Alt Title

Skor PPH Indonesia Tinggi, Pemerintah Tebar Fakta Palsu di Tengah Ekonomi Rakyat yang Lesu

Skor PPH Indonesia Tinggi, Pemerintah Tebar Fakta Palsu di Tengah Ekonomi Rakyat yang Lesu

 


Pemerintah harus memastikan ketersediaan pangan dalam negeri dari para petani

Menghindari impor dengan memaksimalkan produksi dari dalam negeri 

______________________________


Penulis Fitri Andriani, S. S.

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pengamat Sosial


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Sebuah pepatah lama mengatakan, "Ayam Mati di Lumbung Padi". Pepatah lama itu barulah terasa sekarang. Di mana suburnya Indonesia, ibarat kayu singkong dilempar ke tanah saja bisa hidup. Bahkan negeri ini pernah dijuluki negara agraris.


Petani pun bangga dengan profesinya dan hidup sejahtera. Namun, sekarang menjadi petani adalah musibah. Tidak heran, beras langka sehingga harganya mahal sekali. Disusul harga hasil pertanian lain ikut melangit. 


PPH atau Pola Pangan Harapan adalah suatu metode penghitungan jumlah dan komposisi ketersediaan pangan bagi masyarakat. Penghitungan ketersediaan pangan ini dijadikan pengalihan abainya tugas pemerintah dalam menyediakan bahan pangan berkualitas dan kuantitasnya merata. Tiba-tiba skor PPH dikatakan naik oleh Bapanas (Badan Pangan Nasional) yang menyatakan bahwa kenaikan PPH tahun 2023 adalah 94,1% dibanding tahun 2022 yang sudah ada di angka 92,9%. (Antara, 16/02/2024)


Faktanya sekarang beras di tahun 2023 hingga awal tahun 2024 ini mengalami kenaikan luar biasa, sekitar 20%. Harga beras mahal dan langka di pasaran. Pemerintah meminta kepada masyarakat untuk mengonsumsi beras Bulog. Namun beras itu sangat jauh dari kata layak untuk dikonsumsi.


Berasnya kusam, berkutu, dan keras jika sudah dimasak. Pemerintah juga menyarankan agar rakyat membeli beras premium yang diimpor dari Thailand atau Vietnam yang harganya lebih terjangkau. Solusi yang ditawarkan ini sangat menguntungkan bagi pengusaha, tetapi tidak bagi rakyatnya.


Beras impor menjadi harapan pemerintah untuk mengatasi kelangkaan beras lokal. Kelangkaan kebutuhan pokok masyarakat Indonesia yang diakibatkan badai El Nino yang panjang. Akibat beras lokal langka dan sangat mahal ini, para ibu menyikapi dengan membeli lauk yang murah. Ini berarti ketersediaan pangan yang bergizi dan seimbang masih jauh dari ideal.


Lalu kenapa laporan PPH tahun 2023 justru mengalami kenaikan 94,2%. Angka ajaib dari manakah hitungan itu didapat? Sementara fakta di lapangan, beras sangat mahal dan sulit didapat. Harga gula, sayuran, dan lain-lain ikut melambung. Ibarat mengirit uang belanja, ibu-ibu harus kencangkan ikat pinggang agar bisa terus hidup.


Sebenarnya, pertanian kita sedang ditelantarkan. Dari mulai pupuk mahal dan harus deposit sejumlah uang untuk bisa mendapatkannya. Kualitasnya juga sangat buruk. Pengadaan benih juga masih didominasi pemerintah dengan harga di atas rata-rata. 


Petani sudah semangat menanam, dengan modal yang tidak sedikit. Namun ketika masa panen sudah dekat, justru pemerintah impor barang serupa sehingga harga di pasaran sangat murah. Tidak sesuai dengan harga modal petani ketika menanam, memupuk dan menggaji para buruh pertanian.


Ketika panen melimpah, petani tidak ada akomodasi untuk mendistribusikan hasil panennya. Sebab keterbatasan mobilisasi mereka ke daerah lain. Para tengkulak yang memainkan harga. Petani hanya untung tipis saja, yang penting laku hasil bertaninya dan tidak keburu busuk. Sangat memprihatinkan. 


Seharusnya, pemerintah menyediakan benih yang berkualitas dan sesuai kebutuhan rakyat dengan harga yang ringan. Sebab kebutuhan pangan adalah kewajiban pemerintah untuk pengadaannya. Pupuk juga seharusnya suatu keharusan untuk diproduksi sendiri dalam negeri, bukan impor terus.


Sebab negeri kita adalah agraris. Ketersediaan pupuk sangat urgen, maka industri pupuk, baik yang alami maupun yang buatan, harusnya dikoordinir oleh pemerintah. Pasti akan menyerap tenaga kerja yang banyak. Harga pupuk juga bisa ditekan.


Teknologi pertanian di masa sekarang, saat cuaca mengalami perubahan yang sangat cepat dan juga ekstrem, harusnya menjadi pertimbangan bagi negara. Teknologi pertanian tidak selamanya mahal untuk mendapat yang canggih.


Dengan alat sederhana misal, plastik terpal untuk menampung tanah bertanam padi agar airnya tidak mudah mengalami porositas saat cuaca panas terik (misal musim El Nino) bisa menjadi andalan. Padi sistem tebang semi kembali yang usia panennya menjadi lebih cepat, yaitu 48 hari dibanding menanam kembali padi dari biji gabah yang memakan waktu sekitar 90 hari.


Kalau diperlukan, buat rumah kaca dengan bahan yang hemat untuk petani sayuran dengan sistem hidroponik. Tanaman aman dari hama, tidak harus menyiram setiap hari, dan bisa ditumpang sari dengan ikan. Bisa menambah ketersediaan pangan lebih bervariatif. 


Masalahnya bagaimana ilmu pertanian ini bisa sampai kepada petaninya? Harus ada tenaga ahli yang digaji pemerintah untuk membagi ilmunya hingga ke petani di daerah-daerah. Sekaligus mereka bisa menjadi petugas pengontrol kebutuhan petani apa aja supaya pemerintah bisa menyediakan dengan harga murah.


Petugas itu pula yang melaporkan setiap pengamatan di lapangan akan kendala-kendala pertanian, mengevaluasi hasil bertani dengan produksi, memastikan produksi sesuai dengan kondisi tanah pertanian, lalu membantu distribusi dengan kemasan yang tepat agar tidak mudah busuk dan sampai di tempat tujuan dengan cepat. 


Petugas yang digaji pemerintah ini juga bisa mengatasi agar tengkulak tidak mudah mempermainkan harga di pasaran, sehingga petani tidak rugi. Pemerintah juga memastikan dan menindak tegas dengan sanksi yang jelas para pengusaha atau individu yang menimbun dan memonopoli barang pangan. 


Pemerintah harus memastikan ketersediaan pangan dalam negeri dari para petani. Menghindari impor dengan memaksimalkan produksi dari dalam negeri.


Bila langkah ini dilakukan dengan tepat dan pengawasan yang baik (serius), insya Allah ketersediaan pangan akan stabil dan merata. Karena Indonesia tanahnya subur, tenaga kerjanya juga banyak, potensi alamnya memungkinkan menanam berbagai jenis tanaman dengan dua musim yang sangat menguntungkan.


Pentingnya seorang pemimpin beriman dan menerapkan hukum Allah secara kafah, agar negeri ini berkah seperti Rasulullah mencontohkannya di tanah Madinah. Masya Allah. Wallahualam bissawab. [SJ]