Alt Title

Palestina Momen Pemersatu Umat Islam

Palestina Momen Pemersatu Umat Islam

Kaum muslim Palestina butuh aksi nyata secara langsung agar bisa menghentikan kebiadaban zionis Israel kepada mereka. Aksi nyata yang dimaksud bukan hanya sekedar kecaman, kutukan, bantuan dana maupun pemboikotan

Lebih dari itu, aktivitas yang mampu menghentikan entitas zionis Israel secara langsung tanpa perlawanan

_________________________________


Penulis Hany Handayani Primantara, S.P.

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Muslimah



KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Bumi Al Aqsa Membara. Sudah kesekian kali rakyat Palestina berguguran demi melindungi aqidah dan tanah airnya. Tak sedikit korban yang terdiri dari anak-anak dan wanita baik panduduk sipil maupun tenaga kesehatan gugur menjadi syuhada. Mereka syahid dan luka-luka akibat serangan yang dilakukan oleh tentara Israel. Banyak yang kehilangan sanak keluarga sebab syahid melawan kebiadaban tersebut. 


Fasilitas umum ikut di rusak, baik rumah penduduk, sekolah, rumah sakit dan lainnya luluh lantah akibat di bom setiap detiknya. Tak tanggung-tanggung mereka gunakan bom fosfor yang dilarang penggunaannya. Sebab, efek kerusakannya sangat dahsyat bagi para korban.


Semua fasilitas dihancurkan, termasuk pemadaman listrik dan internet oleh kaum zionis laknatullah. Belum lagi akses terhadap kebutuhan pokok sulit untuk ditembus oleh kaum muslim. Seperti obat-obatan, makanan, selimut, minuman, air bersih, dll. 


Menurut info yang ada, hingga saat ini perang telah menewaskan 1.500 warga Palestina dan melukai 5.339 lainnya. Sementara di pihak Israel, sedikitnya 1.300 orang tewas akibat serbuan pasukan Hamas dan Jihad Islam. Dilansir dari voaindonesia[dot]com (13/10/2023).

 

Palestina Diserang atau Genosida? 


Perang antara muslim palestina dan Israel sebenarnya adalah cerita lama. Perseteruan berkepanjangan tanpa ada akhir hingga detik ini, membuktikan bahwa yang terjadi di sana bukan sekedar tentang kemanusiaan. Melainkan ada misi besar yang dibawa pihak tertentu dan sengaja dibuat hingga peristiwa tersebut tak kunjung usai.


Sudah tak terhitung banyaknya kesepakatan damai yang dibuat agar keduanya bisa hidup berdampingan tanpa perang oleh berbagai pihak, termasuk PBB. Namun, fakta kesepakatan hanyalah secarik kertas yang bisa dilanggar dan dengan mudah dianulir. Sebab, kesepakatan yang dibuat hanya sekadar tameng bukan bertujuan untuk mencari solusi sebenarnya. 


Perebutan wilayah tanah antara kedua belah pihak mengakibatkan ketegangan hubungan yang turun - menurun. Penyelesaian dengan cara memberikan pengakuan terhadap kaum Israel justru makin tak menyelesaikan masalah, seperti sekarang ini. Alih-alih bisa hidup damai bertetangga, faktanya justru kaum muslim di Palestina jadi bulan-bulanan kaum zionis Israel. 


Namun sekali lagi, dunia diam melihat kondisi ini. Kondisi genosida terjadi di Palestina bukan perang. Jika dikatakan perang, maka kedua belah pihak memiliki posisi yang imbang. Ditambah lagi, negeri-negeri muslim sengaja menutupi kebiadaban Israel dengan memutarbalikkan fakta. Pendukung kaum zionis menyebarkan berita hoaks tentang kekejaman pasukan HAMAS yang sama sekali tak bisa mereka buktikan. Serta menghasut negara-negara muslim untuk tetap diam dan bisu melihat kondisi saudaranya sendiri dengan beragam kesepakatan.


Urgensitas Palestina bagi Kaum Muslim


Begitu istimewa bumi Palestina bagi kaum muslim, hingga kita diminta untuk bisa menolong saudara kita di sana walau jarak memisahkan. Selain tempat kelahiran para Nabi, di sana terukir sejarah panjang kisah para Nabi hingga Nabi terakhir.


Selain itu, Masjidil Aqsha pernah menjadi pusat kiblat kaum muslim sebelum di alihkan ke arah Ka'bah. Pahala solat di Masjidil Aqsha bahkan digandakan hingga 500 kali lipat dibanding wilayah lain. Serta banyak lagi alasan mengapa bumi Palestina begitu berharga.


