Alt Title

Moderasi Beragama: Menjauhkan Umat dari Makna Kesalehan Sejati

Moderasi Beragama: Menjauhkan Umat dari Makna Kesalehan Sejati



Moderasi beragama tidak muncul begitu saja

melainkan merupakan bagian dari proyek global

______________________________



KUNTUMCAHAYA.com, SURAT PEMBACA - Kementerian Agama Indonesia baru-baru ini mengumumkan kenaikan Indeks Kerukunan Umat Beragama (IKUB) dan Indeks Kesalehan Sosial (IKS) di tahun 2024.


Menurut data yang disampaikan, IKUB mencapai angka 76,47 yang dianggap sebagai prestasi berkat penerapan prinsip moderasi beragama. 


Menteri Agama juga menyatakan bahwa kerukunan umat beragama semakin membaik dan kesalehan sosial meningkat, sebagai hasil dari program-program moderasi yang sedang dijalankan. (kompas.com, 10-10-2024)


Namun di balik klaim ini, ada keprihatinan mendalam tentang bagaimana makna "saleh" yang secara tradisional dipahami dalam Islam, kini didekonstruksi melalui konsep kesalehan sosial dan moderasi.


Moderasi Beragama: Dekonstruksi Makna Kesalehan


Indeks Kesalehan Sosial (IKS) yang digunakan oleh pemerintah diukur melalui lima dimensi: kepedulian sosial, relasi antarmanusia, menjaga etika, melestarikan lingkungan, serta relasi dengan negara dan pemerintah.


Kesalehan yang semula dipahami dalam Islam sebagai tindakan ibadah yang murni karena Allah dan sesuai dengan syariat, kini diberikan pemaknaan baru melalui tambahan kata “sosial.” 


Indikator-indikator ini jelas mencerminkan standar moderasi beragama yang saat ini dijadikan landasan kebijakan, bukan standar yang sesuai dengan panduan Al-Qur’an dan Sunah. Makna moderasi ini bertujuan untuk menampilkan citra Islam yang "moderat" dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam hal sosial. 


Moderasi menekankan pentingnya toleransi, kesetaraan, dan kerja sama antarumat beragama, yang menjadi pilar dari Indeks Kerukunan Umat Beragama (IKUB).


Namun, ada kekhawatiran bahwa moderasi ini justru menggeser umat Islam dari prinsip-prinsip akidah dan syariat yang seharusnya menjadi landasan utama dalam kehidupan seorang muslim.


Proyek Moderasi: Menjauhkan Umat dari Islam


Moderasi beragama tidak muncul begitu saja, melainkan merupakan bagian dari proyek global yang dirancang oleh Barat untuk mencegah kebangkitan ideologi Islam.


Menurut laporan RAND Corporation, moderasi beragama dipromosikan sebagai cara untuk mengadang potensi kebangkitan dan penerapan syariat Islam secara kafah di negeri-negeri muslim. 


Dengan mempromosikan Islam yang "moderat", Barat berupaya menjauhkan umat Islam dari tuntunan asli agama mereka. Salah satu dampak utama dari moderasi ini adalah umat Islam semakin menjauh dari nilai-nilai syariat.


Mereka diajak untuk menerima pandangan global tentang toleransi dan kesalehan, yang sesungguhnya bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. 


Padahal, Islam sudah memiliki definisi yang jelas tentang kesalehan. Dalam Islam, sejatinya insan yang saleh yaitu mereka yang beribadah ikhlas karena Allah dan menjalankan segala perintah atau aturan yang bersumber dari syariat-Nya. Tidak ada konsep kesalehan yang berdasar pada relasi dengan negara atau pemerintah yang tidak menerapkan hukum Allah.


Toleransi dalam Pandangan Islam


Toleransi sebagai salah satu nilai utama dalam moderasi beragama, juga diberikan makna yang berbeda dari apa yang diajarkan oleh Islam.


Islam tentu mengajarkan toleransi, tetapi toleransi tersebut diatur oleh Al-Qur'an dan Sunah, bukan standar global yang diusung oleh Barat. 


Dalam surah Al-Kafirun ayat 6, Allah Swt. dengan tegas menyatakan bahwa, "Untukmu agamamu, dan untukku agamaku." Ini adalah bentuk toleransi yang diajarkan oleh Islam, yaitu menghargai keyakinan orang lain tanpa harus mencampuradukkan keyakinan tersebut dengan prinsip-prinsip Islam.


Selama berabad-abad, toleransi Islam telah diterapkan dalam Daulah Islam. Pada masa tersebut, umat Islam, Yahudi, dan Kristen hidup berdampingan dengan damai di bawah naungan pemerintahan Islam. 


Mereka bebas menjalankan ibadah dan keyakinan mereka tanpa adanya paksaan atau tekanan. Fakta sejarah ini menunjukkan bahwa Islam telah terbukti mampu membawa stabilitas dan kedamaian di tengah keragaman agama, jauh sebelum munculnya konsep moderasi yang dikampanyekan saat ini.


Membangun Kesadaran Umat


Dengan naiknya Indeks Kerukunan Umat Beragama dan Indeks Kesalehan Sosial, pemerintah berusaha menunjukkan bahwa moderasi beragama adalah solusi untuk menciptakan masyarakat yang damai dan harmonis. Namun, kita harus waspada terhadap konsekuensi dari proyek moderasi ini. 


Moderasi beragama sejatinya merupakan strategi untuk menjauhkan umat Islam dari ajaran agama mereka yang sebenarnya dan menekan potensi kebangkitan Islam secara politik.


Umat Islam harus menyadari bahwa toleransi dan kesalehan sejati hanya bisa dicapai melalui penerapan Islam secara kafah, bukan melalui pendekatan moderasi yang dipaksakan oleh Barat. 


Islam sudah memiliki aturan yang jelas tentang bagaimana kita hidup berdampingan dengan orang lain serta bagaimana menjalankan kehidupan yang saleh di bawah naungan syariat.


Oleh karena itu, umat Islam harus bersatu dan memperjuangkan tegaknya Daulah Islam, sebagai junnah atau pelindung yang sejati bagi umat. Wallahualam bissawab. [GSM/MKC]


Endah Dwianti, S.E., CA., M.Ak.