Alt Title

Pendidik Sayang, Pendidik Malang

Pendidik Sayang, Pendidik Malang



Dalam Islam, pendidikan adalah pilar peradaban yang begitu diprioritaskan. 

Karena pendidikan ini tentu akan berpengaruh besar terhadap para generasi penerus

________________________________


Penulis Mulyaningsih

Kontributor Media Kuntum Cahaya, Pemerhati Masalah Anak dan Keluarga


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Baru-baru ini kembali dihebohkan oleh berita seputar pahlawan tanpa tanda jasa. Walaupun dari zaman dahulu kala, nasib mereka selalu saja nelongso alias memprihatinkan. Namun kini, lagi dan lagi perhatian kepada mereka selalu saja minimalis. Sebagaimana diberitakan oleh salah satu laman nasional.


Dosen yang bekerja di universitas swasta rentan akan gaji rendah. Bahkan peluang mendapatkan gaji kecil sangat tinggi. Angkanya hanya mencapai kisaran dua juta rupiah, bahkan bisa kurang dari itu.


Hal tersebut senada dengan yang disampaikan Fajri Siregar (Anggota Tim Peneliti dan Pengembangan SPK) bahwa beberapa dosen merasa kurang dihargai karena penghasilan yang diterima sangat minim. Ini memengaruhi semangat dalam melaksanakan tugas sebagai dosen. (tempo.co, 02/05/2024)


Fakta di atas tampaknya tak hanya terjadi di tahun ini saja. Jauh sebelumnya, ternyata fenomena gaji pada para pendidik begitu membuat sedih dan miris. Apalagi guru-guru dengan status kontrak (honorer).


Rendahnya gaji yang diterima oleh pendidik (dosen) mengonfirmasi kepada kita semua bahwa negara benar-benar memandang sebelah mata terhadap profesi tersebut. Padahal dosen adalah pendidik yang mencurahkan segenap tenaganya untuk mengajari para generasi penerus bangsa. Seharusnya dihargai dengan sesuatu yang senilai, namun ternyata yang didapat justru ala kadarnya saja. Sedih memang melihat fenomena ini.


Nyatanya sistem yang diterapkan saat ini (kapitalis) telah menggerus penghargaan yang seharusnya diberikan kepada para dosen sebagai pendidik. Dengan fondasi materi, sistem ini lagi dan lagi hanya menganggap ilmu sebagai sesuatu yang hanya memberikan materi semata. Tanpa memandang lebih jauh bahwa pendidik sebenarnya tak hanya memberikan ilmu, tetapi juga adab serta akhlak dari peserta didik juga menjadi perhatian mereka. 


Alhasil dengan gaji yang rendah alias minimalis tadi, para dosen akhirnya sibuk untuk mencari tambahan penghasilan. Mereka tak lagi terkonsentrasi untuk mendidik dengan kesungguhan hati dan jiwa raga, hanya sekadar transfer ilmu. Sehingga yang terjadi begitu luar biasa, karut marut pendidikan termasuk di dalamnya adalah rusaknya moral peserta didik.


Generasi sekarang serasa jauh dari adab yang sebenarnya. Mereka lebih suka nongkrong daripada ke perpustakaan atau meneliti terhadap sesuatu. Lebih suka dugem dan nongki-nongki dari pada berdiskusi untuk menyelesaikan berbagai persoalan kehidupan. 


Hal di atas tentu akan berbeda ketika Islam diterapkan dalam kehidupan dunia. Dengan aturannya yang lengkap serta sempurna, Islam mampu menyelesaikan berbagai persoalan hidup manusia termasuk pada ranah pendidikan dan sang pendidik.


Dalam Islam, pendidikan adalah pilar peradaban yang begitu diprioritaskan. Karena pendidikan ini tentu akan berpengaruh besar terhadap para generasi penerus. Jika pendidikannya baik, maka insyaAllah akan berpengaruh terhadap akhlak peserta didik.


Karena akidah dijadikan sebagai kurikulum baku untuk sistem pendidikan. Artinya, segala sesuatu tentu akan disandarkan padanya. Salah satunya ketika hendak berbuat maka sandarannya selalu pada Islam (hukum syarak).


Sebagaimana telah dicontohkan pada masa Khalifah Umar bin Khattab ra.. Bahwa penghargaan besar diberikan kepada seluruh pendidik yang ada. Gajinya begitu luar biasa, 15 Dinar per bulan diberikan kepada para guru sebagai pendidik generasi.


Jika kita kalkulasikan maka akan didapatkan sekitar 63,75 gram emas. Maka kisaran Rp76.500.000,00 gaji guru per bulannya (1 gram Rp1.200.000,00).


Begitu pula ketika masa Khalifah Harun ar-Rasyid, beliau akan memberikan penghargaan kepada para intelektual jika berhasil membuat sebuah buku. Penghargaan tersebut adalah diberikan emas seberat buku yang telah dihasilkan. Subhanallah, begitu luar biasa penghargaan yang diberikan Islam kepada para pendidik.


Dengan gaji yang besar tadi, maka pendidik tak pusing lagi memikirkan bagaimana mencukupi berbagai kebutuhan hidup. Karena insyaAllah dengan gaji tersebut akan lebih dari cukup.


Dari sini terbukti bahwa Islam telah memberikan contoh nyata kepada kita semua bagaimana kesejahteraan para pendidik begitu diperhatikan. Karena mereka adalah orang-orang yang begitu luar biasa jasanya terhadap generasi. 


Hanya Islam yang mampu memberikan solusi terhadap segala persoalan kehidupan manusia, termasuk dalam lini pendidikan. Tak ada lagi sebutan, pendidik sayang pendidik malang. Karena sejahtera dan kenyamanan tentu didapatkan ketika sistem Islam diterapkan. Wallahualam bissawab. [SJ]