Alt Title

Konflik Menjelang Pemilu, Sebuah Keniscayaan dalam Demokrasi

Konflik Menjelang Pemilu, Sebuah Keniscayaan dalam Demokrasi

Tujuan dibentuknya parpol dalam Islam adalah untuk mengader dan mendidik umat dengan pemahaman yang benar sesuai dengan pandangan Islam, bukan sekadar wadah untuk menampung aspirasi dan suara rakyat

_______________________________


Penulis Neneng Sriwidianti

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pengasuh Majelis Taklim



KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Pemilihan umum selalu identik dengan pesta demokrasi karena pada pemilu itulah rakyat berlomba-lomba memilih wakilnya baik itu untuk anggota legislatif ataupun pemilihan presiden dan wakilnya.


Mirisnya, berkali-kali pemilu, sebanyak itu pula rakyat dikecewakan. Berharap ada perbaikan ketika berganti pemimpin, nyatanya lagi dan lagi umat gigit jari. Mendekat kepada rakyat hanya butuh suaranya saja, ketika sudah berkuasa rakyat ditinggalkan.


Padahal, rakyat sudah mendukung sampai titik darah penghabisan, sampai-sampai mereka berkonflik dengan saudaranya sendiri. Konflik menjelang pemilu, memang sebuah keniscayaan dalam negara yang menganut demokrasi.


Bentrokan antara dua kelompok telah terjadi di Muntilan, Magelang, Jawa Tengah pada Ahad (15/10/2023). Bentrokan diduga terjadi antara Gerakan Pemuda Kabah (GPK) Militan dengan laskar PDIP Jogja (BSM dan Bregodo Wirodigdo) yang baru saja menghadiri acara di Mungkid. Walaupun tidak ada korban jiwa, kerusuhan tersebut menyebabkan 11 sepeda motor rusak dan tiga rumah warga jendelanya pecah. Pendukung parpol memang rawan terjadi konflik setiap menjelang pemilu. (republika[dot]co[dot]id, 16/10/2023)


Keberpihakan rakyat terhadap partai saat ini umumnya karena faktor emosional, simbol dan figur, tanpa dilandasi dengan pemahaman yang benar akan arah dan tujuan partai. Terkadang, keberpihakan rakyat juga karena adanya rayuan maut yang diucapkan oleh para elite partai dengan janji manisnya atau adanya politik uang yang diberikan kepada rakyat. Partai mendekat kepada rakyat karena ada maksud tertentu, tidak ada yang gratis dalam sistem demokrasi, semua dinilai dari sisi manfaatnya.


Mirisnya, perselisihan umumnya terjadi di akar rumput, padahal para elite partai justru bekerja sama demi tercapainya tujuan. "Tidak ada teman sejati, yang ada hanyalah kepentingan abadi," itulah slogan di dalam politik demokrasi. Saling hujat dan saling menjatuhkan kerap menjadi pemandangan yang menghiasi media dan menjadi tontonan rakyat.


Sebaliknya, rakyat juga bisa menyaksikan mereka berjabatan, saling rangkul, ketika ada manfaat yang ingin diraih, padahal rakyat yang mendukungnya masih berkonflik. Sungguh memilukan. Dalam demokrasi, pemilu dijadikan sebagai arena hidup dan mati. Setelah mati-matian mendukung, pendukungnya dilupakan, bahkan ditinggalkan selama lima tahun dengan derita yang tak bertepi. Konflik menjelang pemilu ini terus berulang. Lagi-lagi rakyat kena tipu dengan janji manis para elite partai.


Masyarakat harus dipahamkan, bahwa fakta parpol dalam sistem demokrasi hanya bersifat dan bersikap pragmatis ketimbang idealis. Idealisme tidak lagi menjadi pertimbangan dari kebijakan parpol, tetapi lebih kepada manfaat yang mungkin bisa diambil parpol tersebut dari setiap keputusan politik yang dikeluarkannya. Istilah kutu loncat (pindah kubu) adalah hal yang lumrah untuk meraih tujuannya.


Maka, sangat disayangkan kalau masyarakat saat ini terlalu mengedepankan fanatisme terhadap golongan atau partai. Apalagi, hingga terjadi bentrokan sesama saudara dan tidak mengindahkan persatuan. Umat harus menyadari, kondisi perpecahan di antara umat ini akan dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk mendulang suara rakyat dan meraih dukungan. Umat harus memahami, realitas politik demokrasi yang rusak ini, agar tidak terjebak polarisasi yang memunculkan perselisihan dan perpecahan.


Berbeda dengan parpol dalam Islam. Parpol ada bukan hanya untuk memuaskan nafsu berkuasa dan meraih suara semata. Lebih dari itu, parpol sangat berperan penting dalam melakukan perubahan di tengah masyarakat. Dibutuhkan kesadaran dan pemahaman politik yang benar. Politik dalam arti yang sesungguhnya yaitu mengurusi urusan umat.


Tujuan dibentuknya parpol dalam Islam adalah untuk mengader dan mendidik umat dengan pemahaman yang benar sesuai dengan pandangan Islam, bukan sekadar wadah untuk menampung aspirasi dan suara rakyat.


Apalagi, hadirnya mereka hanya musiman, menjelang pemilu saja. Parpol dalam Islam juga harus melakukan muhasabah terhadap penguasa, menumpas kezaliman, dan tidak bersikap manis di depan penguasa. Katakan yang hak adalah hak, dan yang batil adalah batil. Parpol dalam Islam hanya untuk membela kepentingan dan kemaslahatan umat.


Islam membolehkan berdirinya banyak parpol, yang tujuannya untuk merealisasikan muhasabah kepada penguasa dan melakukan aktivitas amar makruf nahi mungkar. Parpol juga berfungsi sebagai penyambung aspirasi rakyat dalam rangka membangun kesadaran penguasa dalam menjalankan tugas dan amanahnya.


Mengingatkan kepada penguasa, bahwa pengurusannya terhadap rakyat akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah Swt.. Dalam perjuangannya, partai Islam harus senantiasa terikat dengan aturan Islam. Akidah Islam harus menjadi napas perjuangannya.


"Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (TQS. Ali Imran [3]: 104)


Wallahualam bissawab. [SJ]