Alt Title

Banjir di Mana-Mana, Rakyat Makin Merana

Banjir di Mana-Mana, Rakyat Makin Merana

 


Penguasa lebih peka dengan lobi-lobi para korporasi dan selalu mengutamakan kemauannya. Namun, mengabaikan penderitaan rakyat yang kena dampaknya

Kalau hal ini tidak dihentikan, malapetaka akan terus menyapa alam dan manusia

__________________


Penulis Titien Khadijah 

Kontributor Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Masalah banjir, tanah longsor, seringkali masyarakat menyalahkan hujan yang curahnya cukup tinggi dan tidak bisa dikendalikan oleh manusia. Padahal ada faktor-faktor lain dari ulah manusia yang memperburuk musibah banjir. Jika hutan-hutan luas yang terbentang sejauh mata memandang di negeri kita, pohon-pohonnya ditebang untuk pembangunan, mengakibatkan hutan menjadi gundul. Karena, hutan-hutan lebat dengan pohon-pohon besar itu untuk menghadang tanah longsor dan banjir. Belum lagi mereka yang buang sampah sembarangan ke sungai. Banyaknya rumah-rumah yang berdiri di bantaran sungai, semuanya ada peran manusia yang memberikan kontribusi akan terjadinya banjir.


Sudah menjadi rahasia publik, pembangunan masif terjadi di kawasan Bandung Utara. Alih fungsi bukit-bukit yang dulu tertanam pohon-pohon besar berubah menjadi rumah hunian, perumahan komplek, villa, hotel, dan apartemen hingga obyek wisata gencar dibangun di kawasan tersebut. Membuat para korporasi tak kunjung berhenti melakukan pembangunan. Inilah faktor terbesar yang membuat sungai Cikapundung meluap dan membanjiri Bandung Kota, khususnya seputaran Braga, pada tanggal 11 Januari 2024.


Di Jakarta, mempunyai masalah yang sama. Pembangunan masif di daerah Puncak Bogor terus terjadi. Buruknya drainase dan menipisnya tanah resapan seolah menjadi masalah umum di perkotaan. Akibatnya banjir menjadi langganan di mana-mana termasuk di kota-kota Indonesia. Di saat lingkungan rusak oleh manusia-manusia serakah, rakyat dibuat kesal dan geram dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yang begitu lemah dan cenderung berpihak pada kepentingan para korporasi. Penguasa dalam naungan kapitalisme terbukti hanya sebagai fasilitator dan regulator bagi korporasi, penguasa tidak lagi menjadi pelayan masyarakat.


Jeritan, keluhan warga terdampak pembangunan yang tak bermanfaat untuk rakyat, tata kota yang mengabaikan kemaslahatan rakyat yang mengakibatkan banjir, tanah longsor di mana-mana. Penguasa lebih peka dengan lobi-lobi para korporasi dan selalu mengutamakan kemauannya. Namun, mengabaikan penderitaan rakyat yang kena dampaknya. Kalau hal ini tidak dihentikan, malapetaka akan terus menyapa alam dan manusia.


Kapitalisme tidak menjadikan kepentingan rakyat di atas segalanya, tetapi lebih mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya dan skala prioritas hanya fokus untuk para pengusaha juga penguasa. Kapitalisme selalu memisahkan agama dari kehidupan. Di mana, agama hanya dicukupkan dengan beribadah di masjid dan tidak diikutsertakan dalam mengatur kehidupan.


Alam ini adalah ciptaan Allah Swt., tinggal dari manusia itu sendiri mau menjaga alam atau merusaknya. Hujan adalah qadar Allah juga nikmat dari Allah untuk membasahi bumi. Tetapi hujan yang lebat selalu mengakibatkan banjir di mana-mana. Semua ini merupakan ulah tangan manusia berupa penggundulan hutan dan alih fungsi hutan yang tidak sesuai.


Kerusakan alam tampak terjadi karena ulah tangan manusia-manusia serakah. Dalam sistem kapitalisme, manusia ditetapkan untuk merusak alam. Bahkan untuk mendapatkan keuntungan yang besar hutan bisa menjadi kepemilikan umum yang seharusnya dikelola oleh negara justru diswastanisasi. Halal haram bagi mereka sudah tidak ada lagi. Akhirnya rakyat yang dikorbankan dan mayoritasnya adalah umat muslim.


Firman Allah Swt. dalam Al-Qur'an surat Ar-Rum ayat 41, yang artinya, "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut, disebabkan karena perbuatan tangan manusia, Allah Swt. menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar."


Islam sangat memperhatikan sekali pembangunan (infrastruktur) yang semata-mata untuk kemaslahatan umat. Begitu teliti dengan seksama bagaimana dalam mengerjakannya dan tidak merugikan umat. Dalam pembangunan harus selalu memperhatikan alam sekitar dan habitat makhluk lainnya. Kepentingan serta keselamatan umat harus menjadi prioritas utama agar terjaga dari musibah, bencana dan kerugian lainnya. Maslahat umat harus diperhatikan dalam perencanaan tata ruang serta membuat konsep dengan baik sesuai dengan nilai-nilai Islam.


Hanya dengan menerapkan Islam secara kafah segala problematika umat akan terselesaikan dengan baik. Termasuk menjaga dan melestarikan alam dengan baik untuk kemaslahatan umat di muka bumi. Wallahualam bissawab. [Dara]