Alt Title

Menciptakan Ibu Bahagia di Tengah Problematika Melanda

Menciptakan Ibu Bahagia di Tengah Problematika Melanda



Rumah sebagai tempat berlindung dan teraman bagi keluarga

tak luput menjadi tempat yang rawan terjadi pelecehan seksual

_________________________


Penulis Yani Ummu Qutuz 

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pegiat Literasi


KUNTUMCAHAYA.com, REPORTASE - Majlis Sakinah digelar kembali di penghujung Mei, tepatnya pada 25 Mei 2025 di Masjid Al Hidayah komplek Padasuka Ideal, Kelurahan Padasuka, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung. Tema yang diangkat kali ini adalah “Menciptakan Ibu Bahagia di Tengah Maraknya Pelecehan Perempuan”. Pemateri adalah Founder Majlis Sakinah yaitu Ustazah Susi Rahma, S.Pd.


Ustazah mengawali ceramahnya dengan bertanya pada mustami tentang makna bahagia. Ada beragam jawaban yang berbeda dari mustami terkait makna bahagia. Singkatnya bahwa setiap orang pasti mengharapkan kebahagiaan dalam hidup. Bahagia, satu kata yang sangat diimpikan oleh setiap orang tak terkecuali ibu.


Nasibmu Wahai Ibu


Namun, saat ini para ibu sangat sulit mewujudkan kebahagiaan. Banyak ibu yang memiliki peran ganda, baik sebagai pendidik dan pengatur rumah tangga juga sebagai pencari nafkah untuk membantu suami di tengah impitan kesulitan hidup. Belum lagi masalah eksploitasi, sampai pelecehan seksual banyak menimpa kaum hawa. Sungguh pekerjaan berat saat ini, menjaga nalar ibu untuk tetap waras dan normal.


Beberapa waktu lalu, tersebar berita pelecehan seksual terhadap seorang keluarga pasien di RSUP Hasan Sadikin Bandung. Pelaku adalah dokter residen yang sedang menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Fakultas Kedokteran Unpad berinisial PAP (31), yang telah ditetapkan sebagai tersangka. Tidak lama setelah berita ini viral, terungkap kasus pelecehan oleh dokter kandungan berinisial MSF di Garut, Jawa Barat, diduga korban lebih dari satu orang. Kasus ini terungkap setelah ada laporan dari korban.


Tidak Ada Ruang Aman


Ruang aman bagi perempuan makin sempit. Area transportasi umum, tempat kerja menjadi tempat yang rawan terjadi pelecehan seksual. Atasan yang seharusnya bertanggung jawab atas keselamatan karyawan, malah menjadi pelaku bahkan sampai mengancam pemutusan kontrak kerja jika menolak.


Rumah sebagai tempat berlindung dan teraman bagi keluarga pun tak luput menjadi tempat yang rawan terjadinya pelecehan seksual. Orang tua yang seharusnya menjadi pelindung dan penjaga justru menjadi monster bagi anak-anaknya, seperti kasus hubungan sedarah yang banyak terjadi akhir-akhir ini.


Penyebab Perempuan Makin Tidak Aman


Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah ini. Pemerintah membentuk lembaga yang mengurusi perempuan yaitu Komnas Perlindungan Perempuan serta pemerintah juga telah mengesahkan UU 12/2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU PKS).


Berbagai upaya apa pun yang dilakukan oleh pemerintah tidak akan membuahkan hasil yang signifikan, selama yang diterapkan di negeri ini sistem kapitalis. Kapitalisme menyuburkan budaya permisif yang serba bebas di masyarakat, salah satunya adalah penyebaran konten pornografi yang begitu masif di tengah-tengah masyarakat. Mengerikan, sejak 2005, Indonesia masuk 10 besar negara pengakses situs porno di dunia. Kondisi ini terbukti menjadi pemicu perilaku seks bebas seperti perzinaan dan kekerasan seksual.


