Alt Title

Selamatkan Negeri dari Generasi Stroberi

Selamatkan Negeri dari Generasi Stroberi

Fenomena generasi stroberi ini memiliki penyebab kemunculannya. Bisa dari didikan orang tua yang serba memfasilitasi kehidupannya, adanya self diagnosa tanpa dampingan ahli remaja sehingga akan mendiagnosa dirinya sendiri berdasarkan media sosial yang dia lihat. Dia pun akan menyimpulkan kesamaan terhadap cerita kehidupan yang mereka alami. Dan yang ketiga atmosfer kehidupan yang penuh dengan energi negatif yang kompleks seperti kehidupan materialisme konsumerisme

________________________


Penulis Inge Oktavia Nordiani

Kontributor Media Kuntum Cahaya




KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Dalam sebuah perjalanan hidup tentu terdapat pergantian zaman dari generasi ke generasi. Mulai dari generasi baby boomers, generasi X, generasi Y, generasi Z dan seterusnya. Ramai diperbincangkan generasi Z adalah generasi yang penuh dengan liku-liku kehidupan. Utamanya tentang hakikat sebuah keberadaban kehidupan yang mulai luntur seiring dengan pesatnya perputaran zaman. Generasi Z adalah era yang tidak pernah mengenal kehidupan tanpa teknologi sehingga memunculkan sebuah fenomena kehidupan.


Ya, status sebagai generasi stroberi erat dilekatkan pada generasi Z walaupun pada faktanya tidak melulu generasi Z yang menjangkiti istilah ini. Sebutan generasi stroberi tidak terlepas pada karakteristik buah stroberi yang secara luarannya tampak begitu indah, kuat, eksotis, tetapi begitu dipijak, digores atau ditekan, ia mudah sekali hancur. Inilah yang menggambarkan generasi stroberi yaitu generasi yang penuh dengan gagasan kreatif tetapi mudah menyerah dan gampang sakit hati. Hidupnya terlalu sering membutuhkan asupan healing


Tentu di samping kelemahan ada pula kelebihannya. Mereka kreatif, inovatif, kritis. Namun, generasi yang amat erat sekali dengan gadget ini tidak jarang terjebak dalam zona nyaman sehingga membuat mereka ingin hidup serba instan, kurang memiliki tanggung jawab, mudah menyerah dan memiliki harapan yang tidak realistis. 


Sebuah cerita yang viral tentang seorang mahasiswa yang baru merasakan kuliah satu semester saja sudah merasa terbebani sekali dengan tugas-tugas dan kehilangan waktu luangnya sehingga membutuhkan waktu healing selama 6 bulan. Belum lagi kasus-kasus tentang remaja yang bunuh diri dengan alasan-alasan yang 'sepele' seperti putus cinta. Banyaknya pelajar yang terjebak self harm yaitu menyakiti dirinya sendiri dengan menyayat pergelangan tangannya.  Kemudian kasus-kasus bullying hingga kurangnya daya juang menghadapi kehidupan selanjutnya.


Dalam Al-Qur'an surah An-Nisa ayat 9 Allah Swt. telah memberikan peringatan kepada kita manusia, "Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka, oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar."


Tentu fenomena generasi stroberi ini memiliki penyebab kemunculannya. Bisa dari didikan orang tua yang serba memfasilitasi kehidupannya, adanya self diagnosa tanpa dampingan ahli remaja sehingga akan mendiagnosa dirinya sendiri berdasarkan media sosial yang dia lihat. Dia pun akan menyimpulkan kesamaan terhadap cerita kehidupan yang mereka alami. Dan yang ketiga atmosfer kehidupan yang penuh dengan energi negatif yang kompleks seperti kehidupan materialisme konsumerisme.


Oleh karena itu dibutuhkan adanya sinergisitas antara ketangguhan orang tua di dalam memberikan pola asuh terhadap anak. Pola asuh akan kuat dengan menanamkan akidah sejak dini kepada anak sehingga mereka menjadi pribadi yang beradab, terdidik dan bernalar kritis. Tidak akan muncul lagi  semboyan, "lahir sesar, mudanya kaya raya dan foya-foya, matinya masuk surga".


Peran masyarakat pun sangat penting sebagai penjaga terdekat remaja yang sedang bertumbuh. Masyarakat akan menjadi pengontrol tingkah laku generasi tersebut. Dan yang tidak kalah penting adalah peran dan pengaruh besar sebuah negara yang memberikan sebuah aturan kehidupan. Sebagai contoh kurikulum pendidikan yang terbaik yang bisa mencetak kemuliaan adab bagi generasi. Kurikulum pendidikan terbaik tentu rujukannya adalah aturan Ilahi. Wallahualam bissawab. []