Banyak Guru Tutup Lubang Gali Lubang Demi Pinjol
Opini
Dalam sistem negara kapitalis, peran untuk menjamin kesejahteraan para guru sering diabaikan. Mekanisme yang ada untuk memastikan gaji yang layak dan tunjangan sering kali rumit dengan persyaratan yang membingungkan
Selain itu, jika para guru ingin naik jabatan, mereka sering kali disibukkan dengan tugas administratif yang memakan waktu dan energi, sehingga hal tersebut sering membuat mereka terlalu fokus pada administrasi dan mengabaikan kualitas pengajaran
_________________________
Penulis Rini Sulistiawati
Kontributor Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Bebannya besar
Gajinya kecil
Kalau mengeluh
Disuruh sabar mulu!!!
Guru! Guru! Guru!
Itu namanya
Di dunia media sosial, terdapat lagu singkat yang cukup populer tentang keluhan guru mengenai beban kerja yang besar namun gaji yang minim. Lirik lagu dengan nada T-rex tersebut terasa seperti satire, tetapi tidak secara jelas menyebutkan sasaran dari satire tersebut.
Dikarenakan ketimpangan antara beban kerja yang ditanggung oleh para guru dengan kompensasi yang diterima, serta meningkatnya harga kebutuhan pokok tetapi gaji yang diterima tetap rendah. Akhirnya banyak guru yang memilih jalan pintas untuk mendapatkan uang dengan meminjam melalui layanan pinjaman online (pinjol).
Kejadian baru-baru ini, menurut laporan CNN Indonesia, mayoritas pengguna layanan pinjaman online (pinjol) di Aceh adalah guru sebanyak 42 persen. Kemudian, terdapat 20 persen korban pemutusan hubungan kerja (PHK), 18 persen adalah ibu rumah tangga (IRT). (CNN Indonesia, 11/08/2023)
Tongam Lumban Tobing, Ketua Satgas Waspada Investasi OJK, menjelaskan bahwa ada beberapa alasan mengapa guru meminjam uang melalui layanan pinjaman online. Salah satunya adalah untuk menutupi utang atau kredit lama dengan uang pinjaman baru, seperti dalam pepatah "gali lubang tutup lubang".
Namun, hal ini menjadi masalah besar, seperti yang terjadi di Semarang, di mana seorang guru honorer melakukan pinjaman melalui 114 platform pinjaman online. Tongam menegaskan agar tidak meminjam uang untuk menutupi utang lama, karena hal ini akan menjadi masalah besar di kemudian hari. (Media Indonesia, 21/6/2021)
Penyebab
Mengapa hal ini bisa terjadi? Bukankah para guru ini mengenyam pendidikan bahkan hingga jenjang perguruan tinggi? Ada apa dengan potret pendidikan kita?
Data ini sebenarnya sangat menyedihkan. Guru adalah sosok yang berperan penting dalam memberikan ilmu kepada generasi bangsa. Namun, kenyataannya nasib mereka tidak sepadan dengan jasanya. Tidak dapat disangkal bahwa gaji para guru, terutama guru honorer, masih jauh dari layak.
Padahal, guru juga manusia yang memiliki kebutuhan hidup yang perlu dipenuhi. Seharusnya mereka mendapatkan jaminan serta gaji yang layak agar kebutuhan mereka dapat terpenuhi dengan baik.
Fakta gali lubang tutup lubang ini mencerminkan betapa para guru sebagai kaum intelektual tampaknya tidak mampu berpikir kritis dan objektif. Mereka telah terjerat dalam orientasi materi yang tidak seharusnya. Hal ini mengingatkan kita bahwa orientasi yang salah dan dominasi nilai-nilai materialistik dapat mempengaruhi pemikiran dan sikap para guru, yang seharusnya menjadi contoh bagi generasi muda.
Guru dalam Sistem Kapitalis
Potret yang tidak memuaskan dari guru-guru dalam sistem kapitalisme memang terlihat jelas. Dalam sistem negara kapitalis, peran untuk menjamin kesejahteraan para guru sering diabaikan. Mekanisme yang ada untuk memastikan gaji yang layak dan tunjangan sering kali rumit dengan persyaratan yang membingungkan. Selain itu, jika para guru ingin naik jabatan, mereka sering kali disibukkan dengan tugas administratif yang memakan waktu dan energi, sehingga hal tersebut sering membuat mereka terlalu fokus pada administrasi dan mengabaikan kualitas pengajaran.
