Isu Beras Plastik, Bikin Masyarakat Panik
OpiniBerbeda halnya dalam sistem Islam dalam memenuhi kebutuhan pangan dan pengaturan media oleh negara. Penguasa akan menjamin keduanya secara menyeluruh juga bermanfaat sesuai aturan syariat
Tak akan ada lagi masyarakat yang kesulitan membeli beras dan termakan dengan berita hoaks
______________________________
Penulis Nazwa Hasna Humaira
Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Dakwah
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Musim pancaroba yang sedang terjadi saat ini, berdampak pada kenaikan harga bahan pokok, salah satunya adalah beras. Biaya hidup yang melonjak dari biasanya membuat masyarakat khawatir. Krisis kebutuhan ini bukan hanya ada di sebagian wilayah saja, akan tetapi secara nasional.
Di samping persoalan naik drastisnya harga beras, ada pula isu baru yang makin membuat panik dan khawatir masyarakat bertambah, yaitu beredarnya beras plastik. Dengan begitu, warga ataupun penjual diimbau agar berhati-hati membelinya. Namun, setelah diselidiki karena tidak adanya bukti peredaran tersebut, informasi ini dinyatakan hoaks. (Ayobandung[dot]com, 20/10/2023)
Kesulitan para petani beras saat kondisi seperti ini membuat harganya melambung tinggi. Beberapa faktor penyebabnya karena adanya resiko gagal panen, lalu seringnya padi dihinggapi oleh hama. Akhirnya, saat musim panen hasilnya tidak memuaskan.
Inilah yang membuat harga beras naik. Sudah menggunakan solusi dengan mengimpor dari negara lain, tetapi tetap saja tak mengubah harganya. Akhirnya pemerintah pun hanya memberikan saran agar warga tidak terlalu banyak mengonsumsinya.
Adapun beras plastik ini dengan yang asli sulit untuk bisa dibedakan keasliannya. Inilah yang membuat masyarakat khawatir dengan keadaan sekarang. Di mana mereka memperoleh nasi yang makin mahal, tetapi kualitasnya kurang bahkan dioplos demi keuntungan yang lebih.
Dicky, Kepala Dinas Perdagangan dan Industri Kabupaten Bandung mengatakan, terdapat ciri-ciri perbedaan beras yang asli dan palsu. Ciri-ciri palsu ini adalah, “Biasanya butirannya lebih kecil juga lebih bening” ungkapnya. Namun hal tersebut belum ditemukan di pasaran, sehingga tetap diimbau agar berhati-hati.
Lalu, karena saat ini serba canggih, sehingga masyarakat dengan mudah mendapatkan sebuah informasi secara cepat. Handphone dan jaringan internet yang menjadi faktornya, akhirnya khalayak bisa mengakses segala informasi apa pun. Namun sayangnya, kondisi ini tidak disaring warga terlebih dahulu terkait kebenaran beritanya.
Masyarakat pun pada akhirnya dengan mudahnya memercayai informasi-informasi yang beredar. Sehingga mereka seringkali terjebak ke dalam berita hoaks, seperti adanya informasi beras plastik ini dan lainnya. Maka, dengan begitu tanggung jawab negara diperlukan agar rakyat tidak lagi termakan dengan hal yang bersifat palsu.
Solusi yang diberikan bukan hanya mengiklankan sebuah imbauan saja, melainkan harus adanya action yang dilakukan. Jaringan internet yang harus bisa dikendalikan oleh negara agar tidak tersebar lagi informasi hoaks.
Jika hanya ucapan tanpa adanya tindakan yang dapat mencegahnya, permasalahan tidak akan pernah dapat teratasi dengan baik. Hanya akan menambahkan masalah lainnya. Negara dalam hal ini penguasalah yang seharusnya menjadi penanggung jawab masyarakat dalam pemenuhan kebutuhannya (sandang, pangan, dan papan). Fakta yang terjadi hanyalah sebaliknya.
Akan tetapi, inilah fakta yang terjadi jika sistem yang digunakan dalam kehidupan adalah kapitalisme. Strategi cantik akan kebijakan yang diterapkan untuk mendapatkan keuntungan pribadi dari segelintir pihak berdampak buruk pada kondisi masyarakat. Seperti halnya beras yang kian meroket harganya, akan membuat rakyat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
Keadaan ini sesungguhnya lebih disebabkan karena kondisi cuaca yang tidak stabil atau akal-akalan para pemilik modal dengan menimbun beras, agar mendapatkan keuntungan yang lebih. Faktanya pemimpin di masa kapitalisme saat ini lebih pro pada pengusaha, sehingga ia melalaikan kewajibannya kepada masyarakat. Akhirnya, rakyat lagi dan lagi menjadi korban dari adanya sistem yang batil ini.
Ketersediaan pangan yang mencukupi dan terjangkau tidak diwujudkan oleh pemimpin saat ini, yang memang mereka berlepas tangan dalam pemenuhan hajat rakyat. Negara hanya menjadi regulator, karena seluruhnya diserahkan kepada pihak swasta. Sehingga keputusan impor itu ternyata bukan untuk kepentingan rakyat atau pun petani, tetapi para pengusahalah beserta segelintir oligarki kekuasaan yang mendapatkan untung dari impor.
Dalam sistem kapitalisme, media infomasi hanya dijadikan sebagai ladang materi belaka tanpa diproses lebih dalam terhadap isi informasi yang akan diunggah. Akibatnya, media lalai dari berita, informasi, dan kebenaran. Sebaliknya, media justru rawan menjadi instrumen penyesatan, bahkan sangat mungkin memiliki tendensi untuk menyembunyikan kebenaran.
Berbeda halnya dalam sistem Islam dalam memenuhi kebutuhan pangan dan pengaturan media oleh negara. Penguasa akan menjamin keduanya secara menyeluruh juga bermanfaat sesuai aturan syariat. Tak akan ada lagi masyarakat yang kesulitan membeli beras dan termakan dengan berita hoaks.
Dengan begitu, pemimpin dalam Islam akan melakukan hal-hal berikut agar tidak ada umatnya yang kesulitan mendapatkan kebutuhan bahan pangan:
Pertama, membangun dan meningkatkan produksi dalam negeri (tanpa harus impor).
Kedua, membangun jaringan distribusi yang baik dan adil.
Ketiga, mengawasi adanya potensi praktik penimbunan.
Keempat, membenahi aspek produksi maupun distribusi ketika terjadi kenaikan harga beras yang tidak wajar.
Di sisi lain, media dalam sistem Islam akan sangat dijaga dan dimanfaatkan sebaik mungkin. Agar tak ada lagi penyimpangan yang terjadi di jaringan internet. Pemimpin akan memuat informasi yang sesuai dengan aturan syariat, baik itu mengenai politik, kehidupan sehari-hari, ataupun untuk pihak swasta. Namun, yang pasti kecanggihan ini akan digunakan untuk kepentingan dakwah umat.
Sehingga, informasi yang beredar tak akan bebas diulik dalam masyarakat. Umat pun tak akan menjadi orang yang termakan dengan gosip yang dapat mengugurkan pahalanya dan pola pikirnya juga sikap Islami. Allah Swt. berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurat [49]: ayat 6).
Demikianlah mekanisme solusi yang akan diberikan oleh sistem Islam terhadap permasalahan pangan dan media. Tentunya, solusi ini akan dapat tertuntaskan hingga akarnya, tanpa menimbulkan masalah baru. Dan, sebagai seorang muslim patut untuk terus berdakwah kepada masyarakat lain agar sistem Islam kembali tegak di tengah umat.
Wallahualam bissawab. [SJ]