dot]go[dot]id (22/10/2023) Presiden Jokowi berpesan semangat hari santri harus terus dipegang teguh sesuai dengan konteks kondisi saat ini di mana ada krisis ekonomi, krisis pangan dan krisis energi akibat adanya perang baik yang sebelumnya hanya satu yaitu di Ukraina ditambah lagi perang di Palestina dan Israel.


Padahal tugas utama santri adalah menguasai ilmu agama yang mampu menyelesaikan persoalan kehidupan. Adapun terkait krisis ekonomi saat ini sejatinya adalah akibat dari penerapan kapitalisme itu sendiri. Kapitalisme telah memandulkan peran negara. Negara hanya sebagai regulator semata.


Semua kekayaan diserahkan pada pihak asing dan pemilik modal. Sehingga merekalah yang menikmati sedangkan rakyat hidup dalam kemiskinan. Begitu pula peperangan yang terjadi di Ukraina dan Palestina, adalah buah dari kaptalisme yang rakus dan tidak manusiawi. 


Seharusnya hari santri dimaknai dengan jihad yang sebenarnya. Yaitu melawan musuh Islam yang nyata. Saat ini umat Islam sedang terluka dengan terjadinya pembantaian di Palestina. Semua negara Islam diam dan tidak mendukung secara militer. Padahal barat telah nyata mendukung Israel. Sungguh tidak level ketika Gaza melawan negara yang disokong penuh oleh Amerika.


Dengan fakta ini seharusnya hari santri menjadi penggerak untuk para santri berjuang untuk berjihad. Dalam arti mendorong para tentara Islam membantu saudaranya di Palestina. Tentu tidak semua itu tidak mungkin bisa terjadi, manakala kaum muslimin tidak memiliki pemimpin Islam yang mampu menyatukan negeri-negeri muslim. Pemimpin tersebut tidak lain adalah Khalifah. 


Maka tugas santri yang lainnya adalah menempa diri dengan ilmu-ilmu dan tsaqafah yang akan mendukung tegaknya sistem Islam kafah. Tidak sekadar mempersiapkan diri menjadi budak-budak korporasi, pekerja yang dibayar murah. Justru santri menjadi garda terdepan dalam memahami ilmu agama sekaligus menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga santri akan mampu menjadi garda terdepan dalam mengubah peradaban. Peradaban kapitalisme ditinggalkan dan menerapkan peradaban Islam yang gemilang 


Wallahualam bissawab. [SJ]