Kegagalan Berulang Bukti Palestina Butuh Aksi Nyata


Jika kaum muslim palestina sudah memiliki tiket surga berupa syahid melawan kaum zionis Israel di tanah kelahiran mereka. Lantas, apa yang bisa kita harapkan untuk bisa masuk surga jika tak bisa berbuat apa-apa melihat saudara kita dibantai menunggu giliran syahidnya. 


Sebagian besar kaum muslim bergerak untuk melakukan boikot produk-produk AS, yang sejatinya menjadi modal pembiayaan perang melawan kaum muslim di sana. Menurutnya, aksi boikot jadi jalan pintas tanpa modal dan usaha yang berat demi tersumbatnya dana bantuan bagi zionis Israel melawan kaum muslim. 


Akhirnya banyak yang berbondong-bondong untuk boikot dan beralih pada produk negeri sendiri. Efeknya sedikit nampak dari hasil boikot tersebut, hasil penjualan mereka turun drastis dan toko mereka sepi pengunjung. Namun, itu tak menghentikan langkah mereka untuk tetap membantai kaum muslim Palestina.


Ada pula kaum muslim yang gencar menyerukan untuk memberikan dana sumbangan bagi korban di sana. Baik berupa uang serta barang-barang kebutuhan mereka. Bagi kaum muslim ini bukan perkara yang besar, mengingat kaum muslim dikenal dengan kaum yang paling dermawan. 


Tak sedikit bantuan yang akhirnya terkumpul dan dikirimkan kesana. Alhamdulillah bisa sedikit membantu kondisi mereka di sana. Walau dengan berbagai drama akibat penyaluran yang tak mudah sebab akses ke sana diperketat oleh pihak zionis Israel. Namun hal ini, bukan solusi jangka panjang yang mampu menghentikan kebiadaban Israel terhadap Palestina.


Sebesar apapun dana bantuan yang kaum muslim kirim kesana, tak berpengaruh secara langsung untuk menghentikan perang genosida. Faktanya, mereka semakin membabi buta membuat penduduk Palestina menderita.


Kaum muslim Palestina butuh aksi nyata secara langsung agar bisa menghentikan kebiadaban zionis Israel kepada mereka. Aksi nyata yang dimaksud bukan hanya sekedar kecaman, kutukan, bantuan dana maupun pemboikotan. Lebih dari itu, aktivitas yang mampu menghentikan entitas zionis Israel secara langsung tanpa perlawanan.


Khilafah Mampu Menyelamatkan Palestina 


Sejarah membuktikan bahwa perjanjian serta perundingan damai tak mampu jadi solusi nyata agar zionis Israel menghentikan kekejamannya. Begitu pula kecaman serta kutukan terhadap mereka, bagai angin lalu yang tak digubris.


Islam telah mengharamkan kaum muslim untuk berdamai dengan pihak yang selalu menyatakan perang. Justru seruan Islam adalah wajib untuk memerangi mereka yang menjadi musuh kaum muslim baik dalam bentuk verbal maupun fisik. Maka, jihad terhadap hal ini adalah sebuah kewajiban.


"Telah diizinkan (berperang) bagi siapa yang diperangi karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuasa menolong mereka itu.” (QS. Al Hajj: 39)


Berupa jihad yang sifatnya defensif sebagaimana yang dilakukan penduduk Palestina saat ini.  Yakni mereka mempertahankan tanah airnya. Maupun jihad ofensif yang hanya bisa dilakukan oleh seluruh kaum muslim di segala penjuru dunia dengan satu komando yakni seorang Khalifah. 


Keberadaan khilafah amat penting bagi nasib Palestina ke depan. Sebab sejarah telah membuktikan bagaimana dengan Khilafah Palestina bisa dilindungi dengan sempurna. Sebagaimana yang pernah dilakukan oleh sahabat Umar bin Khattab dengan perjanjian Umariyahnya.  Maupun pada masa kekhilafahan Sultan Abdul Hamid II, yang menolak mentah-mentah uang tawaran Theodor Herzl demi merebut tanah Palestina.


Semoga dengan bukti sejarah tersebut bisa menjadi renungan bagi kita. Hanya dengan khilafah dan jihad maka perang di Palestina bisa segera disudahi. Sekaligus sebagai pertanda momen pemersatu umat Islam di seluruh dunia. Sebab kehadiran khilafah tak mungkin bisa terwujud jika kaum muslim tak bersatu dalam satu kepemimpinan tersebut. Allahu Akbar. Wallahualam bisssawab. [Dara]