Alt Title

Empat Sifat yang Harus Dimiliki Orang Tua dalam Mendidik Anak

Empat Sifat yang Harus Dimiliki Orang Tua dalam Mendidik Anak

Setiap perlakuan kita terhadap anak sewaktu kecil, baik itu perlakuan baik maupun buruk akan selalu tersimpan terus dan tidak akan bisa hilang atau akan selalu terkesan

Maka dari itu orang tua harus hati-hati dalam menjaga, baik itu sikap, perkataan, perbuatan karena memang hal ini risikonya akan sangat panjang

_________________________________


Bersama Ustazah Reta Fajriah



KUNTUMCAHAYA.com, PARENTING - Ustazah Reta Fajriah, selaku pemerhati generasi dan keluarga, dalam channel youtube Muslimah Media Center (MMC), (05/09/3023) menuturkan bahwa kasus yang terjadi saat ini adalah bagian dari luka pengasuhan.


Didapati seorang anak membunuh ibu kandung dan bahkan melukai ayahnya. Karena rasa sakit hati yang mendalam, semenjak masih kecil hingga dewasa sering jadi bahan pelampiasan emosi keduanya. Bahkan sampai ditantang harus membuktikan bahwa anak tersebut bisa membanggakan kedua orang tuanya.


"Bahwa ini adalah tentang luka pengasuhan, sebenarnya bukan sesuatu hal yang baru. Karena luka yang terpendam sejak kecil akibatnya akan panjang, tidak akan bisa hilang dan pada akhirnya tereksekusi di usia dewasa," ucapnya. 


"Padahal di usia dewasa, manusia sudah diberi kemampuan berpikir yang sempurna sehingga bisa membedakan mana hal yang baik dan tidak. Bahkan di usia dewasa, seorang anak sudah dijatuhi taklif hukum, dan akan dimintai pertanggungjawaban baik di dunia maupun akhirat," tuturnya. 


Ustadzah Reta Fajriah pun berpesan kepada orang tua bahwa setiap perlakuan kita terhadap anak sewaktu kecil, baik itu perlakuan baik maupun buruk akan selalu tersimpan terus dan tidak akan bisa hilang atau akan selalu terkesan. Maka dari itu orang tua harus hati-hati dalam menjaga, baik itu sikap, perkataan, perbuatan karena memang hal ini risikonya akan sangat panjang.


"Apakah kalau anak memiliki memori buruk tentang orang tuanya, memori itu tidak bisa dihapus dengan memori kasih sayang, memori-memori indah, atau jadi penetralisir untuk mereka tidak melakukan perbuatan yang sama buruknya?" tanya Ustazah. 


"Kalau memang memori indah ingin menjadi penetralisir, maka seharusnya ada komitmen dari orang tua untuk tidak melakukan perbuatan buruk dan juga memberikan kasih sayang yang berlimpah serta perhatian penuh. Bukan dengan cara memberikan kasih sayang lalu berbuat buruk lagi, hal semacam inilah yang akan membuat mental anak lebih terpuruk lagi bahkan sampai dalam," bebernya. 


"Lalu bagaimana dengan anak yang kalau di sekolah mereka cerdas, ceria dan bisa mengerjakan tugas-tugas dengan baik, tetapi ketika di rumah anak tersebut menjadi murung, diam, dan takut? Ternyata setelah diselidiki ketika anak itu menyampaikan pendapat kadang sering ditolak, dibentak dan dimarahi," ungkapnya. 


Ustazah menjelaskan, kalau secara kemampuan intelektual dia baik, tetapi secara emosional dia bermasalah, karena ketika anak menyampaikan sesuatu langsung dibungkam. Bahayanya sifat ini akan terbawa sampai dia dewasa dan akibatnya tidak akan berani menyampaikan pendapatnya meskipun pendapat itu suatu kebenaran, baik dalam lingkungan pekerjaan ataupun masyarakat. Bisa jadi masalahnya menumpuk dan pada akhirnya meledak tak terkendali.


Seharusnya antara anak dan orang tua yang namanya perkataan, ikatan (bonding) orang tua dan anak harus dirawat. Karena anak di usia lima tahun, adalah masa pembentukan karakter. Anak di usia tersebut akan gampang menyerap apa yang dia lihat dan dengar, baik itu perilaku baik maupun tidak baik. Bagi para orang tua, jika memiliki masalah di rumah atau di luar rumah, seharusnya segera diselesaikan, jangan membawa masalah ke dalam lingkungan keluarga terutama energi negatif.


