Alt Title

Beribadah di Bulan Suci, Perlukah Penjagaan?

Beribadah di Bulan Suci, Perlukah Penjagaan?



Penjagaan salat tarawih,  jika dimaksudkan untuk memberi keamanan dan kenyamanan bagi umat Islam dalam beribadah tentu tidak akan dipermasalahkan, selama aktivitas tersebut betul-betul untuk memberikan keamanan bagi umat, bukan untuk mencurigai apalagi memata-matai kegiatan ibadah. Karena sejatinya tugas aparat adalah untuk memberikan jaminan keamanan bagi masyarakat bukan hanya dalam aktivitas ibadah di bulan suci, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari di luar Bulan Ramadan

_________________________


Penulis Arini Faaiza

Kontributor Kuntum Cahaya dan Pegiat Literasi 


KUNTUMCAHAYA.com-Semarak Ramadan begitu terasa di seluruh pelosok negeri. Antusias umat Muslim dapat terlihat dari penuhnya masjid dan mushala yang menggelar salat tarawih berjamaah, karena di bulan suci yang penuh berkah ini umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah Swt.. 


Pelaksanaan salat tarawih di bulan Ramadan kali ini sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, pasalnya sejumlah masjid dan mushala di Kabupaten Bandung mendapatkan penjagaan dari kepolisian. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi berbagai tindak kejahatan terutama yang terjadi di tempat ibadah. Kapolresta Bandung Kombes Pol Kusworo Wibowo menyatakan bahwa ia mengerahkan jajarannya untuk menjaga masjid-masjid yang menggelar tarawih selama Ramadan. Ia berharap dengan penjagaan aparat kepolisian masyarakat dapat melaksanakan salat secara khusyuk dan aman. (ayobandung[dot]com, 22/03/2023)


Dikatakan berbeda karena biasanya penjagaan secara ketat justru dilakukan pada saat perayaan hari besar agama lain, seperti Natal dan Tahun Baru, dengan tujuan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, seperti aksi terorisme dan kekacauan lainnya. Penjagaan masjid maupun mushala akhirnya mengundang tanya dan menimbulkan pro kontra di tengah masyarakat. Ada yang menganggap biasa-biasa saja sementara sebagian lagi ada yang berpendapat bahwa penjagaan tersebut dilakukan bukan semata untuk menjaga keamanan dan kekhusyukan umat dalam beribadah, tetapi lebih dikarenakan adanya kecurigaan terhadap kegiatan masyarakat di dalam masjid. Apalagi menjelang tahun politik pada 2024, aktivitas umat Islam seolah menjadi sorotan.


Ketakutan pihak-pihak tertentu terhadap kebangkitan Islam atau Islam politik menjadi dugaan kuat umat Islam terus dicurigai. Narasi tentang larangan mencampuradukkan antara agama dan politik marak disebarkan melalui berbagai platform media, termasuk anjuran untuk tidak membahas politik di dalam masjid. Padahal Rasulullah saw. adalah teladan bagi umat Islam dalam segala hal termasuk berpolitik. Beliau adalah politikus ulung yang banyak disanjung oleh orang kafir sekalipun. 


Itulah efek sekularisme akut yang diterapkan negeri ini. Mengambil Islam hanya menurut selera saja, tidak mau diambil secara totalitas. Hanya ibadah mahdhahnya, sementara ghair mahdah diabaikan. 


Sebenarnya penjagaan salat tarawih,  jika dimaksudkan untuk memberi keamanan dan kenyamanan bagi umat Islam dalam beribadah tentu tidak akan dipermasalahkan, selama aktivitas tersebut betul-betul untuk memberikan keamanan bagi umat, bukan untuk mencurigai apalagi memata-matai kegiatan ibadah. Karena sejatinya tugas aparat adalah untuk memberikan jaminan keamanan bagi masyarakat bukan hanya dalam aktivitas ibadah di bulan suci, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari di luar Bulan Ramadan.


