Alt Title

Di Mana Rasa Kemanusiaan Umat Era Kapitalisme?

Di Mana Rasa Kemanusiaan Umat Era Kapitalisme?

Sistem kapitalis yang berlaku saat ini tidak mampu untuk mencegah masyarakat melakukan pembunuhan

Bagaimana tidak, kapitalisme menjauhkan peran agama dari kehidupan. Jadi, perbuatan apa pun itu tetap dilakukan, tanpa melihat apakah sesuai dengan syariat atau tidak

________________________________


Penulis Yustika Sari

Kontributor Media Kuntum Cahaya & Pegiat Literasi Lampung 



KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Nyawa seolah tidak ada harganya. Pembunuhan kian marak di tengah-tengah masyarakat, bahkan di pelosok pun jadi tempat yang aman untuk melakukan hal keji ini. Di mana seharusnya manusia disibukkan dengan urusan yang diperintahkan oleh Tuhan-nya. Bukan justru melakukan sesuatu yang dilarang oleh Allah Sang Pencipta manusia.


Dari sebuah berita yang dilansir dari MediaLampung pada Sabtu, 16 September lalu, sesosok mayat wanita tanpa busana dan identitas diri, ditemukan sudah membusuk di Pemangku 5, Pekon Negeri Ratu, Kecamatan Batu Brak, Kabupaten Lampung Barat.


Diduga, mayat tersebut adalah Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Kasat Reskrim Polres Lampung Barat Iptu Juherdi Sumandi. “Jenazah tanpa identitas itu diduga ODGJ karena dari keterangan warga ada yang pernah melihat korban beberapa minggu sebelumnya,” ujarnya. 


Namun, pihaknya masih belum bisa memastikan terkait identitas dan penyebab kematian korban. Karena saat ini pihaknya masih melakukan proses evakuasi serta akan dilakukan penyidikan lebih lanjut untuk memastikan penyebab kematian korban. 


Korban pertama kali ditemukan oleh warga setempat saat memetik cabai di kebun pukul 15.00 WIB. Saat itu Tarjak mencium aroma busuk. Penasaran dengan bau itu, warga tersebut langsung mencari sumber aroma dan akhirnya dari kejauhan ia melihat sosok mayat wanita yang kondisinya sudah membusuk dan tanpa busana.


Di bumi mana pun yang kita pijak, kasus semacam ini sudah biasa terjadi. Jenazah ditemukan di sungai, perkebunan, jurang, pinggir jalan dan sebagainya. Di mana rasa kemanusiaan yang memang sudah melekat di dirinya? Tentu, hukuman yang tidak sebanding dengan perbuatan menjadikan perbuatan keji lebih diminati oleh masyarakat. Tanpa memikirkan akibat perbuatan maksiat yang akan dipertanggungjawabkan kelak. 


Namun, tentu hukuman yang menjerakan akan menjadi senjata ampuh bagi siapa saja yang melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah. Tidak adanya hukuman yang menjerakan diakibatkan tidak adanya campur tangan agama dalam masalah hukum. Mengakibatkan, adanya kehalalan perbuatan yang dilarang Allah. Sehingga kasus seperti ini tidak jarang kita temui di sekitar kita. 


Dalam Islam, pembunuhan adalah kasus yang sangat dibenci oleh Allah. Bagi siapa saja yang membunuh tanpa hak, maka balasannya adalah dibunuh kembali. Islam menetapkan hukum kisas. Hukuman kisas ini akan terjadi jika hukum Islam diterapkan. Bagi siapa yang membunuh, maka dia akan mendapatkan hukuman mati. Apalagi jika pembunuhan itu dilakukan dengan cara yang disengaja dan direncanakan, maka dia akan diazab Allah dengan azab yang sangat berat dan diancam dimasukkan ke dalam neraka jahanam. 


Sesuai dengan firman Allah berikut, "Oleh karena itu kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi.” (QS. Al-Maidah: 32)


Sistem kapitalis yang berlaku saat ini tidak mampu untuk mencegah masyarakat melakukan pembunuhan. Bagaimana tidak, kapitalisme menjauhkan peran agama dari kehidupan. Jadi, perbuatan apa pun itu tetap dilakukan, tanpa melihat apakah sesuai dengan syariat atau tidak. Tentu, seluruh permasalahan yang ada di dunia ini pasti ada solusinya, jika kita menerapkan Islam dalam lini kehidupan kita. 


Meskipun, kita belum merasakan kenyamanan atas sistem Islam yang dulu pernah berjasa, tapi kita bisa belajar bagaimana Rasulullah Shalallahu alaihi wa salam pertama kali memimpin negara.


Tidakkah kita rindu dengan sistem yang didirikan oleh Rasulullah? Bukankah kita diwajibkan untuk mengikuti apa-apa yang Rasulullah sampaikan? Maka dari itu, adalah kewajiban bagi umat muslim untuk mengupayakan tegaknya negara yang akan menerapkan syariat secara menyeluruh. Wallahualam bissawab. [SJ]