Alt Title

Siswa Bakar Sekolah, Satgasus Perundungan Bisakah Menjadi Solusi?

Siswa Bakar Sekolah, Satgasus Perundungan Bisakah Menjadi Solusi?

Maraknya kasus perundungan tidak bisa kita lihat dari satu faktor saja tapi harus komprehensif. Apakah karena faktor kenakalan, kemarahan, keusilan, balas dendam atau faktor ekonomi?

Bisa jadi merupakan hasil akumulasi dari beberapa faktor yang sudah memuncak sehingga mengakibatkan seseorang melakukan sesuatu di luar batas

____________________________


Penulis Elin Nurlina

Kontributor Media Kuntum Cahaya 




KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Fenomena bullying dari dulu memang sesuatu yang sudah ada, karena penulis sendiri pernah mengalami yang namanya bullying. Kalau kita lihat dari hasil reset, sebenarnya dari ilmu psikologi dan konseling, biasanya kalau ada anak yang menjadi korban bullying kemungkinan ada dua, dia tidak akan melakukan hal itu atau dia akan melakukan hal yang sama atau bahkan lebih.


Saya sendiri tidak terlalu mempersoalkan teman yang suka bullying ini. Namun, seiring berkembangnya zaman, lima tahun kasus bullying di negeri ini semakin memprihatikan. Kabar terbaru yang beredar ada seorang siswa membakar sekolahnya. Kejadian ini terjadi di Temanggung Jawa Tengah. Siswa ini melakukan pembakaran akibat dari sakit hati karena mengalami perundungan oleh teman sekolahnya. 


Menanggapi hal demikian, Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) sebagaimana dilansir oleh CNN Indonesia menyatakan sekolah perlu membentuk satuan tugas (satgas) khusus untuk mencegah dan menindaklanjuti kasus perundungan yang dialami oleh siswa di sekolah. Satgasus itu disarankan terdiri atas perwakilan guru, siswa dan orang tua. Namun, apakah dibentuk Satgasus bisa dijadikan solusi untuk mengurangi perundungan? Lalu, apa yang menjadi penyebab kasus perundungan anak di sekolah semakin marak? Bagaimana solusi tuntas menyelesaikan masalah perundungan anak di sekolah?


Maraknya kasus perundungan tidak bisa kita lihat dari satu faktor saja tapi harus komprehensif. Apakah karena faktor kenakalan, kemarahan, keusilan, balas dendam atau faktor ekonomi? Bisa jadi merupakan hasil akumulasi dari beberapa faktor yang sudah memuncak sehingga mengakibatkan seseorang melakukan sesuatu di luar batas. Tentu saja, hal ini perlu kita waspadai. 


Namun, yang lebih besar pengaruhnya karena penerapan sistem kapitalisme sekuler. Generasi saat ini jauh dari nilai-nilai agama karena negara lewat sistem pendidikannya meminggirkan agama dari kehidupan. Generasi yang lahir dari peradaban kapitalisme sekuler melahirkan generasi-generasi yang rapuh dan kurang beradab. Kepribadian yang terbentuk menjadikan pola pikir dan perilakunya tidak mencerminkan kepribadian Islam. Maka, kasus Perundungan dengan dibentuknya Satgasus bukanlah solusi efektif untuk mencegahnya. Oleh karena itu, semua pihak harus berupaya mencabut akar masalahnya. Karena kalau tidak dicabut akar masalahnya maka kasus tidak akan pernah selesai dan akan terulang lagi.


Perlu kita cermati, kalau ada Satgasus mengatasi masalah ini, siapa yang akan bertanggung jawab? Bentuknya seperti apa? Dan sejauh mana Satgasus ini menyelesaikan akar permasalahan? Sebab kasus bullying ini tidak bisa dilihat dari satu sisi, namun ini adalah masalah sistemik. Maka, yang sangat bertanggung jawab adalah selain keluarga, lingkungan masyarakat juga harus adanya peran negara. 


Tindakan preventif yang mesti dilakukan sebagai korban bullying adalah selesaikan permasalahan dirinya terlebih dulu, kuatkan mental dengan senantiasa taqarub ilallah. Lalu, orang terdekat baik itu dari keluarga maupun dari lingkungan memberikan support agar tidak melakukan hal demikian. Tak kalah pentingnya yaitu support system dengan hadirnya negara sebagai riayatu syuunil umat. Sebab negara punya kekuatan.


Dan itu bisa lewat sistem pendidikan dengan memberikan kurikulum pendidikan yang berasaskan Islam. Generasi dididik dengan kepribadian Islam sehingga pola pikir dan sikapnya juga Islam. Negara akan mengontrol segala sesuatu yang menimbulkan perundungan, apakah itu dari media sosial aau lainnya.


Selain itu, kasus perundungan yang paling besar adalah karena faktor ekonomi, dimana kalau kita lihat, generasi saling ejek-mengejek karena beda kelas ekonomi. Maka, di sinilah negara harus memberikan kesejahteraan secara merata kepada masyarakat.


Bukan hanya itu, untuk mencegah bullying harus ada sistem sanksi yang tegas yang menimbulkan efek jera bagi pelakunya. Semua itu hanya ada dalam sistem Islam yang menerapkan aturan Islam secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan bermasyarakat. Wallahualam bissawwab. []