Namun, berharap keamanan dan kenyamanan di era Kapitalisme sekuler bagaikan pungguk merindukan bulan. Sebab dalam Kapitalisme segala sesuatu dinilai dari materi dan manfaat, sehingga kedudukan penguasa yang lahir dari sistem ini hanya berperan sebagai regulator. Alhasil lembaga-lembaga yang berada di bawahnya, menjadi alat untuk melanggengkan kekuasaan bukan sebagai pemberi jaminan keamanan atau pengayom bagi rakyat. Tidak sedikit oknum aparat yang justru merugikan masyarakat karena terlibat dalam berbagai kasus kriminal.


Mereka tidak menjalankan fungsinya sebagai petugas yang menjaga keamanan masyarakat, tetapi justru sebagai alat untuk menindas masyarakat. Seperti turut mempersekusi ulama dan membubarkan kajian-kajian Islam yang dicurigai terpapar radikalisme. Bahkan ada oknum yang menjadi dalang pembunuhan maupun bandar narkoba seperti yang baru-baru ini terjadi.


Karena itulah sistem Islam hadir sebagai solusi atas berbagai permasalahan umat. Aturan sempurna yang lahir dari Allah Swt. melalui Al-Qur'an dan hadis Rasulullah saw.. Seorang penguasa kaum Muslim akan menjamin kesejahteraan dan keamanan rakyat, terlebih di bulan agung yang sangat disucikan oleh kaum Muslim. Di dalam negara yang menerapkan aturan Islam, kepolisian adalah alat utama negara dalam menjaga keamanan seluruh warga negara juga penguasa.


Keberadaan polisi sangat penting, yakni sebagai alat kekuasaan untuk menjaga keamanan dalam negeri, baik yang bersifat pencegahan maupun penindakan. Untuk mengatasi penyerangan terhadap harta, jiwa dan kehormatan masyarakat, seperti begal, perampok, dan sebagainya. 


Kepolisian bukan departemen atau badan yang berdiri sendiri, tetapi langsung di bawah kepala negara. Karena ia merupakan alat kekuasaan yang berada di tangan penguasa. Kewenangannya pun dibatasi oleh undang-undang. Tetapi, sebagai alat kekuasaan, tugas dan fungsinya jelas mulia, untuk menegakkan kemakrufan dan mencegah kemungkaran.


Di bulan Ramadan polisi bertugas mengondisikan masyarakat agar dapat khusyuk dalam menjalankan ibadah. Mencari orang-orang yang tidak berpuasa dengan alasan yang tidak syar'i, menutup warung-warung makan yang beroperasi di siang hari, siang malam berpatroli mengawasi orang-orang yang melanggar syariat dan mengotori kesucian Ramadan. Rakyat diperhatikan di dunia agar tidak melanggar aturan Allah sehingga selamat di akhirat.


Kondisi ini tidak akan ditemukan di alam sekuler yang liberal seperti hari ini. Karena tugas polisi bukan mengawasi ketaatan. Urusan agama dalam sistem Islam menjadi urusan bersama, mulai individu, masyarakat, pemimpin negara juga aparat kepolisian.


Dengan tugas dan fungsi tersebut, kepolisian jauh dari kepentingan kelompok, partai atau orang-orang tertentu. Dia bekerja sebagai penjaga sistem, penjaga syariat, bukan untuk kepentingan individu, kelompok atau kroni. Apalagi mencurigai umat yang sedang beribadah di bulan Ramadan. Rasulullah saw. bersabda:


"Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (HR. Al Bukhari)


Seperti inilah seharusnya hubungan antara aparat dengan rakyat. Jangan sampai kita mudah diadu domba karena akan melemahkan kedaulatan negara dan persatuan umat. Rakyat dan aparat keamanan seharusnya bekerja sama mewujudkan ketaatan agar Allah Swt. rida kepada kita semua. Namun hal di atas akan sulit terwujud selama sistem yang menaunginya adalah Kapitalisme sekuler.


Hanya sistem Islam yang mampu mewujudkannya. Sebab baik individu masyarakat maupun aparat keamanan sama-sama dituntut untuk tunduk kepada aturan Sang Maha Pencipta yang tidak memiliki kepentingan apapun kepada manusia. Wallahu a'lam bi ash-shawwab. []