Budaya permisif menjadikan pergaulan bebas di antara pria dan wanita sebagai hal yang wajar. Tentu ini berpeluang terjadinya perzinaan dan tindakan kekerasan seksual pada perempuan dan anak. Saat ini, perempuan pun dijadikan komoditas ekonomi melalui kontes-kontes kecantikan, dunia model, dan sebagainya. Disadari atau tidak, inilah yang menyeret perempuan pada tindakan kekerasan seksual.


Para pelaku pun kerap hanya mendapatkan sanksi ringan, bahkan tidak sedikit kasusnya yang tidak tuntas. Hal ini menandakan bahwa penegakkan hukum gagal melindungi perempuan.


Islam Melindungi Perempuan 


Allah menciptakan perempuan sebagai makhluk yang indah, dengan akal dan fisik yang sempurna. Layaknya perhiasan yang indah maka perempuan harus dijaga, dirawat, dan dilindungi, tidak boleh disia-siakan apalagi dilecehkan. Islam begitu memuliakan perempuan. Oleh karena itu, Islam menurunkan seperangkat aturan agar wanita terlindungi. Ada tindakan preventif dan kuratif agar perempuan terhindar dari kejahatan seksual.


Pertama, Islam mewajibkan bagi laki-laki dan wanita untuk menutup aurat di kehidupan umum. Islam juga memerintahkan untuk menundukkan pandangan (QS.An-Nuur: 30-31). Pandangan terhadap aurat lawan jenis adalah haram dan bisa memicu gejolak syahwat pada manusia.


Islam juga memerintahkan pada para wanita untuk mengenakan jilbab (gamis) yaitu baju panjang yang lebar dan tidak menunjukkan lekukan tubuh (QS. Al-Ahzab: 59), serta khimar (kerudung ) yang terulur sampai dada (QS. An-Nuur: 31), saat ke luar rumah.


Kedua, Islam mengharamkan khalwat (berduaan pria dan wanita yang bukan mahram). Khalwat sering menjadi jalan terjadinya perzinaan dan kekerasan seksual. Nabi saw. bersabda, “Ingatlah, tidaklah seorang laki-laki itu berdua-duaan dengan wanita, kecuali yang ketiganya adalah setan.” (HR. Ahmad, At-Tirmizi, dan Al-Hakim)


Selain itu, Islam juga melarang ikhtilat yaitu bercampur baurnya laki-laki dan perempuan di tempat umum tanpa ada kepentingan, seperti konser, pesta pernikahan, tempat hiburan, dan lain-lain.


Ketiga, Islam mengharamkan eksploitasi terhadap perempuan, seperti kontes kecantikan, modeling, dan sebagainya. Islam juga melarang mempekerjakan perempuan dengan mengekploitasi kecantikan tubuhnya seperti sales promotion girl, pramugari, dan sebagainya.


Sementara itu, tindakan kuratif dilakukan dengan memberlakukan sanksi takzir bagi para pelaku kejahatan seksual. Qadi (hakim) bisa memberikan sanksi hukuman penjara atau hukuman cambuk atas pelaku sesuai kadar kejahatan yang dilakukan. Hukuman yang diberikan bisa berupa hukuman penjara, hukuman cambuk, bahkan hukuman mati jika dinilai sudah melampaui batas oleh pengadilan.


Khatimah


Di penghujung ceramahnya, Ustazah Rahma menyampaikan bahwa agar menjadi ibu bahagia di tengah berbagai permasalahan yang muncul saat ini, baik itu masalah anak, suami, ekonomi, dan sebagainya, maka ibu harus melipatgandakan kesabaran. Allah akan memberikan pahala yang besar bagi orang-orang yang sabar dalam menerima ujian dari Allah.


“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu kelelahan, atau penyakit, atau kekhawatiran, atau kesedihan, atau gangguan, bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya karenanya.” ( HR. Al-Bukhari no.5642 dan Muslim no.2573)


Wallahualam bissawab. [Luth/MKC]