Haji Mabrur dan Perjuangan
OpiniKaum muslim yang berhaji harus merasa terpanggil untuk berdakwah memperjuangkan Islam yang memiliki keutamaan yang besar di sisi Allah
Maka dari itu, janganlah umat berpuas diri seusai menunaikan haji
_____________________________
Penulis Ummi Qyu
Kontributor Media Kuntum Cahaya, Pegiat Literasi Komunitas Rindu Surga
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Saat ini, kaum Muslim di seluruh dunia telah usai melakukan segala rangkaian haji di Tanah Suci di tahun 1444 H/2023 M. Secara berangsur mereka pulang ke negrinya masing-masing dengan harapan mendapatkan predikat haji mabrur yang balasannya adalah surga.
Ibadah haji juga memiliki keutamaan yang setara dengan jihad fi sabilillah sesuai dengan hadist Nabi saw. yang artinya: "Orang yang berperang di jalan Allah, orang yang berhaji dan orang orang yang berumrah adalah tamu-tamu Allah. Allah mengundang mereka, mereka pun memenuhi permintaan mereka." (HR. Ibnu Majah)
Salah satu sejarah, ketika dunia Islam di cengkram oleh Eropa adalah pemberontakan petani Banten 1888 yang dipimpin oleh sejumlah tokoh haji. Mereka melawan penjajah Belanda, yang terinspirasi dari pengalaman para tokoh umat saat di Makkah, juga perang perlawanan Aceh terhadap kolonial Belanda
Menurut Snouck Hurgronje (penasehat urusan pribumi untuk kolonial Hindia-Belanda) "Para haji adalah wabah masyarakat pribumi. Mereka mendorong penduduk asli untuk melawan, menabur fanatisme dan kebencian terhadap orang Eropa." Snouck diutus ke Makkah untuk mengamati hal itu, akan tetapi akhirnya ia dideportasi dari Makkah.
Oleh karena itu, ia menyarankan kepada kolonial Belanda sehingga muncul peraturan dalam Staatsblad 1903 tentang pembatasan ibadah haji dan memeriksa setiap orang. Khawatir mereka memiliki watak revolusioner, terjangkiti ideologi kemerdekaan dan melakukan pemberontakan, lalu jemaah haji akan mendapatkan "ujian haji" semacam melakukan screening (penyaringan) bagi yang lulus akan diberi gelar haji bahkan diberi pakaian khusus haji seperti peci dan jubah putih, dengan tujuan agar kaum penjajah dapat mengawasi mereka.
Apa Hakikat Haji Mabrur?
Jika ditarik garis besar dari pendapat para ulama, orang yang berhak mendapatkan status haji mabrur yaitu yang tidak melakukan dan mengulang lagi kemaksiatan seusai berhaji, juga melakukan kemungkaran seperti ongkos haji dengan uang haram (riba, suap, korupsi, merampas aset rakyat dan lain sebagainya), menelantarkan hukum-hukum Allah swt. mengkriminalisasi ajaran Islam, menghalang-halangi dakwah penerapan syariah Islam, berkolusi dengan korporasi dan lain sebagainya.
Ibadah haji sangat perlu dihayati oleh semua umat bahwa ibadah ini bukan sekadar memenuhi dimensi ruhiyah (spiritual) saja, tapi memenuhi dimensi siyâsiyah (politik) dan perjuangan. Sebab di dalam kegiatan ibadah haji telah tercermin keberhasilan Islam yang menjadi ideologi yang meleburkan umat manusia menjadi tempat peleburan (melting point) raksasa untuk seluruh umat manusia.
Allah Swt. berfirman yang artinya: "Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian agama kalian, telah Kucukupkan nikmat-Ku untuk kalian dan telah Kuridai Islam sebagai agama kalian." (TQS. Al-Maidah [5]: 3)
Sebagaimana ayat di atas, yang seharusnya merasuk dalam jiwa setiap Muslim, khususnya jemaah haji, bahwa pada saat momen itu Allah Swt. telah menetapkan Islam sebagai sistem kehidupan yang sempurna dan menyeluruh. Bukan hanya mengatur ritual ibadah haji semata, di dalamnya juga mengatur kehidupan sosial, ekonomi, politik dan kenegaraan. Karena itu, sepatutnya tidak ada aturan hidup lain yang pantas menggantikan atau dijadikan pilihan oleh kaum Muslim, karena hanya Islam yang paling pantas dan sesuai dengan fitrah manusia.
Apalagi dengan adanya tragedi bersejarah yang membekas untuk umat muslim di Nusantara. Pada saat itu, besar harapannya untuk bisa memberi inspirasi perjuangan dan membangkitkan kembali dalam setiap pelaksanaan ibadah haji. Tak ayal selain mewajibkan ibadah haji, Allah Swt. juga telah mewajibkan dakwah untuk memperjuangkan Din-Nya. Bahkan, Nabi saw. menyebutkan jihad sebagai amal yang utama di atas ibadah haji, kedudukan berdakwah di hadapan penguasa yang zalim justru disebut oleh Nabi saw. sebagai jihad yang paling utama.
Nabi saw. bersabda: "Jihad yang paling utama ialah menyatakan kebenaran di hadapan penguasa zalim." (HR. Abu Dawud)
Oleh karena itu, kaum Muslim yang berhaji harus merasa terpanggil untuk berdakwah memperjuangkan Islam yang memiliki keutamaan yang besar di sisi Allah. Maka dari itu, janganlah umat berpuas diri seusai menunaikan haji. Karena dibalik itu semua masih banyak kewajiban yang lebih utama yang harus ditunaikan kaum Muslim. Salah satunya yaitu menyerukan kewajiban penerapan syariat Islam secara kaffah (menyuluruh) dalam institusi pemerintahan Islam. Wallahualam bissawab. [DH]