Selain itu, orang tua harus berusaha sebisa mungkin menjadi orang tua yang saleh dan salihah. Dari segi keimanannya kuat, menggantungkan sepenuhnya kepada Allah Swt. dan harus berani menyelesaikan masalah-masalah yang membawa dampak buruk bagi keluarga di masa lalu dan selalu meminta tolong kepada Allah Swt. untuk selalu diberi kekuatan menjadi orang yang baik, buat dirinya dan juga buat keluarganya.


Rasulullah saw., mengimbau kepada kita untuk selalu memiliki sifat-sifat terpuji. “Maukah kalian aku tunjukkan orang yang haram baginya tersentuh api neraka?”  Para sahabat berkata. “Mau, wahai Rasulullah” Beliau menjawab: “Yang haram tersentuh api neraka adalah orang yang Hayyin, Layyin, Qarib, Sahl.”  (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Hiban)


Hayyin, adalah sifat tidak mudah menyerah, melaknat serta teduh jiwanya. Layyin, adalah sifat selalu menginginkan kebaikan, lembut dan santun, baik dalam bertutur kata atau bersikap. Qarib adalah akrab, ramah dalam berbicara, menyenangkan, supel, dan penuh perhatian. Dan yang terakhir Sahl adalah memudahkan urusan orang lain, suka menolong, tidak mempersulit, dan membuat orang nyaman.


"Dengan sifat-sifat yang mulia ini tentunya kita menjadi orang yang teladan terutama di rumah. Ketika kita menjadi orang baik Insya Allah kebaikan itu untuk keluarga kita semua. Sehingga kebaikan itu akan terpancar, terserap dan akan memantulkan kebaikan. Karena pada akhirnya apa pun perbutan kita baik itu kebaikan maupun keburukan akan kembali kepada kita," tambahnya. 


"Saat ini luka pengasuhan terjadi dan terjadi lagi, semakin parah dan berkembang, bahkan kerusakan mental pun terjadi. Bagaimana agar generasi, maupun keluarga dapat membentengi dirinya agar tidak terjadi hal serupa?" ungkapnya. 


Menurut beliau, memang harus memiliki kesadaran yang penuh. Pertama, bagi yang memiliki masa lalu yang kelam, harus menyadari dan mengakui jangan lari dari kenyatan. Itu tandannya harus ada yang dibenahi dalam dirinya, agar tidak membawa akibat buruk bagi orang lain. 


Kedua, harus dekat kepda Allah Swt. supaya apa yang dipahami selalu terkoneksi dengan apa yang diperbuat. Selain itu, ibadahnya juga harus kuat dan selalu meminta tolong kepada Allah Swt., karena kita tidak tahu kapan kita khilaf, maka dari itu harus benar-benar membina kedekatan dengan Allah Swt.. 


Ketiga, harus selalu dalam lingkungan yang baik. Jangan sampai berada di lingkungan yang sering memicu stres, karena hal ini akan membuat orang tersebut jadi tidak bisa mengontrol emosi diri sendiri. Masalahnya di luar rumah tetapi membuang sampah amarahnya di keluarga dalam rumah. Dia sendiri yang harus mencari lingkungan kerja yang baik, lingkungan bergaul yang baik, di rumah juga harus dapat membentuk keluarga yang baik, agar hal tersebut tidak terulang lagi.


"Terkait dengan sifat-sifat mulia tadi, jangan dipisahkan akidah dari keimanan, karena itu adalah perbuatan. Dan perbuatan harus dilandasi oleh motivasi yang benar, karena perbuatan seperti ini adalah salah satu perintah dari Allah Swt., mendapatkan pahala dan mengamalkan hadis Rasulullah saw.. Karena kalau dipisahkan nantinya akan menjadi seperti budi pekerti," jelasnya. 


Beliau menambahkan, karena budi pekerti lebih mengedepankan baik di mata orang tetapi tidak hakiki. Kita berharap pertama, memang itu adalah dorongan perintah dan larangan dari Allah Swt.. Kita baik di mata Allah dan juga baik di mata manusia karena keikhlasan kita benar-benar akan mengejar pahala. 


"Maka dari itu kita perlu ilmu dan belajar serta latihan, pengamalan dan kontrol yang terus menerus. Juga perlu idrak sillah billah dan taqarrub ilallah dengan ibadah yang sungguh-sungguh," pungkasnya. Wallahualam bissawab. [Rosita]