Alt Title

Satelit Berbahan Kayu Atasi Sampah Luar Angkasa, Benarkah?

Satelit Berbahan Kayu Atasi Sampah Luar Angkasa, Benarkah?

 


Melihat bagaimana NASA dan JAXA mencari solusi untuk tidak menambah lebih dari 9.300 ton sampah luar angkasa yang sebagian besar berasal dari satelit yang tidak beroperasi dan roket bekas. Menandakan bahwa ada kekhawatiran yang timbul atas banyaknya sampah tersebut

Sejak awal pembuatan satelit yang kemudian dilepas di luar angkasa, ilmuwan tidak benar-benar memikirkan akibat dari teknologi yang dibuatnya. Semua teknologi yang saat ini dikembangkan manusia hanya tertuju pada keuntungan materi saja tanpa memikirkan akibat pembuatan teknologi tersebut

______________________


Penulis Anita Rahayu

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Dakwah Remaja


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Dikutip dari kompas[dot]com, Sabtu (25/11/2023), LignoSat sebuah satelit berbahan kayu pertama buatan NASA dan Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA) dikabarkan akan diluncurkan ke orbit Bumi pada musim panas 2024 ini. Satelit kayu seukuran cangkir kopi itu terbuat dari bahan kayu magnolia. NASA membuat satelit berbahan kayu sebagai upaya penerbangan luar angkasa yang lebih berkelanjutan.


Dilansir dari CNN, penelitian terbaru dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) menemukan bahwa 10% aerosol atmosfer di stratosfer mengandung partikel logam dari wahana antariksa, termasuk di dalamnya satelit. Meski, dampak jangka panjang dari pecahan logam itu belum diketahui, namun para ilmuwan khawatir hal tersebut dapat merusak lapisan ozon bumi. 


Sementara, satelit kayu dinilai lebih baik bagi planet namun tetap memberikan fungsi yang sama seperti satelit logam. Mengutip dari Live Science, Jumat (24/11/2023), kayu tidak terbakar atau membusuk di ruang hampa udara. Tetapi, kayu akan terbakar menjadi abu halus saat masuk kembali ke atmosfer bumi menjadikannya bahan yang berguna dan dapat terdegradasi untuk satelit masa depan. 


Pengujian juga telah berhasil dilakukan pada sampel kayu di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) awal tahun ini. Para ilmuwan meyakini bahwa satelit tersebut layak diluncurkan. Mereka menyatakan bahwa ada tiga spesimen kayu yang telah diuji dan tidak menunjukkan deformasi setelah terpapar luar angkasa. 


"Meski, lingkungan luar angkasa ekstrim yang melibatkan perubahan suhu signifikan dan paparan sinar kosmik intens juga partikel matahari berbahaya selama sepuluh bulan. Pengujian telah memastikan bahwa tidak ada dekomposisi atau deformasi seperti retak, melengkung, terkelupas, atau kerusakan permukaan," ujar peneliti.


Di antara tiga kayu yang menjadi sampel yaitu magnolia, cherry dan birch yang diuji di ISS untuk disimpan dalam modul yang terpapar ke luar angkasa. Magnolia terpilih sebagai bahan satelit karena memiliki kemungkinan pecah yang kecil selama pembuatan. 


Faktanya, satelit yang ada di orbit bumi menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi saat ini. Lebih dari 9.300 ton benda luar angkasa termasuk sampah luar angkasa seperti satelit tidak beroperasi dan bongkahan roket bekas yang sekarang mengorbit Bumi. Satelit yang terbuat dari logam seperti titanium ringan dan alumunium itu meningkatkan kecerahan langit malam secara keseluruhan lebih dari 10% di sebagian besar planet ini. Sehingga, menciptakan polusi cahaya yang membuat fenomena luar angkasa jauh lebih sulit dideteksi. 


Sampah luar angkasa sejatinya dinilai merusak, terutama bagi ISS. Namun, LignoSat secara teori dinilai tidak berbahaya dibandingkan sampah luar angkasa. Peneliti menambahkan bahwa LignoSat sedang dalam tahap akhir pengujian dalam tinjauan keselamatan dan kemungkinan akan diluncurkan bersama JAXA dan NASA. Satelit berbahan kayu ini akan dipantau minimal selama enam bulan untuk dilihat kinerjanya di luar angkasa.


