Alt Title

Buramnya Pendidikan dalam Sistem Kapitalisme

Buramnya Pendidikan dalam Sistem Kapitalisme

Semua berawal dari penerapan sekulerisme di lingkungan pendidikan yang meninggalkan Islam sebagai aturan kehidupan. Agama sebatas pelajaran norma dan formalitas yang diajarkan di sekolah dengan jam yang minim

Berkali-kali kurikulum pendidikan terus berganti. Beda menteri beda lagi aturannya. Nyatanya output pendidikan tidak menjadikan generasi berkepribadian mulia. Sebaliknya, krisis adab menggejala serta moral yang kian memburuk

_______________________________



KUNTUMCAHAYA.com, SURATPEMBACA - Beberapa waktu lalu seorang mahasiswa UI, yang bernama Muhamad Naufal Zidan (19) dibunuh oleh seniornya yang bernama Altafasaly Ardnika Basya (23) di kamar kosnya di kawasan Kukusan Beji, Depok pada Jumat (Liputan6[dot]com/4/8/23). Pelaku melakukan pembunuhan lantaran terlilit utang untuk membayar kekalahannya bermain kripto yang mencapai 80 juta, membayar sewa kosan dan pinjaman online.


Kemudian, dua kasus yang menyita perhatian publik yaitu kasus penikaman yang dilakukan seorang siswa pada temannya. Pelaku merasa sakit hati karena sering dirundung korban. Selain itu, seorang guru yang matanya cacat permanen karena diserang oleh wali siswa dengan ketapel, yang tak terima anaknya ditegur guru karena merokok di lingkungan sekolah. (Muslimah News)


Kasus ini menambah daftar panjang buramnya sistem pendidikan sekuler. Lembaga pendidikan dari mulai tingkat SD hingga perguruan tinggi tidak pernah luput dari masalah dan kasus perundungan juga kekerasan. Permasalahan dalam pendidikan ibarat lingkaran yang berputar dan berulang. Setiap tahun selalu ada catatan buruk terkait kasus perundungan ibarat mata rantai yang tidak pernah putus.


Inilah petaka sistem pendidikan sekuler. Semua berawal dari penerapan sekulerisme di lingkungan pendidikan yang meninggalkan Islam sebagai aturan kehidupan. Agama sebatas pelajaran norma dan formalitas yang diajarkan di sekolah dengan jam yang minim.


Berkali-kali kurikulum pendidikan terus berganti. Beda menteri beda lagi aturannya. Tetapi nyatanya output pendidikan yang dihasilkan tidak menjadikan generasi berkepribadian mulia. Namun sebaliknya, krisis adab menggejala serta moral yang kian memburuk.


Dalam UU Sisdiknas 20/2013 tujuan pendidikan nasional adalah megembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt., berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap dan kreatif. Namun faktanya, kurikulum yang ada tidak mendukung dan menjamin terbentuknya generasi yang berkarakter tersebut. Apalagi dengan minimnya jam pelajaran agama di sekolah, maka semua ini tidak akan tercapai selama sistem pendidikan sekuler yang masih dipertahankan.


Dalam sistem pendidikan sekuler hanya akan menghasilkan output generasi yang bersifat individualis, bebas, gaya hidup yang konsumtif dan mendewakan materi. Berbeda dalam sistem Islam pendidikan di dalam Islam bertujuan untuk membentuk kepribadian Islam serta menjadikan generasi itu ahli dalam suatu bidang tertentu.


Seperti halnya di era peradaban Islam yang banyak melahirkan cendekiawan dan ilmuwan yang ahli dalam bidangnya. Seperti Al-khawarizmi seorang ahli matematika yang dikenal dengan Algibra atau Aljabar. Dalam kimia ada Jabir Ibnu Hayyan. Pendidikan dalam Islam menjadikan penanaman akidah sebagai hal yang utama. Kesadaran hubungan manusia dengan Allah merupakan kontrol terbaik atas seluruh perbuatan manusia, rasa takut kepada Sang Khaliq akan mendorong ketakwaan individu. Inilah rahasia kegemilangan peradaban Islam hingga menjadi mercusuar pendidikan global pada masanya.


Maka, sudah seharusnya menjadikan Islam sebagai standar dalam sistem pendidikan. Agar melahirkan generasi tangguh, cerdas dan berkepribadian Islam.Wallahualam bissawab. [DARA]


Penulis Ai Heni

Pegiat Literasi Kabupaten Bandung