Islam Mengukuhkan Peran Ayah
Opini
Dengan demikian, diperlukan suatu sistem yang bisa mengembalikan peran ayah agar dapat melahirkan generasi tangguh
Sistem itu adalah Islam
______________________________
Penulis Siska Juliana
Tim Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Saat ini pemerintah sedang merancang aturan bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) pria agar bisa mendapatkan "cuti ayah". Supaya bisa mendampingi istrinya melahirkan dan mengasuh bayi ataupun yang mengalami keguguran.
Menpan RB, Abdullah Azwar Anas mengungkapkan bahwa ini adalah aspirasi dari banyak pihak. Lamanya cuti bervariasi, mulai 15 hari, 30 hari, 40 hari sampai 60 hari. Hal ini bertujuan agar kualitas proses kelahiran anak berjalan dengan baik. Karena kelahiran merupakan fase penting untuk menyiapkan sumber daya terbaik penerus bangsa. (idntimes.com, 14/03/2024)
Adanya kebijakan cuti ayah, karena pemerintah berpandangan bahwa peran ayah sangat penting dalam mendampingi istri melahirkan dan pascapersalinan. Hal ini sebagai upaya untuk mencetak kualitas sumber daya manusia yang terbaik.
Jika ditelisik, kondisi generasi saat ini makin hancur akibat racun pemikiran dari Barat. Misalnya saja persoalan judi online, pinjol, kriminalitas, kekerasan, hingga kasus pergaulan bebas yang semakin meningkat.
Dengan kerusakan yang semakin parah, adanya cuti ayah bukanlah solusi mendasar dan tidak menyentuh akar masalahnya. Karena kerusakan generasi sudah bersifat sistemik. Seluruh kerusakan ini disebabkan oleh sistem kapitalisme sekuler yang telah menghilangkan peran ayah dalam kehidupan.
Faktanya, banyak sekali rumah tangga yang hancur karena ayah yang tidak menjalankan perannya. Anak-anak hanya dibesarkan oleh fisik ayahnya saja, sedangkan pemikirannya diisi dengan paham sekuler dan liberal.
Ditambah dengan terbatasnya lapangan pekerjaan bagi para ayah. Seharusnya negara memberi jaminan bagi para ayah yang mengalami keterbatasan untuk bekerja. Seperti mengalami sakit atau memiliki cacat fisik.
Hal ini dikarenakan peran negara dalam kapitalisme hanya sebagai regulator saja. Pemenuhan kebutuhan diserahkan pada masyarakat. Mulai dari kebutuhan pangan, papan, dan sandang diserahkan pada individu secara mandiri. Alhasil, para ayah harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Di sisi lain, gaji ayah yang tidak mencukupi, memaksa ibu untuk membantu perekonomian keluarga. Peran perempuan sebagai ibu dan pengatur rumah tangga ditinggalkan. Akhirnya, anak-anak minim pengasuhan dan pengawasan dari orang tua. Hal ini tak aneh ditemui dalam sistem kapitalis. Karena kapitalis melahirkan berbagai kebijakan atas nama pemberdayaan ekonomi perempuan.
Keluarga merupakan fondasi dalam membentuk generasi yang tangguh. Maka ketahanan keluarga harus berperan menjadi pelengkap ketahanan bangsa. Saat ketahanan keluarga rapuh, jelas akan memengaruhi kehidupan generasi, masyarakat, bahkan negara.
Sebuah keluarga memiliki ketahanan, saat ayah berperan maksimal sebagai kepala keluarga dan penanggung jawab utama dalam memenuhi kebutuhan keluarganya. Kebutuhan ini mencakup fisik dan mental. Sehingga tercipta kenyamanan dan ketenangan dalam keluarga. Ibu juga berperan dalam ketahanan keluarga. Hanya saja kunci keberhasilan ada di tangan ayah.
Dengan demikian, diperlukan suatu sistem yang bisa mengembalikan peran ayah agar dapat melahirkan generasi tangguh. Sistem itu adalah Islam. Islam merupakan ideologi yang memiliki seperangkat aturan untuk mengangkat peran ayah. Islam memosisikan laki-laki sebagai pemimpin.
Sebagaimana firman Allah Swt. dalam surah An-Nisa ayat 34,
"Laki-laki (suami) itu pemimpin (qawwam) bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya."
Berdasarkan ayat ini, Islam akan membangkitkan peran laki-laki. Baik bagi ayah maupun calon ayah, agar mereka siap menjalankan fungsinya sebagai pemimpin keluarga. Pemimpin yang dapat melindungi, menafkahi, dan mendidik keluarga.
Dalam sistem Islam, negara akan menjamin berjalannya fungsi ayah ini. Selain itu, negara juga melindungi akidah generasi dari pemikiran selain Islam. Negara menjalankan pendidikan berbasis akidah Islam, sehingga generasi memiliki kepribadian Islam.
Di bidang ekonomi, negara menjamin tersedianya lapangan kerja bagi laki-laki. Negara juga menjalankan fungsinya untuk meriayah umat. Alhasil, ekonomi keluarga akan kokoh dengan terpenuhinya seluruh kebutuhan.
Oleh karena itu, hanya sistem Islam yang mampu membangkitkan peran ayah dalam mewujudkan ketahanan keluarga. Wallahualam bissawab.