Alt Title

Pemimpin Wajib Ditaati, tetapi Juga Wajib Dinasihati

Pemimpin Wajib Ditaati, tetapi Juga Wajib Dinasihati

  


Ulil amri yang wajib ditaati dalam pemahaman syariah bukan sembarang penguasa atau pemimpin

Melainkan mereka yang memiliki kriteria mukmin dan yang menegakkan hukum-hukum Allah atau selalu terikat pada syariah-Nya


______________________


Penulis Seni Rosdiana 

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pegiat Literasi


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Memasuki tahun politik seperti saat ini, rakyat Indonesia akan melangsungkan pemilihan umum untuk mengangkat pemimpin negara. Pemilu merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden. Penyelenggaraannya dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. (detik.com, 18 Desember 2023)


Mengenai pemimpin dalam Islam. kita sering mendengar bahwa seorang pemimpin, termasuk pemimpin sebuah negara wajib ditaati oleh seluruh rakyatnya. Dengan demikian, rakyat wajib menaati pemimpin atau penguasa mereka tapi sebaliknya rakyat haram untuk membangkang apalagi memberontak kepada pemimpin atau penguasa mereka. Sesuai firman Allah Swt.: "Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kalian kepada Rasul dan serta ulil amri (pemimpin) kalian." (TQS An-Nisa [4] : 59)


Siapa Ulil Amri? 


Menurut Imam Abu Zahrah, sebagian ulama berpendapat bahwa ulil amri adalah para ulama ahli fiqih yang mampu menggali hukum. Adapun menurut mayoritas ulama mengatakan ulil amri adalah para penguasa (al-hukkam) dan ahlul halli wa 'aqdi, tetapi dengan dua catatan: pertama selama mereka Mukmin, artinya bukan penguasa kafir. Kedua selama mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya (Abu Zahrah, Zahrah at-Tafasir, hlm 1727-1728)


Dengan kata lain Ulil amri yang wajib ditaati dalam pemahaman syariah bukan sembarang penguasa atau pemimpin. Melainkan mereka yang memiliki kriteria mukmin dan yang menegakkan hukum-hukum Allah atau selalu terikat pada syariah-Nya.


Hak dan Kewajiban Seorang Pemimpin 


Benar adanya bahwa pemimpin atau penguasa memiliki hak untuk ditaati oleh rakyatnya. Karena sesuai dengan nas-nas di atas. Namun, pemimpin wajib memimpin dengan adil. Seorang pemimpin dapat dikategorikan sebagai pemimpin yang adil jika dia memimpin berdasarkan kitabullah (Al-Qur'an) dan Sunnah. Namun jika tidak, dia adalah pemimpin yang zalim dan fasiq. Ali bin abi Thalib ra pernah berkata : "Wajib atas pemimpin/penguasa untuk memutuskan semua perkara dengan hukum yang telah Allah turunkan (yakni Al-Qur'an dan Sunnah) serta menjalankan amanah. Jika pemimpin/penguasa telah melakukan hal demikian, wajib atas rakyat untuk mendengar dan taat." (Al-Baghawi, Ma'alim at-Tanzil,2/240)


Saat ini yang diperlukan bukan hanya sekedar mentaati pemimpin, jauh lebih dari itu yang dibutuhkan adalah fatwa ulama yang ditujukan kepada pemimpin atau penguasa untuk memimpin rakyatnya dengan Kitabullah.


Nasihat untuk Penguasa


Hujjatul Islam Imam al- Ghazali dalam salah satu masterpiece-nya, At-Tibr al-Masbuk fi Nashihah al-Muluk pada bagian awal bab nya menukil beberapa riwayat sebagai bahan renungan untuk para penguasa diantaranya sebagai berikut:  

Suatu hari, saudara kandung al-Balkhi menemui Khalifah Harun Ar-Rasyid. Khalifah kemudian berkata, "Nasihatilah aku!" Orang itu berkata, "Sesungguhnya Allah telah mendudukkan dirimu pada kedudukkan Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib (yakni sebagai penguasa). Karena itu Allah Swt. meminta dirimu sifat benar/jujur seperti yang ditunjukan Ash-Shiddiq (Abu Bakar). Allah meminta dirimu menjadi pembela yang haq dan penumpas yang batil seperti al-Faruq (Umar). Allah meminta dirimu memiliki rasa malu dan kemurahan seperti Utsman bin Affan. Allah meminta dirimu memiliki ilmu dan keadilan seperti yang ditujukan Ali bin Abi Thalib." 


Demikianlah nasihat merupakan bagian tak terpisahkan dari penguasa muslim pada masa lalu serta nasihat dari para ulama tidak lepas untuk para penguasa. Tidak aneh jika sepanjang zaman kekhalifahan Islam pada masa lalu, banyak kisah-kisah nyata para penguasa muslim yang menggugah perasaan karena kezuhudan, kerendahhatian, keadilan, kejujuran, keamanahan, serta kebajikan mereka dalam memimpin rakyatnya.


Seharusnya para penguasa muslim saat ini menjadikan kisah-kisah di atas sebagai cermin dan pelajaran. Senantiasa selalu berlapang dada dalam menerima nasihat. Serta para ulama wajib menyampaikan nasihat kepada penguasa, diminta atau tidak diminta. Mereka tidak patut menyembunyikan kebenaran yang wajib mereka sampaikan apalagi dihadapan penguasa zalim yang enggan menerapkan syariah Islam. Karena, ulama yang sejati tidak akan melupakan sabda Nabi Muhammad saw. : "Jihad yang paling utama adalah menyampaikan kebenaran dihadapan penguasa zalim." (HR. An-Nasa'i, Ibnu Majah dan Ahmad) 

Wallahualam bissawab. [Dara]