Alt Title

Aplikasi Si Getak Efektif Cegah Kekerasan Siswa Bekasi?

Aplikasi Si Getak Efektif Cegah Kekerasan Siswa Bekasi?

 


Sistem pendidikan Islam memiliki metode yang khas dengan menjadikan akidah Islam sebagai dasar dalam penyelenggarannya

Sistem ini memiliki tujuan utama menjadikan generasi berkepribadian Islam

____________________


Penulis Ummu Zhafira

Kontributor Media Kuntum Cahaya


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Kekerasan di lingkungan pendidikan memang bukan persoalan sepele. Jika dibiarkan begitu saja, dunia pendidikan akan makin tercoreng. Tidak hanya itu, kekerasan ini tentu akan menimbulkan efek domino yang lebih serius. Ada perkembangan mental dan psikologis anak yang menjadi taruhan. Maka, dibutuhkan penanganan dalam persoalan ini sehingga kekerasan bisa dihapuskan dari dunia pendidikan. 


Untuk itu, belum lama ini Pemerintah Kabupaten Bekasi meluncurkan sebuah aplikasi bernama SI GETAK (Sistem Cegah dan Tangani Kekerasan) guna mencegah tindak kekerasan siswa sekolah. Aplikasi ini merupakan sebuah sistem pelaporan antara siswa dan guru apabila terjadi tindakan kekerasan di dalam maupun luar lingkungan sekolah. Melalui aplikasi tersebut diharapkan dapat mencegah tindakan kekerasan dalam dunia pendidikan. (Tribunnews.com, 03/05/2024)


Senada dengan Pemerintah Kabupaten Bekasi, Dinas Pendidikan Kota Bekasi juga tengah menggenjot kampanye anti kekerasan terhadap anak. Dengan mengangkat tema “Menuju Zero Kekerasan pada Anak” mereka berupaya memaksimalkan fungsi pengawasan di setiap satuan pendidikan di Kota Bekasi. Upaya tersebut diyakini mampu mencegah dan meminimalisir segala hal yang mengarah kepada kekerasan terhadap anak di lingkungan sekolah. (Megapolitan.id, 27/04/2024)


Kasus kekerasan di lingkungan sekolah memang makin mengkhawatirkan. Apa yang dilakukan oleh Pemkab Bekasi dan Disdik Kota Bekasi dalam hal ini patut diapresiasi. Hanya saja, upaya-upaya tersebut belum tentu efektif dalam mencegah terjadinya kasus kekerasan di lingkungan pendidikan Bekasi?


Sedangkan akar persoalan kasus kekerasan ini tidak hanya sekedar takutnya korban dalam melapor atau kurangnya pengawasan di satuan pendidikan. Lebih dari itu, adanya budaya kekerasan yang makin masif merupakan problem sistemik.


Hal ini bisa dilihat dari makin maraknya kasus kekerasan baik berupa kekerasan seksual, perundungan secara fisik maupun verbal, tawuran dan lain sebagainya. Banyaknya kasus dengan beragam pelaku, entah dari tenaga pendidik maupun para siswa sendiri menjadi indikasi bahwa ada yang salah dengan mentalitas masyarakat modern. 


Jika kita mau jeli maka kita akan dapati bahwa sekularisasi pendidikan yang jadi biang melahirkan masyarakat dan generasi yang hobi melakukan kekerasan. Karena, sistem ini menjadikan generasi tak mengenal jati dirinya sebagai hamba, tak paham agama beserta hukum syara. Sehingga wajar kekerasan menjadi solusi dalam menghadapi konflik atau bahkan untuk sekedar unjuk gigi.


Mestinya penguasa lebih jeli dalam merumuskan akar persoalan kekerasan, khususnya di dunia pendidikan. Sehingga tidak hanya fokus pada upaya kuratif saja tapi yang lebih penting adalah adanya upaya preventif dengan menerapkan sistem pendidikan yang melahirkan generasi yang berakhlakul karimah, yakni sistem pendidikan Islam.


Sistem pendidikan Islam memiliki metode yang khas dengan menjadikan akidah Islam sebagai dasar dalam penyelenggarannya. Sistem ini memiliki tujuan utama menjadikan generasi berkepribadian Islam. Oleh karena itu, generasi dan masyarakat dibangun agar menjadikan takwa sebagai tujuan hidup. 


Sebagaimana firman-Nya dalam Surat Al-Hujurat ayat 13, dijelaskan bahwa yang membedakan manusia hanyalah ketakwaan mereka kepada-Nya, "Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti." 


Tak mengherankan jika mereka memahami betul jati dirinya sebagai hamba. Mereka akan senantiasa mengikatkan seluruh aktivitasnya dengan hukum syarak. Akhlakul karimah menjadi penghias diri mereka sehingga tak mudah melakukan kekerasan. Mereka menyadari konsekuensi kemaksiatan yang dilakukan khususnya kekerasan apapun bentuknya akan ada ancaman hukuman baik di dunia maupun di akhirat.


Dengan begitu, kekerasan pada siswa atau anak di lingkungan pendidikan bisa benar-benar dihapuskan tanpa perlu adanya aplikasi tertentu untuk melaporkan tindak kekerasan. Apalagi di dalam Islam, selain dari sistem pendidikan ada keluarga, masyarakat dan negara yang menjadi pelindung bagi anak. Jika tetap ada pelaku yang melakukan tindak kekerasan akan ada sanksi tegas yang diberikan. 


Sistem Islam menjadi satu-satunya solusi paling efektif sebagai alternatif untuk menyelesaikan berbagai macam problematika kehidupan tak terkecuali persoalan kekerasan. Aplikasi SI GETAK dan upaya memaksimalkan pengawasan dalam kasus ini sama sekali tak bisa dijadikan solusi jika sistem kehidupan yang melahirkan generasi bar-bar terus dibiarkan. Wallahuallam Bissawab. [Dara]