Kecurangan UTBK Aib Pendidikan Indonesia
Opini
Mereka abai pada halal dan haram
Asalkan mendapat nilai bagus, berbuat curang pun dilakukan
_______________________
Penulis Nina Marlina, A.Md.
Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Muslimah
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - UTBK yang telah digelar beberapa hari lalu seperti biasa diwarnai isu-isu kecurangan oleh para calon mahasiswa. Hal ini tentu mencoreng dunia pendidikan. Diketahui para mahasiswa menyontek saat UTBK sebagaimana yang viral di media sosial.
Dikutip dari laman beritasatu.com, 25-04-2025 publik tengah dihebohkan dengan dugaan kecurangan dalam pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) untuk Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) tahun 2025 dengan modus yang makin bervariasi. Dalam keterangan resminya, panitia SNPMB menyayangkan dan mengutuk kecurangan yang telah terjadi pada pelaksanaan UTBK tahun ini.
Menurutnya, ini telah mencederai prinsip keadilan, integritas, dan kejujuran yang menjadi dasar seleksi nasional. Sejumlah peserta UTBK SNBT 2025 diduga melakukan kecurangan. Di antara modusnya yaitu dengan membawa telepon genggam di balik baju, menyebarluaskan soal ujian di platform X, dan menggunakan kamera yang lolos metal detector di behel gigi.
Sementara itu dalam laman Kompas.com, 23-04-2025 panitia menemukan total 14 kasus kecurangan yang melibatkan para peserta dalam dua hari pertama Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK). Ketua Umum Penanggung Jawab SNPMB Prof. Eduart Wolok mengungkapkan bahwa kecurangan terjadi pada 0,0071 persen peserta dari 196.328 peserta yang hadir di sesi 1 hingga 4.
Menurutnya meski sangat kecil, namun sekecil apa pun kecurangan tidak akan ditolerir. Ia menambahkan bahwa beberapa peserta yang mencuri soal UTBK ini menggunakan berbagai cara dan teknologi.
Tidak dimungkiri adanya banyak pihak yang terlibat, baik dari dalam atau di luar peserta ujian. Mereka mengambil soal dengan berbagai macam cara dan sarana teknologi baik dengan perantara hardware atau software. Misalnya memakai HP recording desktop dan lainnya maupun cara konvensional.
Ditemukan pula peserta yang memakai metode remote desktop sehingga soal dapat dikerjakan oleh orang lain di lokasi yang berbeda. Namun, Eduart memastikan bahwa tidak terjadi kebocoran soal yang berulang. Hal ini dikarenakan setiap sesi menggunakan soal yang berbeda.
Indikasi Kerusakan Sistem Pendidikan
Sistem pendidikan hari ini memang telah banyak menimbulkan berbagai masalah khususnya kerusakan generasi, tidak terkecuali dalam pemanfaatan teknologi untuk mengakali tes UTBK. Berbagai upaya dilakukan demi bisa lolos UTBK dan masuk perguruan tinggi favorit. Hal ini menggambarkan buruknya akhlak calon mahasiswa sekaligus mengukuhkan gagalnya sistem pendidikan dalam mewujudkan generasi berkepribadian Islam dan memiliki keterampilan.
Sungguh mencengangkan survei yang dilakukan KPK. Dalam laporan Survei Penilaian Integritas (SPI) Pendidikan 2024 yang bertajuk Indeks Integritas Pendidikan 2024, KPK menelusuri tingkat kejujuran akademik siswa di sekolah dan mahasiswa di kampus. Hasilnya, ditemukan masih banyaknya kasus menyontek dan ketidakjujuran akademik lain yang dilakukan pelajar.
Selain itu, menurut Deputi Bidang Pendidikan dan Peran Serta Masyarakat KPK Dadan Wardana bahwa dalam kejujuran akademik, kasus menyontek masih ditemukan pada 78% sekolah dan 98% kampus. Alhasil, menyontek masih terjadi pada mayoritas sekolah maupun kampus.
Dari fakta tersebut menggambarkan bahwa hasil menjadi orientasi generasi saat ini. Mereka abai pada halal dan haram. Asalkan mendapat nilai bagus, berbuat curang pun dilakukan.
Hal ini jelas merupakan buah dari sistem hidup kapitalisme yang menjadikan ukuran keberhasilan dan kebahagiaan berorientasi pada hasil atau materi. Sistem pendidikan sekuler benar-benar telah menggerogoti keimanan dan identitas umat. Dengan sistem pendidikan ini, generasi muslim tidak paham terhadap ajaran agamanya sendiri.
Ini memang wajar karena porsi materi agama dalam kurikulum pendidikan sekarang sangat kecil. Wajar jika materi pendidikan agama tidak membekas pada diri para siswa sehingga tak mereka amalkan dalam kehidupan. Pemuda hari ini adalah generasi yang akan meneruskan pembangunan. Apa jadinya jika sejak awal sudah berani berbuat curang? Tentu tidak sulit untuk berbuat curang pula di kemudian hari. Jika sudah bekerja atau menjadi pejabat tak segan pula untuk berbuat culas dan korup.
Pendidikan Islam Mewujudkan Generasi Bertakwa
Islam menjadikan ukuran kebahagiaan adalah keridaan Allah Swt.. Dalam Islam, negara akan menjaga agar setiap individu senantiasa terikat dengan aturan Allah Swt.. Negara akan berupaya menjaga individu dan masyarakat untuk tetap dalam suasana keimanan dan ketakwaan.
Seorang muslim akan menjauhi berbagai macam kemaksiatan termasuk perbuatan curang. Ia akan selalu berusaha dalam ketaatan dan keridaan-Nya karena itulah yang membuatnya benar-benar bahagia. Sistem pendidikan Islam dibangun berdasarkan akidah Islam.
Adapun ada dua tujuan pendidikan dalam Islam. Pertama, mencetak generasi unggul yang bertakwa, berkepribadian Islam, dan terikat pada syariat Allah. Para pelajar muslim akan menyadari bahwa menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban. Mereka bertujuan mencari ilmu untuk meraih keridaan Allah Taala bukan semata mengejar materi dan dunia.
Kedua, memiliki keterampilan yang handal dan menjadi agen perubahan. Para pelajar dalam pendidikan Islam akan diarahkan untuk menjadi ulama, intelektual atau tenaga ahli yang dapat menguasai ilmu dan mengamalkannya untuk kemaslahatan umat.
Dengan kuatnya kepribadian Islam, kemajuan teknologi akan dimanfaatkan sesuai dengan tuntunan Allah dan untuk meninggikan kalimat Allah. Bukan untuk dimanfaatkan dalam keburukan dan tindakan curang. Maka generasi muslim akan menjadi generasi terbaik saat mereka mengambil sistem pendidikan Islam.
Khatimah
Islam adalah agama yang sempurna dari Allah Swt. untuk mengatur kehidupan manusia. Sudah selayaknya aturannya diterapkan termasuk dalam sistem pendidikan. Sistem pendidikan Islam telah terbukti melahirkan generasi emas di masa kejayaan Islam. Maka sudah saatnya ia kembali hadir mengatur kehidupan umat. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]