Di sisi lain, sistem kapitalisme membuat bisnis jasa keuangan ribawi seperti pinjol semakin berkembang pesat. Mereka menawarkan berbagai kemudahan dan iming-iming lainnya untuk menarik minat nasabah.
Masyarakat yang memiliki pandangan sekulerisme, yaitu memisahkan agama dari kehidupan sehari-hari, seringkali langsung tergoda dengan pinjol tersebut. Mereka bahkan tidak mempertimbangkan apakah praktik pinjaman tersebut halal atau haram, apalagi ketika perusahaan pinjol menggunakan label syariah sebagai promosi mereka.
Padahal, telah banyak terungkap bukti kekejaman dari perusahaan pinjol terhadap nasabah mereka. Sekali lagi, dalam sistem kapitalisme, kesejahteraan guru sangat memprihatikan.
Islam Solusinya
Berbeda dengan sistem Islam, para guru benar-benar mendapatkan jaminan kesejahteraan. Hal ini terbukti dalam sepanjang berdirinya negara Islam selama 1300 tahun. Salah satu bentuk kesejahteraan para guru dapat dilihat dari tingkat gaji yang mereka terima.
Imam Am Dasyiqi telah mengisahkan sebuah riwayat dari Al Wadliyah bin Atha yang menyatakan bahwa di kota Madinah terdapat tiga orang guru yang mengajar. Khalifah Umar bin Khattab membayar mereka masing-masing dengan jumlah 15 dinar.
Jika kita mengkonversi nilai dinar ke dalam kurs emas saat ini, yaitu 4,25 gram emas per dinar, maka jumlah tersebut setara dengan 63,75 gram emas. Mengingat harga emas saat ini sebesar 900.000 rupiah per gram, dapat disimpulkan bahwa gaji yang diterima para guru tersebut sangatlah besar, yaitu sekitar 57.357.000 rupiah. Jumlah ini jelas lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal.
Terlebih lagi, dalam sistem Islam kebutuhan dasar masyarakat seperti pendidikan, kesehatan, dan keamanan dijamin sepenuhnya oleh negara. Negara bertanggung jawab penuh dalam pembiayaan, penyediaan, dan pengelolaan semua fasilitas publik tersebut.
Konsep sistem ekonomi Islam yang diterapkan memungkinkan warga negara untuk mendapatkan layanan publik secara gratis dengan kualitas terbaik. Dengan adanya kebijakan ini, layanan-layanan publik menjadi lebih terjangkau dan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat.
Sistem ekonomi dalam Islam menawarkan jaminan yang luar biasa bagi rakyatnya, karena menggunakan prinsip syariat yang dikenal dengan istilah baitulmal. Sumber dana ini berasal dari harta fa'i, usyur, kharaj, jizyah, ghanimah, dan lain sebagainya. Dalam hal gaji guru sistem Islam akan mengalokasikan dana dari pos kepemilikan negara tersebut. Juga untuk pembiayaan layanan publik yang dananya berasal dari pengelolaan sumber daya alam secara mandiri oleh negara.
Dengan adanya kebijakan ini, semua warga, termasuk para guru, akan dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan baik karena mereka hidup dalam kondisi sejahtera. Dalam sistem Islam, ada jaminan dan keamanan dalam pemenuhan kebutuhan hidup.
Di sisi lain, baik masyarakat maupun negara sangat menyadari bahwa pinjaman online dan lembaga keuangan ribawi serta ekonomi non-riil lainnya dianggap haram.
Dalam konteks ini, kesadaran spiritual dan hubungan dengan Allah akan menjadi pengendali bagi individu untuk tidak memilih opsi tersebut. Karena ketika sistem Islam diterapkan akan muncul ketakwaan individu yang akan selalu merasa takut jika melakukan perbuatan yang melanggar perintah Allah Swt.
Sistem Islam juga akan menegakkan larangan pinjaman riba melalui kebijakan tidak diperbolehkannya sektor ekonomi non-riil muncul dan berkembang. Oleh karena itu, kemungkinan guru terjerat pinjol akan menjadi sangat kecil bahkan tidak ada.
Wallahualam bissawab. [GSM]