Alt Title

Refleksi Sumpah Pemuda, Menuju Perubahan Sejati

Refleksi Sumpah Pemuda, Menuju Perubahan Sejati

Perubahan peradaban emas dapat tercapai dengan pemuda yang dihasilkan oleh Islam. Bukan pemuda yang dihasilkan oleh kapitalisme sekularisme yakni pemuda yang tidak melibatkan agama dalam kehidupannya serta menjadikan materi sebagai landasan hidup

Alhasil, pemuda yang melibatkan agama dalam kehidupannya akan menjadi pemuda yang mampu menjadi agent of change

________________________________


Penulis Susci

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Anggota Komunitas Sahabat Hijrah Balut, Sulteng




KUNTUMCAHAYA.com, ANALISIS - Sumpah Pemuda merupakan momen paling bersejarah yang diselenggarakan setiap tahun pada tanggal 28 Oktober. Sumpah pemuda merupakan bukti deklarasi yang disampaikan oleh pemuda-pemuda dalam mencapai kemerdekaan dengan persatuan, kesatuan, dan perjuangan. 


Dengan melihat potensi pemuda pada deklarasi sumpah pemuda tepatnya pada 28 Oktober 1928 menjadi gambaran tersendiri bahwa potensi pemuda sangat dibutuhkan untuk perubahan menuju peradaban emas di tahun yang akan datang. Sebagaimana wacana yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo untuk menciptakan peradaban emas di tahun 2045 atas kekuatan pemuda Indonesia dengan usia produktif. "Indonesia memiliki peluang besar dalam mencapai cita-cita Indonesia Emas 2045 berupa bonus demografi yang akan mencapai puncaknya pada tahun 2030-an. Saat itu, penduduk usia produktif kita melimpah," ujarnya. (beritasatu[dot]com, 28/10/2023)


Dalam hal ini, Presiden Joko Widodo menetapkan dua potensi utama yang harus ditempuh oleh bangsa Indonesia untuk mencapai peradaban emas di tahun yang akan datang, yakni pemanfaatan sumber daya manusia untuk menciptakan produktivitas di pasar tenaga kerja dan memanfaatkan sumber daya alam untuk meningkatkan nilai tambah dan kesejahteraan rakyat.


Berbicara tentang pemuda, maka potensi pemuda dalam berbagai aspek layaknya agent of change. Mereka dibutuhkan untuk menciptakan perubahan yang ingin dicapai. Pemuda memiliki kualitas yang jauh lebih dibutuhkan dalam menciptakan sebuah perubahan. Secara fisik, mental, kemampuan, ingatan, dan intelektual,  pemuda yang memposisikan kedudukan tersebut. Sehingga, tak ada yang perlu diragukan lagi dengan potensinya.


Sayangnya, potensi pemuda hari ini tergerus dengan fenomena-fenomena kehidupan yang kian menjauhkannya dengan identitas dan jati dirinya sebagai agent of change. Pemikiran dan perasaan mereka dipenuhi dengan kepentingan-kepentingan pribadi. Sifat individualistik telah memenuhi pikiran dan perasaan mereka. Rasa kepekaan terhadap lingkungan sekitar tak lagi dirasakan. Sifat egoisme menjadi teman dalam keseharian. 


Selain itu, pemuda hari ini kerap dihiasi sikap pragmatisme. Tak sedikit dari mereka malas berpikir kritis dan cenderung mengambil keputusan bukan dari akarnya melainkan cabangnya. Sikap pragmatisme ini yang menjadikan mereka sulit menemukan solusi dari persoalan-persoalan yang terjadi di lingkungan sekitar. yang terjadi, pemuda hari ini cenderung menghasilkan persoalan baru padahal persoalan sebelumnya belum terselesaikan. 


Tak hanya itu, pemuda hari ini dihiasi sikap materialisme. Pendidikan demi pendidikan di tempuh hanya untuk bersaing di dunia pekerjaan. Kehidupan mereka dipenuhi dan dihabiskan untuk memenuhi segala tuntunan fisik yang tak ada habisnya. Wajar, jika hari ini istilah time is money menjadi rujukan bagi pemuda untuk berlomba-lomba mencari kekayaan dan eksistensi.


Yang lebih mengkhawatirkan, pemuda hari ini telah disusupi kehidupan liberalis yang mengedepankan kebebasan tanpa adanya batasan yang jelas. Kebebasan ini yang digadangi sebagai peluang bagi pemuda untuk mengeksploritasikan potensi dan kualitasnya dengan bebas. Namun, pemanfaatan liberalisme justru menjadi celah bagi para pemuda untuk hidup dengan kebebasan berdasarkan standarisasi pikiran mereka yang tak jauh dari kesalahan. Kebebasan ini yang menjadikan para pemuda menghabiskan masa mudanya untuk bersenang-senang. Wajar, jika banyak kasus ditemukan seperti seks bebas, narkoba, bullying, aborsi, tawuran, dan sejenisnya. Apalagi pemuda hari ini sangat jauh dari nilai dan norma agama. Keterikatan pemuda dengan ajaran agama kian jauh dan sulit ditemukan.


