Alt Title

Indonesia Darurat Pornografi, Islam Punya Solusi

Indonesia Darurat Pornografi, Islam Punya Solusi

 


Tanpa disadari kebebasan berekspresi, yang merupakan salah satu dari empat kebebasan, yang diusung oleh sistem kapitalisme, jelas-jelas telah membawa peradaban manusia menuju kehancuran dan kehinaan

Paham liberalisme melahirkan manusia-manusia bodoh, yang tidak lagi mampu berpikir mendalam dalam kehidupannya

______________________________


Penulis Tinah Ma'e Miftah

Kontributor Tetap Media Kuntum Cahaya dan Pegiat Literasi AMK


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - "Muka Tembok," ungkapan ini sepertinya cocok untuk disematkan kepada lima orang warga Jakarta Selatan ini. Pasalnya, kelima orang  tersebut nekat mendirikan rumah produksi film porno. Dan beberapa film hasil produksinya telah mereka sebarluaskan ke tengah-tengah masyarakat.


Diberitakan sebelumnya, pihak kepolisian berhasil mengungkap rumah produksi film porno di tiga lokasi di Jakarta Selatan. Serta menetapkan lima orang sebagai tersangka. Mereka adalah, I sutradara sekaligus pemilik studio dan produser film tersebut. Kemudian JAAS kamerawan, AIS penyunting gambar atau editor, SE sekretaris merangkap sebagai pemeran wanita, dan yang terakhir adalah AT penyulih suara sekaligus pemeran figuran.


Menurut Kasubdit Siber Ditreskrimsus Polda Metro Jaya AKBP Ardian Satrio Utomo, bahwa rumah produksi film porno tersebut telah berhasil membuat kurang lebih 120 judul, terhitung sejak tahun 2022. Dibuat di tiga studio yang berbeda yang ada di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.


"Untuk rata-rata mayoritas pembuatan video tersebut dilakukan di studio yang ada di Pasar Minggu. Jadi dari 120 video yang kita temukan, mayoritas tempat di studio yang ada di Pasar Minggu," ujar AKBP Ardian Satrio Utomo kepada wartawan. (Okezone[dot]com, 13/09/2023)


Memproduksi film porno untuk disebarkan ke tengah-tengah masyarakat menggambarkan betapa rusaknya moralitas individu masyarakat. Masyarakat yang dipenuhi dengan manusia-manusia pemuja hawa nafsu. Mengejar kehidupan duniawi tanpa peduli dengan kehidupan akhirat tempat mereka kembali.


Gaya hidup hedonisme dan konsumtif jelas-jelas telah meracuni akal dan pikiran manusia, sehingga mereka hanya sibuk mencari kesenangan fisik, hiburan, mencari materi, uang, dan juga popularitas. Mereka rela melakukan berbagai cara termasuk menggadaikan rasa malu hanya demi popularitas semu, demi viral, dan terkenal.


Padahal Rasulullah saw. telah menjelaskan, sebagai seorang muslim hendaknya mempunyai rasa malu. Karena rasa malu merupakan bagian dari iman. Rasulullah saw. bersabda: 


"Sungguh malu itu sebagian dari Iman." (HR. Al-Bukhari). 


Rasa malu juga berfungsi untuk menjaga diri, mencegah dari perbuatan-perbuatan buruk, seperti mejeng, berperilaku genit, mengumbar aurat, dan lain-lain.


Tanpa disadari kebebasan berekspresi, yang merupakan salah satu dari empat kebebasan, yang diusung oleh sistem kapitalisme, jelas-jelas telah membawa peradaban manusia menuju kehancuran dan kehinaan. Paham liberalisme melahirkan manusia-manusia bodoh, yang tidak lagi mampu berpikir mendalam dalam kehidupannya.


Akal dan pikiran mereka tumpul, teracuni oleh kebahagiaan semu ala kaum kapitalis. Akibatnya, keimanan kepada Allah Swt. pun lemah, mereka tidak mau lagi terikat aturan syariat. Bahkan, tidak sedikit yang menganggap bahwa syariat adalah penghalang untuk meraih kesuksesan.


Maraknya peredaran film-film yang terindikasi sebagai pornografi tentunya sangat meresahkan masyarakat. Khususnya kaum muslimin. Bagaimana tidak, beredar luasnya film-film tersebut sangat berpotensi menjadi tontonan anak-anak. Bisa dibayangkan, bagaimana dengan anak-anak kita ke depan jika hal ini terus kita biarkan.


Bagaimana dengan kehidupan para pemuda bangsa ini? Sementara itu kita semua tahu, pemuda adalah tonggak perubahan. Di pundak merekalah kelangsungan berbangsa dan bernegara kita bebankan. Kepada mereka kedaulatan negara ini kita sandarkan. 


Sangat disayangkan memang, negara hanya diam seolah tidak peduli dengan kehidupan generasi muda negeri ini. Sedangkan mereka tahu, jika seseorang telah terpapar pornografi maka pikiran dan jiwanya pun terganggu. Dia tidak lagi mampu mengontrol dirinya sendiri, apalagi mengontrol masyarakat dan negara. Di sinilah bukti jika negara gagal dalam melindungi generasi muda negeri ini. Terus kalau sudah begini, apa yang bisa kita harapkan dari pemuda seperti ini? 


Seharusnya negara hadir saat ini, untuk memberikan perlindungan terhadap generasi mudanya. Hanya negaralah yang memiliki kekuatan penuh untuk menghentikan secara total serangan pornografi. Negara adalah institusi yang memiliki kekuatan sarana untuk memblokir situs-situs porno yang beredar di tengah masyarakat. Serta memberi sanksi tegas bagi para pembuat film maupun konten porno tersebut.


Meski begitu, dibutuhkan pula peran keluarga dalam membentengi generasi muda agar terhindar dari paparan pornografi dan pornoaksi. Orang tua harus lebih ekstra dalam mendidik anak-anaknya. Menanamkan ketakwaan kepada Allah Swt., dengan memberikan pemahaman bahwa hidup harus selalu terikat dengan hukum dan aturan-Nya. Ketakwaan akan memalingkan anak dari perbuatan mungkar dan membentengi diri dari perbuatan maksiat.


Tak kalah penting, perlu juga adanya kontrol masyarakat. Jelas, film dan konten-konten porno merupakan bagian dari kemaksiatan atau kemungkaran.  Dan Islam mengajarkan kepada umatnya untuk melakukan amar makruf nahi mungkar dalam situasi dan kondisi apa pun. 


Termasuk mengontrol dan mencegah beredarnya film maupun konten-konten yang menjurus ke arah pornografi dan pornoaksi. Hal ini sebagaimana yang ditegaskan di dalam hadis, Rasulullah saw. bersabda: 


"Siapa saja di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaklah ia mengubah kemungkaran itu dengan tangannya. Jika tidak mampu dengan lisannya. Jika tidak mampu dengan hatinya. Itulah selemah-lemahnya iman." (HR. Muslim).


Jelas sudah, dibutuhkan peran negara, keluarga dan juga masyarakat untuk melindungi generasi muda khususnya generasi kaum muslimin. Namun sayang, hal ini tidak akan terwujud dalam negara yang menerapkan sistem kapitalis.


Dan hanya bisa terwujud jika negara menerapkan sistem Islam secara kaffah. Saatnya tinggalkan sistem rusak kapitalisme, dan ganti dengan institusi Islam Kaffah yang diwariskan Rasulullah saw.. 


Wallahualam bissawab. [SJ]