Potret Buram Jaminan Keselamatan dalam Kapitalisme
OpiniHal ini menunjukkan ketidakpastian dalam memberikan rasa aman dan nyaman berada dalam wilayahnya, mengingat banyaknya kasus kecelakaan yang terjadi. Di samping itu, tidak pernah ada kesudahan keresahan yang terjadi pada diri umat
Semua ketidaknyamanan ini merupakan buah dari penerapan kapitalisme. Sebuah Ideologi yang menjadikan materi sebagai landasan dalam menetapkan kebijakan pun juga melegalisasikan sebuah hukum yang katanya untuk kepentingan umat. Padahal itu hanyalah jas untuk menutupi niat sebenarnya yaitu untuk kepentingan oligarki
_________________________________
Penulis Siti Nurtinda Tasrif
Kontributor Tetap Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Dakwah Kampus
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Pada dasarnya setiap individu berharap mendapatkan jaminan termasuk terjaminnya keselamatan bagi hidupnya. Namun jaminan tersebut sulit didapatkan jika mengandalkan kekuatan sendiri. Sehingga membutuhkan kekuatan yang paling besar di antara semuanya yaitu kekuatan negara. Negaralah yang akan memberikan jaminan keselamatan bagi seluruh rakyat.
Hal ini sesuai dengan fakta yang terjadi, dimana seringkali terlihat adanya petugas keamanan yang selalu berpatroli untuk mengecek keadaan sekitar. Bahwasanya setiap hari pasti ada saja petugas yang senantiasa berjaga untuk melindungi masyarakat, kalau-kalau ada yang tidak wajar maka sigap dalam penyelesaiannya, sehingga rakyat benar-benar merasa aman dan selamat.
Perasaan untuk dijaga ini barang tentu akan memunculkan rasa percaya pada diri umat terhadap kinerja mereka yang diberikan amanah dalam menjaga umat. Sehingga pasti akan membuat umat merasa terlindungi dengan baik, dan menghilangkan rasa kekhawatiran yang teramat terhadap orang-orang di sekitarnya. Hal inilah yang sudah tentu wajib didapatkan oleh seluruh umat.
Namun apa benar faktanya demikian? Pasalnya setiap detik, menit, jam berdetak, dewasa ini selalu terdengar berita-berita yang tidak menyenangkan. Itu pun dipenuhi kasus kriminalitas, baik itu pencurian, pembegalan, pembunuhan, pemerkosaan dan kasus-kasus yang sejenisnya. Sehingga rakyat menjadi khawatir terhadap situasi dan kondisi yang sepi dan gelap. Bahkan cenderung tidak berani.
Tidak hanya jalan, bahkan ketika berkendara pun bisa saja keselamatan tidak didapatkan, bahkan penyebabnya tidak diketahui, mengapa bisa sampai terjadi. Sebagaimana yang penulis kutip dari Media bbc[dot]com (19/07/2023) bahwasanya terjadi kecelakaan KA Brantas di Semarang dengan truk tronton gandeng tanpa muatan. Kecelakaan tersebut dipicu oleh truk yang berhenti karena bannya tersangkut di perlintasan rel kereta api.
Manajer Humas KAI Daop 4 Semarang, Ixfan Hendri Wintoko, mengatakan masinis, asistennya, dan para penumpang dalam kondisi selamat. Ixfan juga mengatakan proses evakuasi lokomotif KA 112 Brantas relasi Pasar Senen-Blitar yang membawa 626 penumpang itu telah selesai dilakukan dan jalur hulu dapat dilalui dengan kecepatan terbatas, sehingga dipastikan tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan tersebut.
Maka kecelakaan di atas, menambah angka kasus kecelakaan kereta api yang terjadi. Sehingga memunculkan banyak pertanyaan di tengah-tengah masyarakat. Apa yang sebenarnya terjadi pada sistem transportasi saat ini? Apakah di dalamnya terjadi kelalaian petugas dalam melihat kondisi sekitar, atau keamanan jalur yang tidak memenuhi standar dalam meminimalkan kasus kecelakaan yang terjadi?
Sungguh aneh tapi nyata, negara yang seharusnya menjamin keselamatan melalui berbagai teknik. Justru kecelakaan ini terjadi akibat transportasi yang tidak terdapat pengawas untuk mengoordinasikan jalur laju kendaraan, khususnya kereta api. Yang di dalamnya banyak sekali penumpang bahkan mencapai raturan jiwa dalam sekali perjalanan. Lalu apa jadinya jika kecelakaan di atas menyebabkan korban jiwa yang fantastis?
Hal ini menunjukkan ketidakpastian dalam memberikan rasa aman dan nyaman berada dalam wilayahnya, mengingat banyaknya kasus kecelakaan yang terjadi. Di samping itu, tidak pernah ada kesudahan keresahan yang terjadi pada diri umat.
Semua ketidaknyamanan ini merupakan buah dari penerapan kapitalisme. Sebuah Ideologi yang menjadikan materi sebagai landasan dalam menetapkan kebijakan pun juga melegalisasikan sebuah hukum yang katanya untuk kepentingan umat. Padahal itu hanyalah jas untuk menutupi niat sebenarnya yaitu untuk kepentingan oligarki.
Sehingga, tidak heran jika banyak sekali persoalan yang terjadi tidak mendapatkan penyelesaian yang fundamental. Dimana setiap solusi yang diberikan tidak memberikan dampak positif yang berarti pada diri rakyat, yang ada hanya menambah jalan untuk membuat rakyat semakin sengsara.
Maka sudah tentu, kapitalisme ini merupakan sistem yang gagal, terutama dalam menjamin keselamatan rakyat. Maka jika sistem ini tetap diterapkan akan menambah catatan kesengsaraan pada diri umat, dan sudah tentu akan semakin meningkatkan penderitaan tanpa ada akhirnya.
Oleh sebab itu, umat harus kembali pada penerapan Islam secara kafah. Dimana di dalamnya hanya terdapat Islam dan seluruh peraturan yang terpancar dari padanya. Terutama tata aturan dalam jaminan keselamatan. Jaminan tersebut dipandang merupakan hak bagi seluruh umat untuk mendapatkannya.
Dalam sistem keamanan Islam, akan ada petugas keamanan, yakni polisi yang bertugas untuk berpatroli dalam menjaga sekaligus mengontrol keamanan. Tidak hanya menjaga keselamatan dari rakyatnya saja akan tetapi menjaga ketakwaan mereka juga. Bahkan setiap tengah malam akan terdengar ketukan pintu untuk membangunkan setiap orang yang di dalam rumahnya untuk beribadah.
Maka hal ini cukup sebenarnya untuk membuat umat yakin bahwa tidak ada solusi yang baik dalam penerapannya kecuali dari sistem Islam saja. Sistem hidup yang akan menjamin kemaslahatan bagi seluruh umat. Wallahualam bissawab. [GSM]