Alt Title

Persoalan Sistemik Jalan Rusak

Persoalan Sistemik Jalan Rusak



Kelalaian para pemangku kekuasaan seperti yang terjadi saat ini, hanya bisa diakhiri dengan tegaknya sistem Islam. 

Di mana negara berkedudukan sebagai pelayan rakyat yang bertanggung jawab memenuhi seluruh kebutuhan rakyat. Dan pembangunan infrastruktur merupakan bentuk pelayanan terhadap umat

_________________________________


Penulis Umi Lia

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Member Akademi Menulis Kreatif


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Jalan rusak tentu sangat berbahaya bagi penggunanya. Apalagi saat musim hujan lubang-lubang sering tertutup air dan bisa menyebabkan kecelakaan. Seperti yang terjadi di sepanjang jalur Cicalengka-Majalaya Kabupaten Bandung. Meski pemerintah sudah beberapa kali melakukan penambalan, tetapi kembali mengalami kerusakan sekitar dua atau tiga bulan kemudian. Kondisi tersebut disebabkan drainase yang mengecil dan hilangnya penampung air. Sementara, wilayah itu menjadi akses utama kendaraan bermuatan besar seperti truk dan tronton, sehingga kondisi pun semakin parah. (Bandungbergerak.id, 12/4/2024)


Pembangunan jalan seharusnya dibarengi dengan pembuatan drainase, yakni saluran yang digunakan untuk menyalurkan massa air yang berlebih.  Kemiringan pun akan dibuat sedemikian rupa untuk mencegah genangan  yang akan mempengaruhi kualitas dan ketahanan jalan.


Ada banyak hal yang mempengaruhi kualitas jalan, di antaranya volume lalu lintas. Jika selalu dilalui oleh kendaraan berat seperti truk yang bermuatan berlebih maka akan sangat berpengaruh. Mulai dari timbulnya retak hingga menjadi lubang yang terus membesar.


Secara prinsip air itu harus secepat mungkin dialirkan, supaya tidak menimbulkan genangan di badan jalan hingga mengakibatkan kerusakan. Faktor lain yang menyebabkan kerusakan adalah kondisi tanah yang tidak stabil, perencanaan  yang tidak sesuai standar dan kurangnya perawatan/pemeliharaan.


Fenomena jalan rusak ini bukan hanya di Kabupaten Bandung. Masih banyak wilayah lain yang mengalami hal serupa dan tentu sangat menghambat aktivitas masyarakat, bahkan bisa menimbulkan bahaya baik bersifat materi maupun nonmateri. 


Padahal jalan merupakan kebutuhan vital bagi masyarakat, jika sering rusak otomatis akan mempengaruhi aktivitas.  Untuk itu harus segera ditangani dan diselesaikan. Sayangnya dalam negara penganut kapitalisme seperti sekarang ini, keberadaan negara  hanya berfungsi tak ubahnya sebagai pelayan korporat. Yang lebih memilih mengizinkan berdirinya pabrik-pabrik daripada memikirkan akibat yang akan ditimbulkannya bagi rakyat.


Ketika terjadi kerusakan infrastruktur jalan, baik para pemilik modal ataupun pemerintah tidak ada yang mau disalahkan. Bahkan terjadi saling lempar tanggung jawab antara daerah dengan pusat, dengan alasan  bahwa untuk memperbaiki Persoalan Sistemik  jalan yang rusak tidak ada anggarannya. Karena alokasi dana yang tersedia untuk kegiatan prevalensi dan kemantapan jalan di seluruh Indonesia sangat terbatas. Tapi anehnya untuk pembangunan jalan tol selalu bisa diupayakan bahkan pemeliharaannya pun dilakukan secara intensif dengan biaya yang besar. Mengapa demikian? Karena mampu mendatangkan keuntungan.


Kelalaian para pemangku kekuasaan seperti yang terjadi saat ini, hanya bisa diakhiri dengan tegaknya sistem Islam. Di mana negara berkedudukan sebagai pelayan rakyat yang bertanggung jawab memenuhi seluruh kebutuhan rakyat. Dan pembangunan infrastruktur merupakan bentuk pelayanan terhadap umat. 


Khalifah Umar bin Khaththab bisa menjadi teladan bagi pemimpin-pemimpin sekarang dalam memberikan pelayanan pada rakyatnya. Beliau pernah berkata: "Seandainya seekor keledai terperosok karena jalan yang rusak, aku sangat khawatir karena pasti akan ditanya oleh Allah Swt. Mengapa kamu tidak meratakan jalan untuknya?" Semua itu dilakukan dalam rangka mengamalkan perintah Rasul saw. untuk mencegah dharar atau terjadinya bahaya. Rasul saw. bersabda: 

"Tidak ada dharar (bahaya) dan tidak ada memudharatkan (membahayakan baik diri sendiri atau orang lain)." (HR Ibnu Majah, Ahmad dan Daruquthni)


Selain infrastruktur jalan, perencanaan kota juga sangat diperhatikan oleh pemimpin dalam sistem Islam. Kemudian melaksanakan rencana dan mengawasinya supaya tidak terjadi pelanggaran. Tata ruang kota direncanakan untuk jumlah penduduk tertentu, disediakan masjid, sekolah, perpustakaan, taman, area komersial, kawasan industri yang terpisah dari pemukiman dan lain-lain. Jika terjadi banjir, pemimpin dalam Islam akan dengan sigap mengatasinya, sehingga tidak akan ada genangan air berhari-hari di tengah jalan yang padat kendaraan. 


Karena itu sudah saatnya umat berpaling dan meninggalkan kapitalisme untuk kembali menerapkan Islam. Sudah banyak kerusakan dan kemudaratan ditimbulkan olehnya. Karena hanya sistem inilah yang akan membawa pada kebaikan, keselamatan dan kesejahteraan.


Seorang pemimpin dalam  Islam akan bertanggung jawab dan tidak lalai dalam mengurus rakyat karena jabatan adalah amanah yang akan dihisab Allah kelak di Akhirat. Agar keberkahan bisa diraih bagi seluruh umat manusia, sebagaimana firmanNya:

"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi..." (TQS al-Araf, ayat 96)

Wallahualam bissawab. [GSM]