Alt Title

Pengorbanan Tak Sekadar Kata

Pengorbanan Tak Sekadar Kata




Kisah Nabi Ismail mengajarkan bahwa kurban artinya “merelakan hal-hal yang bikin kamu jauh dari Allah."

Nabi Ismail menjadi teladan bagi kita bahwa ketaatannya tanpa tapi tanpa nanti.

______________________________ 


Penulis Siska Juliana 

Tim Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com, REPORTASE - Saat ini, remaja dan media sosial menjadi hal yang tidak terpisahkan. Gadget seperti magnet yang selalu menempel di tangan mereka. Banyak kegiatan yang terabaikan akibat asyik bermain gadget. Kecanduan gadget menjadi hal yang sangat berbahaya. Salah satunya terjadi brain rot atau pembusukan otak. Wah, ngeri juga ya!


Lantas, apa itu brain rot? Seberapa bahayanya bagi remaja? Bagaimana agar remaja mau mengorbankan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk melakukan kegiatan positif?


Untuk menjawab rasa penasaran itu, Komunitas Smart With Islam mengadakan kajian yang bertajuk “Pengorbanan Tak Sekadar Kata” pada Ahad, 15 Juni 2025. Kegiatan ini dihadiri oleh puluhan pelajar dan mahasiswa area Kota Bandung, Jawa Barat. 


Para peserta antusias mengikuti acara ini dari awal hingga akhir. Adanya sesi tanya jawab dan silah ukhuwah bersama peserta menambah pemahaman para remaja muslimah yang menghadiri acara ini. 


Teh Annisa selaku pemateri mengungkapkan fakta perilaku remaja saat ini. Mulai dari rebahan berjam-jam sampai lupa salat, mager belajar padahal ujian mepet, ngikutin tren biar ngga FOMO, ngelawan ortu/guru yang ngingetin kebaikan, scroll medsos berjam-jam sampai lupa waktu. Hati-hati karena kebiasaan ini bisa menyebabkan brain rot


Brain rot (pembusukan potensi otak) adalah menurunnya kemampuan berpikir kritis dan kesehatan mental akibat paparan berlebihan terhadap konten digital yang berkualitas rendah, seperti video joget-joget dan konten unfaedah lainnya. 


Penyebab brain rot yaitu terlalu banyak mengonsumsi konten receh di media sosial, seperti menonton video pendek Tiktok, Shorts YouTube, Reels IG, dan FB secara berlebihan; bermain game online dalam waktu lama dan scroll medsos tanpa henti sehingga otak kewalahan oleh informasi yang tidak penting; pola pikir negatif, seperti stres dan pemikiran negatif lainnya.


Ia menyebutkan akibat brain rot yaitu bikin otak jadi malas untuk berpikir kritis dan fokus. Akhirnya sulit berkonsentrasi, mudah lupa, mudah tersinggung, dan kurangnya motivasi. Selain itu, malas melakukan kegiatan yang bermanfaat.


“Yuk mulai “korbanin” kebiasaan buruk yang bikin kita stuck!” kata Teh Annisa. 


Ia juga menjelaskan jika kurban bukan hanya tentang menyembelih hewan. Kurban dalam bahasa Arab berarti “qurban” yang artinya dekat. Jadi, kurban adalah proses mendekatkan diri kepada Allah lewat pengorbanan.


Kisah Nabi Ismail mengajarkan bahwa kurban artinya “merelakan hal-hal yang bikin kamu jauh dari Allah.” Nabi Ismail menjadi teladan bagi kita bahwa ketaatannya tanpa tapi tanpa nanti. Saat Nabi Ibrahim diperintah Allah untuk menyembelih anaknya sendiri, Nabi Ismail berkata:


“Wahai Ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. In syaa Allah, kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. As-Saffat: 102)


Nggak ada debat, nggak ada drama, nggak ada alasan, yang ada cuma “taat” karena cinta tertinggi bukan buat diri sendiri, tetapi buat Allah Swt.,” tegasnya. 


Taat ala Nabi Ismail harus dilatih dari sekarang, taat itu soal konsistensi. Kalau bisa disiplin dalam hal kecil, maka akan lebih kuat dalam menghadapi ujian yang besar. Ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya bukan hanya untuk validasi semata, tetapi murni karena keimanan kita. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.,


“Barang siapa yang menaati aku, maka sungguh ia telah menaati Allah. Dan barang siapa yang durhaka kepadaku, maka sungguh ia telah durhaka kepada Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)


“Taat itu nggak nunggu siap, tapi dijalani meskipun berat. Karena cinta yang sejati pada Allah, selalu butuh bukti, bukan cuma niat di hati,” kata Teh Annisa. 


Teh Annisa berkata, ”Kurban adalah bukti ketaatanmu. Jadilah pelaku kurban sejati, bukan karena kamu nyembelih sapi atau kambing, tapi karena kamu berani menyembelih kemalasan, hawa nafsu, dan dosa yang selama ini kamu pelihara diam-diam.”


“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.....” (QS. Al-Hajj: 37)


Ia mengungkapkan caranya agar bisa konsisten taat, yaitu:


Pertama, sisihkan waktu khusus untuk mengkaji Islam.


Kedua, amalkan setiap ilmu yang sudah didapatkan.


Ketiga, tebarkan ilmu yang kita pahami sebagai tanda cinta pada sesama.


Keempat, temukan circle positif yang mendukungmu dalam kebaikan,


“Yuk, sama-sama jadi remaja yang taat! Taat itu bukan beban, tapi sumber kebahagiaan,” ajaknya.


“Orang yang taat itu lebih keren daripada yang viral, karena mereka hidup dengan prinsip bukan sekadar ikut arus,” pungkasnya. 


Demikianlah cara agar remaja muslimah menyadari bahwa ketaatan dan pengorbanan di jalan Allah merupakan satu-satunya jalan untuk menuju keselamatan di dunia dan akhirat. Wallahualam bissawab.