Alt Title

Semangat Jihad di Bulan Ramadan

Semangat Jihad di Bulan Ramadan



Sepanjang sejarah, Ramadan berisi aktivitas jihad dan penaklukan oleh kaum Muslim. Pada masa Nabi saw. terjadi dua peristiwa besar, yakni Perang Badar al-Kubra di Ramadan tahun kedua Hijriyah dan Penaklukan Makkah pada 10 Ramadan 8 H. Selain itu ada juga Perang Hittin, yang bertepatan dengan musim panas 1187 M dan Perang 'Ain Jalut melawan invasi pasukan Mongol

_________________________


Penulis Ummi Qyu

Kontributor Kuntum Cahaya dan Pegiat Dakwah Komunitas Rindu Surga


KUNTUMCAHAYA.com - Tidak terasa Ramadan telah kita lalui lebih dari setengahnya bahkan sudah hampir meninggalkan kita. Tentu kita akan bersedih, karena bulan yang bertabur pahala ini akan segera berakhir, sementara kita masih belum maksimal menjalankan ibadah saum dan ibadah lainnya sebagaimana kaum Muslim di zaman Rasulullah saw.. 


Patutlah kita contoh kaum Muslim pada zaman Rasulullah saw..  Diimana, saat itu mereka berjuang mengorbankan jiwa dan raga demi menyebarkan agama Allah Swt.. Dalam keadaan menahan haus dan lapar, kaum Muslim tetap semangat membara mengibarkan bendera Islam. 


Sepanjang sejarah, Ramadan berisi aktivitas jihad dan penaklukan oleh kaum Muslim. Pada masa Nabi saw. terjadi dua peristiwa besar, yakni Perang Badar al-Kubra di Ramadan tahun kedua Hijriyah dan Penaklukan Makkah pada 10 Ramadan 8 H. Selain itu ada juga Perang Hittin, yang bertepatan dengan musim panas 1187 M dan Perang 'Ain Jalut melawan invasi pasukan Mongol.


Saat ini peperangan itu masih dirasakan oleh saudara seiman kita di sejumlah negeri, seperti Palestina. Di bulan Ramadan yang mulia ini, mereka juga berjuang mempertahankan tanah kelahirannya, agama, jiwa dan raga. Rakyat Palestina telah lama kehilangan sebagian besar tanah airnya akibat dari kekejaman agresi militer Israel yang didukung Barat.


Juga nasib Muslim Rohingya di Myanmar, seperti yang tidak pernah ada habisnya menjadi korban kekejaman militer Budha. Muslim Uyghur di Cina mengalami aksi genosida (bentuk kejahatan dengan memusnahkan kelompok masyarakat tertentu secara sistematis dan sengaja), bahkan di bulan Ramadan mereka dilarang untuk menjalankan puasa. Astaghfirullah. 


Namun, mengapa masih saja ada seorang Muslim menghina atau bahkan menuduh jihad sebagai ajaran teroris? Padahal sudah dinyatakan bahwa jihad merupakan salah satu ajaran Islam, yang aktivitasnya akan dibalas oleh Allah Swt.. dengan pahala. Dengan kesempurnaanya agama Islam mengajarkan adab-adab luhur dalam melaksanakan jihad. Seperti larangan membunuh wanita, anak-anak dan rahib, merusak rumah-rumah ibadah, membunuh hewan ternak, juga merusak tanaman. 


Kaum Muslim akan dapat banyak pujian dari Allah dan Rasul-Nya bagi yang melaksanakan jihad fi sabilillah. Namun sayangnya, saat ini jihad kerap dimaknai sebatas bersungguh-sungguh. Seperti suami yang sedang mencari nafkah, seorang ibu yang berjuang melahirkan anaknya, dan lain sebagainya. 


Padahal jihad dalam makna syariat, adalah qital (perang). Ibnu Rajab al-Hanbali menerangkan bahwa jihad adalah mengerahkan usaha dalam memerangi kaum kafir. (Fath al-Bâri,3/6)


Selain itu, dalam kitab fikih pembahasan jihad selalu seputar perang, harta rampasan perang, perjanjian damai dan lain sebagainya. Perintah berjihad juga terdapat dalam Al-Qur'an dan assunah yang telah disebutkan oleh baginda Nabi saw., bahwasannya: "Pokok dari perkara agama adalah Islam, tiangnya adalah shalat dan puncaknya adalah jihad." (HR. At-Tarmizi)


Jihad tidak pernah terhapuskan sekalipun belum ada pemimpin Islam untuk memimpin kaum Muslim di seluruh dunia. Karena, kewajiban untuk berjihad akan terus berlangsung sampai hari kiamat tiba. Dahulu umat Islam memiliki junnah (perisai) yang melindungi mereka. Palestina dan Yerusalem dapat direbut kembali dari cengkeraman musuh di bawah kepemimpinan Islam. Namun lain halnya dengan umat pada hari ini, mereka kehilangan pelindungnya, yakni pemimpin dunia Islam. Sehingga di bulan Ramadan ini masih banyak saudara kita yang belum kondusif melaksanakan ibadah puasa, shalat tarawih dan buka bersama keluarga.


Oleh karenanya kita sebagai umat Muslim harus memperjuangkan adanya kepemimpinan Islam, berjihad meninggikan kalimat Allah meskipun pada bulan Ramadan. Karena bulan Ramadan bukan untuk bermalas-malasan, akan tetapi bulan untuk meraih pahala sebanyak-banyaknya. Wallahu a'lam bi ash-shawwab. []