Alt Title

Karhutla Kembali Terjadi, Bukti Lemahnya Mitigasi Negara

Karhutla Kembali Terjadi, Bukti Lemahnya Mitigasi Negara

Bagi para kapitalis pekerjaan yang tidak memberikan keuntungan tidak akan diberikan penanganan yang tuntas sebagaimana yang terjadi hari ini

Mitigasi untuk kebakaran tidak memberikan keuntungan untuk negara, justru itu bisa memberikan peluang besar untuk para korporasi dalam rancangan pembangunan mereka. Oleh karena itu, pemimpin negara seolah tak serius dalam memberikan mitigasi pada kasus karhutla yang terjadi di mana-mana

_________________________________


Penulis Rismawati Aisyacheng

Kontributor Tetap Media Kuntum Cahaya 



KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - “Bakar, terbakar lagi. Borneoku terbakar lagi, selalu dan terus berulang, bila tiba musim kemarau. Di sana api dan asap mengepal, di sini kabut pun kian menebal, berhektar lahan dan hutan terbakar, korbankan alam dan rakyat sekitar."


Lirik lagu di atas adalah potongan lagu berjudul “Borneo Terbakar” yang diciptakan oleh Vandille al-Rasyid yang kerap disapa VAR. Lagu beliau memberikan gambaran kepada kita terkait kondisi hutan di Indonesia yang tiap kemarau selalu terbakar yang akhirnya alam dan rakyatlah menjadi korban akibat dari kebakaran hutan yang berlarut-larut. Kebakaran lahan yang berhektar-hektar ini juga sering menimbulkan penyakit pada rakyat yang di sekitarnya, sebagaimana yang terjadi saat ini di berbagai titik termasuk Palembang dan Jambi.


Sebagaimana yang dilansir oleh BBC News Indonesia (08/09/2023) bahwa telah terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di berbagai titik. Menurut Siti Nurbaya selaku Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (MLHK) telah terjadi kenaikan yang signifikan terhadap titik kebakaran hutan dan lahan, yang mana di tahun-tahun sebelumnya titik kebakaran hanya mencapai 979 titik dan melonjak naik pada bulan September mencapai 3.788 titik kebakaran terjadi. 


Akibat dari kebakaran tersebut, beberapa kota telah diselimuti kabut asap dan hasilnya menjadikan sangat buruk, sebagaimana yang terjadi di dua kota yaitu Jambi dan Palembang. Kedua kota ini telah memasuki level cuaca tidak sehat. Karenanya, asap yang berhari-hari tersebut telah menyebabkan peningkatan terhadap penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut).


Trisnawarman selaku Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Selatan membeberkan bahwa kasus ISPA dalam sebulan ini, sejak Juli sampai Agustus 2023 telah meningkat menjadi 4.000 kasus. Sementara di kota Jambi pada September telah dideteksi sebanyak 1.097 kasus ISPA yang terjadi.


Dari fakta di atas dapat kita sadari bahwa beberapa titik di negara kita sedang tidak baik-baik saja akibat dari Karhutla, bukan hanya kerusakan alam yang terjadi karena kebakaran hutan dan lahan melainkan juga kesehatan masyarakat kini menjadi taruhannya. Sebab banyaknya asap yang dihasilkan oleh kebakaran jelas telah merusak udara yang dihirup oleh masyarakat setiap hari. Akibatnya mereka telah terganggu kesehatannya. Selain penyakit ISPA yang menggerogoti tubuh mereka, perih pada mata akibat asap pun terjadi. 


Dalam kasus kebakaran tersebut, El Nino memang berpengaruh. Namun melihat kondisi kebakaran yang sering terjadi di setiap musim kemarau yang bahkan di tahun 2023 ini ternyata semakin tak terkendali. Hal ini menunjukkan bahwa mitigasi pemerintah dalam menangani kasus karhutla belum berjalan baik dan optimal. Oleh karena itu, bertambahnya titik-titik kebakaran akibat kurangnya keseriusan dalam melakukan mitigasi terhadap bencana karhutla tersebut. 


Beginilah kiranya ketika kita bernaung dalam naungan sistem kapitalisme yang dasarnya bertumbuh pada materi semata, mengutamakan keuntungan dibandingkan keselamatan rakyat. Bagi para kapitalis pekerjaan yang tidak memberikan keuntungan tidak akan di berikan penanganan yang tuntas sebagaimana yang terjadi hari ini. Mitigasi untuk kebakaran tidak memberikan keuntungan untuk negara, justru itu bisa memberikan peluang besar untuk para korporasi dalam rancangan pembangunan mereka. Oleh karena itu, pemimpin negara seolah tak serius dalam memberikan mitigasi pada kasus Karhutla yang terjadi di mana-mana. 


Lain halnya dengan sistem Islam yang dasarnya adalah ketaatan kepada Allah semata, sehingga mengutamakan kesejahteraan dan keselamatan rakyatnya karena takut jika kelak mereka dimintai pertanggungjawaban oleh Allah akibat kelalaiannya dalam mengurusi urusan rakyatnya. Oleh karena itu, jelas sang pemimpin dalam sistem Islam akan memberikan penanganan yang serius secara tuntas untuk menghadapi musim kemarau agar tidak terjadi kebakaran hutan dan lahan di mana-mana.


Sebab dalam Islam, membiarkan kebakaran terjadi dimana-mana yang akhirnya membuat rakyatnya jatuh sakit jelas itu adalah kezaliman yang tidak dibenarkan dalam Islam, bahkan membiarkan kebakaran begitu saja tanpa memberikan penanganan serius jelas itu termasuk dalam merusak alam ciptaan Allah. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala telah  berfirman dalam surah Al-A’raf ayat 56:


وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَ رْضِ بَعْدَ اِصْلَا حِهَا وَا دْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًا ۗ اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ


Artinya: “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Al-A’raf 7: 56)


Allah telah memberikan peringatan kepada manusia  dalam ayat suci Al-Qur’an agar senantiasa berbuat baik dan tidak melakukan kerusakan di bumi yang telah Allah ciptakan dengan baik. Oleh karena itu, jelas Allah menginginkan hamba-hamba-Nya untuk senantiasa menjaga Alam dan tidak merusaknya dengan cara apapun. Namun penjagaan alam hanya dapat dilakukan oleh pemimpin yang takut akan peringatan Allah serta senantiasa taat kepada Allah.


Oleh karena itu, untuk mendapatkan penanganan yang serius atas semua bencana yang melanda, jelas umat butuh institusi yang kinerjanya serius dan senantiasa takut pada Allah hingga tak melakukan kelalaian dalam menangani setiap bencana yang ada. Dan sungguh hanya Daulah Islam yang sistemnya mampu memberikan penanganan yang serius dalam setiap kasus bencana yang melanda umat. Kenapa Daulah Islam? Karena Daulah Islam satu-satunya sistem yang mendudukkan seorang pemimpin yang ketaatannya semata-mata hanya untuk Allah. Wallahualam bissawab. [GSM]