Islam Kafah Solusi untuk Pengentasan Kemiskinan
OpiniDalam Islam pengukuran kemiskinan tidak dengan nominal, namun dengan terpenuhi tidaknya kebutuhan dasar yaitu sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, dan keamanan dalam masyarakat
Dan ini adalah satuan ukuran yang akurat. Jika seseorang atau masyarakat telah terpenuhi semua kebutuhan dasarnya secara sempurna, maka dapat disebut dengan tidak miskin atau sejahtera
________________________________
Penulis Suhartini, M.Kom
Kontributor Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Dikutip dari Finance[dot]detik[dot]com manfaat dari berhasilnya hilirisasi industri di Indonesia. Salah satu manfaatnya adalah turunnya angka kemiskinan di daerah lokasi pabrik pengolahan nikel. Ini terlihat pada provinsi yang menjadi lokasinya hilirisasi industri nikel. Di Provinsi Sulawesi Tengah dari awalnya memiliki tingkat kemiskinan di atas 20% pada 2007, dan sekarang kemiskinan menurun di bawah 15% pada 2022. Selanjutnya Maluku Utara, yang tadinya memiliki tingkat kemiskinan di level 10% di tahun 2007 turun menjadi di bawah 10% pada 2022.
Yang menjadi pertanyaan adalah berapa riilnya jumlah penduduk miskin Indonesia? Karena nyatanya kemiskinan di Indonesia tetap menjadi masalah dan belum terselesaikan, seharusnya jumlah penduduk miskin bisa diketahui riilnya, bukan menurut banyak versi ini dan itu. Jika dibandingkan dengan acuan garis kemiskinan versi Bank Dunia dirasakan lebih realistis daripada versi BPS. Karena garis kemiskinan versi BPS terlalu rendah. Dengan standar uang Rp550.458 per bulan? Hal ini tentu akan berbanding terbalik dengan kondisi sekarang dimana harga barang dan jasa makin melejit. Belum lagi pendidikan dan kesehatan harus ditebus dengan biaya sangat tinggi.
Selanjutnya apakah hanya daerah-daerah yang memiliki SDA saja yang menjadi prioritas untuk diturunkan tingkat kemiskinannya. Dan untuk daerah lain yang tidak memiliki SDA yang menjanjikan, tidak akan mendapat prioritas. Tentu ini membuat gap yang sangat besar di masyarakat. Berikutnya bisa kita bandingkan di suatu daerah yang memiliki SDA yang menjanjikan, saat ini justru penduduknya masih mengalami kemiskinan serta minim dalam pembangunan infrastruktur yang memadai seperti jalan-jalan di daerah yang memiliki lokasi SDA seperti tambang batu bara justru memiliki fasilitas yang memprihatinkan.
Tentu keberhasilan sebuah proyek hilirisasi yang digadang-gadang menurunkan angka kemiskinan jelas tidak bisa diterima. Bahkan termasuk penyelesaian yang tidak tepat sasaran, melainkan hanya menguntungkan para kapitalis sebagai pemilik modal. Keuntungan dari proyek tidak menyentuh masyarakat miskin, masyarakat hanya akan mendapat manfaat yang sangat kecil sekali, oleh karena itu tingkat kemiskinan akan terus bertambah.
Pengentasan Kemiskinan dalam Sistem Islam
Dalam Islam pengukuran kemiskinan tidak dengan nominal, namun dengan terpenuhi tidaknya kebutuhan dasar yaitu sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, dan keamanan dalam masyarakat. Dan ini adalah satuan ukuran yang akurat. Jika seseorang atau masyarakat telah terpenuhi semua kebutuhan dasarnya secara sempurna, maka dapat disebut dengan tidak miskin atau sejahtera. Sesuai dengan sabda Rasulullah saw.
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِى سِرْبِهِ مُعَافًى فِى جَسَدِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَككَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا
“Barang siapa di antara kalian mendapatkan rasa aman di rumahnya (pada diri, keluarga, dan masyarakatnya), diberikan kesehatan badan, dan memiliki makanan pokok pada hari itu di rumahnya, maka seakan-akan dunia telah terkumpul pada dirinya.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Sistem Islam selalu memastikan terpenuhinya kebutuhan dasar bagi rakyatnya secara orang per orang, karena sistem Islam memiliki mekanisme berupa patroli yang dilakukan oleh Khalifah atau wakilnya sehingga bisa menyisir rumah-rumah penduduk untuk memastikan bahwa semua orang terpenuhi kebutuhan dasarnya. Dan pengentasan kemiskinan dalam sistem Islam adalah hal yang serius sebagai bentuk tanggung jawab dalam kepemimpinannya.
Selain itu dalam sistem Islam pun memiliki standar makruf dalam pemenuhan kebutuhan, yaitu standar umumnya masyarakat. Maka kebutuhan sudah terpenuhi ketika sampai pada level makruf. seperti pemenuhan kebutuhan pangan, makan bukan hanya makan lalu kenyang, tetapi memperhatikan kelayakan gizi makanan yang dikonsumsi dan memastikan bahwa setiap warga negara sudah makan secara berkualitas.
Tanggung jawab kepemimpinan yang demikian hanya ada dalam Islam, ini karena konsep tanggung jawab tersebut muncul dari akidah Islam. Pemimpin yang memiliki kesadaran akan hubungannya dengan Allah akan bertanggung jawab penuh terhadap rakyatnya.
Maka hanya sistem Islam yang mampu menyelesaikan masalah kemiskinan secara tepat. Karena sejak pendataan kemiskinan sudah akurat. Wallahualam bissawab. [GSM]