Kondisi pemuda hari ini tak bisa dilepas dari penerapan kapitalisme sekularisme,  yakni ideologi yang mengedepankan materi dan pemisahan antara agama dan kehidupan. Sekularisme tersebut berhasil menjadikan pemuda tak lagi melibatkan agama dalam kehidupan, halal dan haram tak lagi menjadi standar. Yang ada hanya perilaku-perilaku buruk yang menjauhkan diri dari ketentuan syariat yang berlaku.


Oleh karena itu, pemuda hari ini masih bersarang pada individualis, pragmatis, materialis, dan liberalis. Dan sangat sulit mencapai pemuda yang disebut sebagai agent of change. Yang ada hanya pemuda yang berkontribusi untuk dirinya sendiri, sulit berpikir kritis, menjunjung tinggi materialis, dan mengutamakan kesenangan. Tentu hal ini menjadi permasalahan yang harus diselesaikan.


Pemuda dalam Islam


Pemuda dalam Islam telah dibekali dengan pola pikir dan pola sikap yang Islami. Pengajaran berupa aqidah dan syariat telah menemani dalam meniti langkah serta perasaan untuk menjalani kehidupan berdasarkan aturan dan norma-norma Islam. Mereka akan menjalankan aktivitas dengan melibatkan agama sebagai standar kehidupan. 


Sifat individualistik tidak ada dalam tubuh pemuda. Dalam Islam, pemuda dituntut untuk saling mengasihi, peduli, menyayangi satu sama lain, tanpa membedakan ras, suku, dan agama selama masih berada di satu naungan negara yang sama. Islam melarang keras setiap pemuda memiliki sifat individualistik dan egoistik. Islam akan menghantarkan para pemuda untuk memiliki kepekaan yang tinggi. Sehingga, mampu merasakan persoalan-persoalan yang terjadi di lingkungan sekitar. Dengan begitu mereka akan sigap dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang terjadi di sekitar, walau persoalan tersebut bukan menjadi persoalan individunya.


Selain itu, pemuda dalam Islam tidak akan memiliki sikap pragmatis yakni memilah dan memilih segala sesuatu berdasarkan apa yang diinginkan. Mereka akan menyelesaikan persoalan secara kritis dengan penyelesaian akar bukan cabang. Islam mampu menghantarkan para pemuda menganalisis secara mendalam dan cemerlang tentang persoalan-persoalan yang terjadi di sekitarnya. Islam tidak akan menjadikan pemuda malas berpikir dan enggan tahu terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi. Mereka dituntun untuk terus berpikir dan belajar terhadap apa yang terjadi di dalam kehidupan.

 

Islam tidak akan menjadikan pemuda fokus pada pencarian materi sebanyak-banyaknya sampai menjadikan time is money sebagai landasan hidup. Islam tidak menjadikan pemuda lebih menitik fokus pada pencapaian kinerja di pasar tenaga kerja. Pemuda dalam Islam dibolehkan untuk bekerja selama tidak menjadikan pekerjaan sebagai prioritas hidup. Pemuda tidak boleh menghabiskan waktu, pikiran, tenaga, serta kehidupannya untuk menggapai materi sebanyak-banyaknya.


Islam tidak akan membiarkan pemuda terpapar dengan kehidupan liberalisme. Pemuda akan dibiasakan hidup dengan tujuan ingin menggapai rida Allah. Sehingga, tidak akan ditemukan pemuda yang individualis, pragmatis, materialis dan liberalis. Pemuda dalam Islam tidak akan menghabiskan waktunya untuk berfoya-foya dan bersenang-senang. Mereka akan memperhatikan kehidupannya agar senantiasa berada dalam koridor yang diridhoi oleh Allah Swt.. Kehidupan mereka akan dimanfaatkan untuk mencapai surga Allah Swt..


Perubahan peradaban emas dapat tercapai dengan pemuda yang dihasilkan oleh Islam. Bukan pemuda yang dihasilkan oleh kapitalisme sekularisme yakni pemuda yang tidak melibatkan agama dalam kehidupannya serta menjadikan materi sebagai landasan hidup. Alhasil, pemuda yang melibatkan agama dalam kehidupannya akan menjadi pemuda yang mampu menjadi agent of change, sebagaimana yang digambarkan oleh Sulltan Muhammad Al-Fatih yang mampu membebaskan Konstantinopel. Wallahualam bissawab. [Dara]