Alt Title

Harga Pangan Naik Menjelang Ramadan, Sudah Tradisi?

Harga Pangan Naik Menjelang Ramadan, Sudah Tradisi?

 


Pemerintah harusnya melakukan upaya antisipasi bencana dengan penciptaan lahan khusus menampung kebutuhan pokok juga dalam mensupply kebutuhan


_____________________


Penulis Melta Vatmala Sari

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis dakwah kampus


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Saat ini, sebelum umat muslim sedunia merasakan dan menyambut bulan suci yang penuh berkah, bulan penuh ampunan, bulan dinantikan setiap orang-orang beriman. Umat muslim dikejutkan dengan berita tidak menyenangkan yaitu kenaikan harga bahan pangan.


Dikutip jawa pos.com.id di pasar Koja, warga membeli kebutuhan pangan untuk stok di bulan puasa nanti. Beberapa warga terkejut dengan harga sejumlah bahan pokok, cabai, gula pasir, bawang, telur, dan ayam ras. Sabtu (2/3/2024). Kenaikan harga bahan pangan ini sepertinya sudah menjadi tradisi di tengah umat saat menjelang ramadan. Dari tahun sebelumnya kenaikan harga bahan pangan ini sudah diterapkan oleh pemerintah. 


Penyebab bahan pangan naik menjelang Ramadan


Bulan puasa sebentar lagi akan tiba, seluruh umat Islam menantikan kedatangan ramadan ini. Sebagaimana di bulan tersebut umat Islam mendapatkan kesempatan untuk memohon ampunan, menambah pahala dengan cara menahan amarah, dahaga mengontrol diri dari perbuatan yang keji dan munkar selama 29 atau 30 hari. 


Adanya kenaikan harga ini, pemerintah melakukan monitoring mengenai harga pokok pangan tersebut. Kenaikan harga pangan menjelang puasa menjadi fase pertama melonjaknya harga pangan setiap tahun menuju ramadhan. Beberapa penyebab bahan pangan naik menjelang ramadhan sebagai berikut:


1. Prinsip supply dan Demand


Dalam pembahasan ilmu ekonomi prinsip ini dikenal dengan supply and demand artinya di mana ada permintaan di sana ada produksi. Meski di bulan ramadan umat Islam puasa sekitar 13-14 jam dari pagi hingga sore, ternyata permintaan sembako makin naik menjelang ramadan sampai saat lebaran nanti. Ini terjadi setiap tahun puasa ramadan dan lebaran syawal. 


2. Faktor iklim


Isu mengenai perubahan iklim  global juga terlihat dampaknya pada ekonomi, salah satunya adalah yang menjadi penyebab kenaikan harga sembako dibulan ramadhan. Saat kondisi iklim selalu berubah-ubah terkadang hujan terus kemarau yang tak kunjung usai petani kebingungan bagaimana mereka menanam tanamannya.


Bahan pangan ada yang cocok ditanam saat kemarau ada juga saat musim hujan. Jika yang terjadi adalah musim kemarau panjang maka petani tidak bisa menanam karena tidak dapat asupan air. Jika mereka menanam di musim hujan maka tanaman banyak mati. Akibatnya, stok bahan pangan tersebut menipis sampai langka.


Kondisi ini tentu memberatkan rakyat dan mengganggu kekhusyukan ibadah di bulan mulia ini. Tentunya ada banyak penyebab, termasuk di antaranya memanfaatkan semangat sedekah dan berbagi pada bulan suci. Sebagian pihak memanfaatkannya untuk meraup keuntungan yang banyak. Di sisi lain, terdapat kesalahpahaman bagaimana seharusnya beribadah dan beramal shalih selama bulan Ramadan sehingga berimbas pada naiknya permintaan.


Bagaimana pandangan Islam?


Sudah menjadi tradisi tahunan kenaikan harga pangan naik secara berulang-ulang. Hal tersebut membuktikan bahwa sistem yang diterapkan salah hingga wajib diubah mengganti lebih baik yaitu dengan diterapkannya sistem Islam. Ketika zaman rasulullah saw. saat harga barang-barang naik para sahabat datang kepada rasulullah saw. meminta agar harga-harga tersebut dipatok supaya bisa terjangkau. Tetapi permintaan itu ditolak oleh beliau seraya berkata: "Allahlah yang zat Maha Pencipta, menggenggam, melapangkan rezeki, memberi rezeki, dan mematok harga“ (HR. Ahmad dari Anas)


Oleh sebab itu rasulullah tidak mau mematok harga dan dibiarkan mengikuti mekanisme supply and demand di pasar. Tentu, hal itu bukan membiarkan namun melakukan intervensi tanpa merusak persaingan pasar. Jika kenaikan harga pangan naik disebabkan gagal panen seharusnya negara intervensi dengan adanya teknologi canggih dalam mengatasinya.


Pemerintah harusnya melakukan upaya antisipasi bencana dengan penciptaan lahan khusus menampung kebutuhan pokok juga dalam mensupply kebutuhan. Jika kenaikan barang tersebut terjadi bukan karena faktor supplay and demand, tetapi karena penipuan harga (ghaban fakhisy) terhadap pembeli atau penjual yang sama-sama tidak mengetahui harga pasar. Maka, pelaku bisa dikenai sanksi ta’zir, disertai dengan hak khiyar kepada korban.


Korban bisa membatalkan transaksi jual-beli atau dilanjutkan. Semua itu tentu di awasi negara dengan bantuan Qadhi Hisbah. Langkah selanjutnya mengganti standar mata uang kertas dengan emas dan perak. Karena, mata uang kertas nilainya berubah-ubah, gampang rusak dan rentan mengalami inflasi. Dengan mengganti itu, menjaga stabilitas sistem perekonomian negara tidak akan terjadi spekulasi dan manipulasi terhadap nilai tukarnya.


Inilah cara Islam mengatasi problematika kenaikan harga kebutuhan pokok. Semua itu pernah dilakukan ketika tegaknya Islam lebih dari 13 abad lamanya. Seyogiyanya, hanya sistem Islam yang mampu menyelesaikan semua problematika kehidupan. Yakni, bersumber dari Al Qur’an dan As Sunnah yang berasal dari Allah Swt.. Oleh karena itu, marilah ubah kehidupan rusak ini dengan menerapkan aturan Islam secara kafah dalam bingkah sistem pemerintahan Islam. [Dara]