Alt Title

Mengapa Angka Baby Blues Tinggi?

Mengapa Angka Baby Blues Tinggi?

Kehidupan kapitalistik sekuler saat ini menjadikan perempuan muda tidak matang menghadapi permasalahan kehidupan, termasuk dalam kehidupan rumah tangga

Kapitalisme mengajarkan kepada generasi untuk menilai sesuatu berdasarkan materi. Ukuran kebahagiaan ketika terpenuhi kebutuhan materi dan kebutuhan jasadi. Sehingga inilah yang menjadi orientasi hidup perempuan muda calon ibu hari ini. Pendidikan yang diterapkan juga bersifat sekuler

_________


Penulis Binti Masruroh

Kontributor Media Kuntum Cahaya

 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Kehamilan merupakan momen yang ditunggu oleh pasangan suami istri, apalagi kehamilan anak pertama. Menerima kehadiran seorang buah hati sudah semestinya menjadikan seorang ibu bersuka-cita, berbahagia karena kini dia telah memiliki keturunan. Allah Swt. menciptakan manusia secara fitrah memiliki naluri melanjutkan keturunan. Implementasi dari naluri ini adalah seseorang ada rasa suka kepada lawan jenis, seorang bapak atau ibu cinta kepada anaknya. Allah menciptakan naluri ini dengan tujuan untuk melestarikan hidup manusia. Agar manusia di muka bumi ini tidak punah.


Namun hari ini terjadi fenomena gangguan mental pada ibu hamil, menyusui dan ibu dengan anak usia dini. Berdasarkan penelitian di Lampung, 25 persen ibu setelah melahirkan mengalami depresi. Hal ini diungkap dalam data Indonesia Nasional Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) 2023. Bahkan dalam penelitian nasional 50-70 persen ibu di Indonesia mengalami gejala minimal dan sedang baby blues, sehingga Indonesia menduduki peringkat ke-3 di Asia. Hal ini terungkap dari data laporan. (republika[dot]com 28/05/23)

 

Baby Blues merupakan suatu bentuk kesedihan atau kemurungan yang dialami seorang ibu setelah melahirkan. Baby blues menandakan adanya masalah kesehatan mental ibu. Ibu mengalami depresi ringan, biasanya lebih emosional, mudah sedih, marah dan menangis, mudah tersinggung, biasanya juga ditandai dengan munculnya perubahan susana hati gundah, cemas, sedih secara berlebihan, sulit tidur.

 

Ketua Komunitas perkumpulan Wanita Indonesia Keren (WIK) dan psikolog Dra. Maria Ekowati mengatakan baby blues dapat terjadi karena faktor hormonal meski sudah lama mempersiapkan diri sebagai calon ibu, juga faktor hubungan pernikahan seorang ibu, seperti hubungan pernikahan yang tidak harmonis, mengalami KDRT, atau karena kehamilan yang tidak diinginkan akibat hubungan diluar nikah.

 

Kehidupan kapitalistik sekuler saat ini menjadikan perempuan muda tidak matang menghadapi permasalahan kehidupan, termasuk dalam kehidupan rumah tangga. Kapitalisme mengajarkan kepada generasi untuk menilai sesuatu berdasarkan materi. Ukuran kebahagiaan ketika terpenuhi kebutuhan materi dan kebutuhan jasadi. Sehingga inilah yang menjadi orientasi hidup perempuan muda calon ibu hari ini. Pendidikan yang diterapkan juga bersifat sekuler.


Akibatnya terbentuklah seseorang yang memiliki keimanan lemah, tidak paham terhadap ajaran agamanya, sehingga perbuatannya didasarkan kepada keinginan hawa nafsunya, tidak peduli halal haram yang penting bahagia. Akibatnya terjadilah banyak kasus menimpa kehidupan keluarga, seperti perselingkuhan, kasus KDRT, kehamilan di luar nikah.

 

Sistem ekonomi kapitalis negara hanya berperan sebagai regulator. Rakyat termasuk  perempuan harus menanggung beban nafkahnya sendiri atau nafkah keluarga. Akibatnya banyak perempuan yang  masih lemah kondisi fisiknya karena hamil dan melahirkan masih harus berpikir keras untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Sehingga tidak jarang kita dengar berita seorang ibu yang tega membunuh anaknya sendiri, karena masalah ekonomi.

 

Kondisi ini berbeda dengan sistem Islam. Islam merupakan sistem kehidupan yang sempurna berasal dari Zat yang Maha Sempurna yaitu Allah Swt.. Sistem Islam  sesuai dengan fitrah manusia. Melalui penerapan sistem pendidikan Islam, negara menanamkan Akidah Islam dan membentuk kepribadian Islam yang kuat pada generasi. Sehingga generasi dalam sistem Islam akan siap menghadapi perannya sebagai pemimpin, sebagai ibu atau orang tua sesuai tuntunan syariat Islam.


Seorang perempuan dalam sistem Islam, ketika  hamil, melahirkan, menyusui, dia akan merasakan kebahagiaan, bersuka cita. Dia memahami apa yang sedang dijalaninya meski lelah dan letih adalah ibadah yang oleh Allah akan diganjar pahala yang sangat besar. Dia memahami sedang mendapat amanah dan dititipi oleh Allah Swt. seorang penerus generasi Muslim yang nanti akan menjadi penerusnya. Ia akan mengoptimalkan perannya sebagai ummu warobbatul bayt (ibu dan pengatur rumah tangga), sebagai bentuk tangung jawabnya kepada Allah Swt..

 

Seorang suami dalam sistem Islam memahami tugasnya sebagai kepala rumah tangga, bertanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan nafkah keluarga, sehingga seorang istri tidak terbebani untuk bekerja menopang ekonomi keluarga. Ia akan fokus pada peran utamanya sebagai ummu wa rabbatul bait (ibu dan pengatur rumah tangga). Seorang suami juga mempunyai kewajiban untuk memperlakukan istrinya secara makruf atau kasih sayang, sehingga tidak akan ada kasus KDRT sebagaimana pada sistem sekuler hari ini.

 

Dalam sistem Islam negara benar-benar hadir sebagai pe-ri’ayah atau mengurusi urusan rakyat. Rasulullah saw. bersabda yang artinya, “Imam atau khalifah adalah raa’in (pengurus rakyat ) dan ia bertanggung jawab atas pengurusannya." (HR. Bukhari)


Negara menerapkan sistem ekonomi Islam. Seluruh kebutuhan publik seperti kesehatan, pendidikan, keamanan disediakan oleh negara secara cuma-cuma, sebagai bentuk pelayanan terhadap rakyat. Haram hukumnya melakukan komersialisasi terhadap layanan publik ini. Negara juga menjamin setiap individu terpenuhi kebutuhan asasinya.

 

Dengan menerapkan syariat Islam secara kafah, tidak akan terjadi kasus baby blues sebagaimana pada sistem kapitalis sekuler hari ini. Para perempuan akan menjalani perannya sebagai istri, sebagai ibu dengan suka cita dengan penuh tanggung jawab karena mengharap rida Allah Swt.. Wallahu a’lam bi ash-shawwab. []