Alt Title

PIP Sudah Merata 100%, Benarkah Memberikan Pendidikan yang Berkualitas?

PIP Sudah Merata 100%, Benarkah Memberikan Pendidikan yang Berkualitas?

 


Islam menjadikan pendidikan sebagai tanggung jawab negara, dalam semua aspeknya, baik fisik, SDM maupun kurikulum dan hal terkait lainnya

Bahkan Islam menjadikan pendidikan dapat diakses secara gratis oleh semua rakyat


______________________________


Penulis Melta Vatmala Sari 

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Mahasiswi Universitas Jambi


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Program beasiswa seharusnya sudah menjadi suatu kewajiban negara untuk bisa membuat rakyatnya terutama generasi muda yang memiliki kemampuan dan pengetahuan untuk bisa merasakan yang namanya pendidikan.


Namun lain halnya di zaman sekarang dalam pengawasan negara yang menganut sistem kapitalisme. Negara yang hanya mementingkan duniawi melihat orang yang ber-uang dan tidak terlalu memperhatikan rakyat biasa juga rakyat miskin.


Namun berbeda pada masa kejayaan Islam. Program beasiswa diberikan merata, kualitas pendidikan juga bagus. Bahkan pendidikan pada masa Daulah Islam biayanya gratis tidak ada pembayaran SPP atau UKT (uang kuliah tunggal).


Semuanya ditanggung oleh negara, makanya pada masa Daulah Islam banyak melahirkan generasi yang cerdas, kuat, dan gemilang, serta mengasai teknologi. Pada masa itu tidak ada yang terlantar masalah pendidikan sebab pendidikan dan kurikulumnya sesuai dengan akidah Islam.


Kualitas Pendidikan Sekarang dengan Program PIP


Pelajar terutama bagi para mahasiswa sangat berharap dan senang dengan yang namanya beasiswa. Dengan adanya program beasiswa KIP, PIP, dan KIPK siswa-siswi dan mahasiswa mengurus persyaratannya dan senang dengan adanya program ini. Program-program ini mampu meringankan beban orang tuanya, karena biaya pendidikan saat ini sangat mahal. Belum lagi untuk membeli kebutuhan dan peralatan sekolah, kuliah yang sangat mahal.


Seperti ditelusuri berlianmedia.com (22/01/2024) dengan adanya Program Indonesia Pintar ini (PIP) banyak sekali memberikan manfaat kepada sejumlah siswa untuk menggapai pendidikan yang lebih tinggi lagi. Siswa yang merasakan program PIP ini yaitu siswi dari sekolah SMK 3 Kota Magelang. Ia mengaku bahwa ia sangat beruntung sudah terdata sebagai penerima PIP. Karena ekonomi kedua orang tuanya kurang mampu.


Hal ini disampaikan pada saat ditemui Bapak Presiden Joko Widodo yang didampingi oleh Bapak PJ Gubernur Jawa Tengah, Nana Sudjana pada sebuah acara penyerahan berupa bantuan Program Indonesia Pintar di daerah GOR SAMAPTA, Kota Magelang, hari Senin ( 22/1).


Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, dan Riset Teknologi menambahkan, jumlah pelajar di Kota Magelang yang mendapatkan program PIP ini yaitu hampir 1.000 siswa. Terdiri dari 400 pelajar SD, 300 pelajar SMP, 150 pelajar SMA, dan 150 pelajar SMK. Beliau mengatakan jumlah penerima PIP ini sampai 23 november 2023 ini hampir 100%. 18 juta lebih jumlah peserta di Indonesia.


Pada tahun 2024 ini Kemendikbudristek menambah sasaran untuk para penerima program PIP, khususnya untuk jenjang SMA berjumlah sebanyak 567.000, dan SMK hampir mencapai 100.000. Penambahan sasaran itu dibarengi dengan peningkatan satuan bantuan. Pada awalnya bantuan diberikan sebanyak Rp 1 juta per tahun, menjadi Rp 1,8 juta per tahun untuk pelajar SMA/ SMK.


Tapi, apakah pendidikannya berkualitas? Pendidikan hari ini tidak terlalu memadai sesuai dengan apa yang dibutuhkan pelajar dan mahasiswa. Seperti banyak sekolah yang numpang ke sekolah yang lain karena sekolah itu belum memiliki laptop. Terutama sekolah swasta atau kampung dalam.


Ketergantungan jaringan internet bagi mahasiswa dalam mengakses pembelajaran, kurangnya pembelajaran yang menyangkut tentang agama, khususnya Islam kafah di sekolah-sekolah negeri. Pendidikan hari ini banyak mengajarkan soal materi duniawi dan bagaimana sukses ala kapital.


Pendidikan Menurut Syariat Islam


Program PIP ini tidak dibagi secara merata. Bahkan ada anak yang lebih membutuhkan tetapi ia tidak dapat, karena salah sasaran dan tidak ada data yang jelas. Seharusnya diperhatikan data-data anak yang betul-betul kurang mampu oleh negara beserta jajarannya. Sudah seharusnya capaian bantuan dana pendidikan 100%.  


Sayangnya yang dimaksud adalah 100% penyaluran dana yang dialokasikan, itu pun secara bertahap, tetapi belum mencakup 100% jumlah anak didik yang ada. Faktanya akses pendidikan belum merata, juga kondisi sarana prasarana, baik kuantitas ataupun kualitas. Pendidikan Indonesia masih banyak PRnya. Apalagi kualitas pendidikan tidak hanya ditentukan oleh ketersediaan dana, juga kurikulum, dan SDM pendidiknya.


Islam menjadikan pendidikan sebagai tanggung jawab negara, dalam semua aspeknya, baik fisik, SDM maupun kurikulum dan hal terkait lainnya. Bahkan Islam menjadikan pendidikan dapat diakses secara gratis oleh semua rakyat.


Pendidikan Islam juga memiliki kurikulum terbaik. Pendidikan dalam Islam merupakan jalan untuk mendapatkan dan menuntut ilmu, mengasah otak serta belajar untuk menjadi pemberani juga kreatif, supaya mampu membangun negara tanpa bantuan dari Asing.


Karena untuk mendapatkan kehidupan dunia dengan ilmu. Begitu pula sebaliknya, mendapatkan kehidupan yang lebih baik di akhirat haruslah dengan ilmu. Rasulullah saw. bersabda:


مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَهَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ 


Artinya: "Barangsiapa yang hendak menginginkan dunia, maka hendaklah ia menguasai ilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat hendaklah ia menguasai ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan keduanya (dunia dan akhirat) hendaklah ia menguasai ilmu,” (HR. Ahmad)

Wallahualam bissawab. [SJ]