Alt Title

Agar Terbebas dari Inner Child

Agar Terbebas dari Inner Child

Bersikap baik kepada orang tua, bukan karena orang tua baik kepada kita, tetapi karena Allah Swt. yang memerintahkan

Bagaimanapun kondisi orang tua baik atau tidak kepada kita, kenyataannya mereka tetap orang tua kita, jadi tetap harus berbuat baik. Jika petunjuk ini dilaksanakan, maka tidak akan ada inner child yang membenci atau dendam pada orang tua

_______________________________




KUNTUMCAHAYA.com, PARENTING - Pemerhati Keluarga dan Generasi, Ustazah Dedeh Wahidah Achmad mengungkapkan bahwa ada orang tua yang tidak mencerminkan sifat dewasa. Sikapnya masih seperti anak kecil. Apakah itu? Mengapa fenomena ini bisa terjadi? Bagaimana pandangan Islam mengenai hal ini? 


"Jadi, perilaku ini adalah perilaku di masa kecil yang masih berpengaruh dalam kehidupan dewasa. Salah satu ahli dalam bukunya, homeschooling mengatakan bahwa inner child adalah pengalaman masa kanak-kanak yang belum tuntas dan berdampak pada masa dewasa. Jika dia seorang suami masih dipengaruhi masa kanak-kanaknya, jika dia seorang istri bahkan telah menjadi orang tua, pengalamannya, pengasuhannya di masa lalu akan berpengaruh terhadap perilakunya sekarang," tuturnya dalam kajian Tsaqafah Islam: Agar Terhindar dari Inner Child di Youtube Muslimah Media Center (MMC), Minggu (09/07/2023).


Tentu saja ini sangat berbahaya. Jika tidak terselesaikan akan memengaruhi kehidupannya di masa depan. Ada dua bahaya yang akan diakibatkan oleh inner child ini. Pertama, mewajarkan kesalahan karena ia dididik oleh orang tuanya seperti itu, jadi dia akan mewajarkan kesalahan kepada anaknya. Kedua, memengaruhi sikap pada orang tua yaitu menyalahkan dan dendam. Melakukan kesalahan tetapi menyandarkan kesalahannya kepada orang lain. 


Ustazah Dedeh menjelaskan, sudut pandang Islam mengenai inner child. Pertama, introspeksi bagi orang tua. Mungkin orang tua memberikan pendidikan yang buruk, memberikan kasih sayang, atau gaya komunikasi yang tidak baik dan menghasilkan rasa sakit atau pengaruh buruk bagi anak mereka. 


Sementara, orang tua dalam Islam lintasan hati dan pikiran harus baik pada anaknya. Orang tua senantiasa menyalurkan energi positif, husnuzan, berdoa yang terbaik kepada Allah Swt., bersyukur kepada Allah dengan mengucapkan Rabbi habli minasshalihin, memberikan kepada kita anak yang saleh. 


Ucapan orang tua dalam Islam tidak boleh mencaci, tidak boleh menghardik, tidak boleh menghina, tidak boleh marah berlebihan, senantiasa harus mengontrol emosi. Lalu, orang tua memberi teladan jika salah, minta maaf. Jika membutuhkan bantuan, memulai dengan meminta tolong dan tidak lupa mengucapkan terima kasih.


"Realitas saat ini, banyak orang tua yang tidak mengerti hal itu, terutama dengan tekanan hidup sekarang. Banyak orang tua yang hanya menikah dan memiliki anak tetapi tidak mempunyai pengetahuan untuk menjadi orang tua yang baik. Bagaimana mau berkomunikasi secara harmonis, bagaimana mendidik anak, karena mereka sibuk dengan tekanan hidup," ujarnya. 


Ayah menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah karena kehidupan yang sulit agar bisa bertanggung jawab pada keluarganya. Pendidikan dan kesehatan ditanggung oleh mereka sendiri. Dampaknya, ayah harus membanting tulang untuk mendapat pekerjaan. Bahkan, tidak sedikit ibu yang juga bekerja. 


Ketika energi dan waktu habis untuk mencari nafkah, lalu perhatian, pendidikan kepada anak terpengaruh, berkurang, bahkan mungkin mendidik anak dengan cara yang salah. Pengalaman mendidik anak yang diterapkan orang tuanya di masa lalu, akan ia terapkan kembali saat menjadi orang tua. 


"Dari sisi orang tua, fenomena inner child menjadi kewaspadaan untuk muhasabah. Jangan mewariskan pendidikan yang negatif. Dari sisi anak, yang dulu diperlakukan atau dididik oleh orang tua baik disadari maupun tidak oleh orang tua kita telah membekas dan menyakiti kita, maka akan berdampak dalam mendidik anak kita", jelasnya. 


Ustazah mengungkapkan, dalam dunia kapitalisme-liberal sah saja ada anak yang mendendam pada orang tua karena orang tua mengajarkan kekerasan. Tentu saja kita harus memutus rantai ini, kita tidak boleh menyimpan dendam pada orang tua kita. Allah Swt. berfirman di dalam Al-Qur'an surah Al-Isra ayat 23. 


Di dalam surat Al-Isra ayat 23 dijelaskan bahwa kita harus berbuat baik kepada kedua orang tua. Bersikap baik kepada orang tua, bukan karena orang tua baik kepada kita, tetapi karena Allah Swt. yang memerintahkan. Bagaimanapun kondisi orang tua baik atau tidak kepada kita, kenyataannya mereka tetap orang tua kita, jadi tetap harus berbuat baik. Jika petunjuk ini dilaksanakan, maka tidak akan ada inner child yang membenci atau dendam pada orang tua. 


Allah Swt. memerintahkan muslim untuk menjaga lisannya dan menggunakan kata-kata yang baik ketika berbicara pada orang tua. Perkataan yang baik akan mengkondisikan untuk turun kebencian. Kita harus menjadi anak yang saleh, berbuat baik pada mereka, dan memutus pengaruh negatif. Jangan biarkan inner child kita memengaruhi anak-anak kita dan menjadi orang tua yang buruk.


Kita harus mengedepankan kasih sayang, karena kasih sayang orang tua sepanjang masa. Meskipun kita sudah dewasa, sudah menjadi orang tua, orang tua tetap menyayangi kita. Dengan begitu, akan menghapus memori buruk tentang orang tua kita dan tidak akan berpengaruh pada diri kita.


"Kelembutan kita terhadap anak-anak kita dan kita selalu menyayangi, menghormati, memuliakan orang tua kita tanpa memedulikan keadaan mereka ketika mendidik kita. Kita selalu berdoa dan bersyukur atas kebaikan mereka. Meraih sakinah dengan penerapan syariat secara kafah," pungkasnya. Wallahualam bissawab. [Siska]