Melihat bagaimana NASA dan JAXA mencari solusi untuk tidak menambah lebih dari 9.300 ton sampah luar angkasa yang sebagian besar berasal dari satelit yang tidak beroperasi dan roket bekas. Menandakan bahwa ada kekhawatiran yang timbul atas banyaknya sampah tersebut. Sejak awal pembuatan satelit yang kemudian dilepas di luar angkasa, ilmuwan tidak benar-benar memikirkan akibat dari teknologi yang dibuatnya. Semua teknologi yang saat ini dikembangkan manusia hanya tertuju pada keuntungan materi saja tanpa memikirkan akibat pembuatan teknologi tersebut.


Dikutip dari bbc[dot]com pada Senin (9/10/2022), pada awal tahun 2022 ada dua insiden terpisah saat puing-puing luar angkasa yang meluncur kembali ke Bumi jatuh di tempat-tempat tidak terduga. Roket long March 5B China yang tidak terkendali masuk ke Malaysia dengan cepat. Sementara, pada bulan juli 2022 beberapa bagian pesawat luar angkasa tiba-tiba muncul di kawasan New South Wales, Australia. Setelah dikonfirmasi ternyata potongan pesawat itu berasal dari misi SpaceX Crew-1. Seiring pertumbuhan industri luar angkasa, insiden serupa akan terus terjadi. Meski beberapa satelit dirancang untuk terbakar saat memasuki atmosfer Bumi, namun beberapa roket tidak dirancang demikian.


Dalam pandangan kacamata Islam, sesungguhnya Allah sendiri telah mendorong manusia untuk mempelajari dan mengeksplorasi ruang angkasa. Dalam Al-qur'an surah ar-Rahman ayat 33, Allah berfirman : "Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus (melintasi) langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan"


Sejak dahulu hingga masa kini, banyak ilmuwan yang menggerakkan kemajuan teknologi dan mempelajari ilmu astronomi. Dari perspektif Al-Qur'an banyak gagasan yang membahas tentang bepergian, belajar, menjelajahi cakrawala yang kemudian mendorong manusia untuk menemukan penemuan ilmiah untuk mengarah pada kepercayaan Tuhan. Bahwa segala sesuatu di dunia ini begitu sempurna serta keteraturan ini menjadikan manusia berpikir tentang zat Tuhan.


Dalam Al-Qur'an banyak ayat yang menggambarkan fenomena alam di sekitar kita. Jika manusia memperhatikan dengan seksama maka kita dapati bukti kemuliaan Allah dan kebesaran ciptaan-Nya. Dalam poin sederhana, Al-Qur'an benar-benar membahas tentang apa yang kita amati di dunia fisik seperti bintang-bintang, planet-planet, ciptaan, bagaimana hal-hal bergerak dalam setiap orbitnya, serta proses terjadinya pertukaran antara siang dan malam. Semua merupakan bukti jelas kebesaran Allah yang maha kuasa.


Inilah tujuan yang benar atas dorongan Al-Qur'an untuk mempelajari ilmu astronomi, bukan hanya sebagai alat yang memudahkan kehidupan manusia. Satelit memang sebuah teknologi yang menunjang kehidupan manusia modern saat ini. Namun, Islam mengajarkan manusia untuk berpikir cemerlang. Bukan hanya sekedar berpikir dangkal dan mendalam. Artinya, ilmu pengetahuan dan teknologi seharusnya menjadikan manusia lebih mengenal siapa Tuhannya serta dapat menjadikan penemuannya sebagai bukti tanda-tanda kebesaran Sang Pencipta. Sudah saatnya manusia menyadari bahwa kehidupan dunia adalah bertujuan untuk mencari dan mengenali, juga menghubungkan dirinya, alam semesta serta kehidupan pada Allah yang maha kuasa.


Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman :

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal" (QS. Ali Imran: 190)


Demikian, Allah perintahkan manusia untuk berpikir agar dapat menemukan Tuhannya. Wallahualam bissawab. [Dara]