Alt Title

KESALAHAN POLA ASUH, CERMIN ABAINYA NEGARA MENYIAPKAN ORANGTUA DALAM MENDIDIK ANAK

KESALAHAN POLA ASUH, CERMIN ABAINYA NEGARA MENYIAPKAN ORANGTUA DALAM MENDIDIK ANAK


Kesalahan pola asuh akan menjadikan perilaku anak buruk. Hal ini terjadi karena ketidaksiapan peran sebagai orangtua


Seharusnya itu menjadi bagian kurikulum pendidikan dalam semua jenjangnya. Faktanya, kesadaran pentingnya ilmu menjadi orangtua, malah menjadi salah satu peluang bisnis dalam sistem Kapitalisme


Penulis Ummu Azzam 

Kontributor Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com-Peristiwa penganiayaan sadis yang dilakukan oleh anak pejabat yang viral akhir-akhir ini, menimbulkan keprihatinan banyak orang. Betapa tidak, anak yang berada di lingkungan terpelajar dan kemewahan fasilitas yang dimiliki, ternyata tidak mampu membentuk anak untuk memiliki attitude dan karakter yang baik.


Kasus penganiayaan yang dilakukan anak mantan pejabat pajak, MDS (20) terhadap CDO (17) terus diusut polisi. Ada dua perempuan yang menjadi saksi dalam kasus ini.


Dalam kasus penganiayaan terhadap korban ini, polisi sudah menetapkan dua tersangka. Pertama adalah MDS, yang merupakan anak eks-pejabat pajak, dan S alias SLRL (19). Pelaku disebut menendang hingga menginjak kepala korban beberapa kali. Ia juga memukul kepala korban berkali-kali, yang akhirnya menyebabkan korban mengalami koma. (detikcom, 25/02/3023)


Menyikapi kekerasan yang terjadi dan dilakukan oleh anak pejabat tersebut, berarti ini ada sesuatu yang salah. Padahal kalau kita lihat, orangtuanya kaya raya dan berpendidikan tinggi. Namun kenapa anaknya tega menganiaya anak orang lain sampai koma? Jelas ini ada yang salah dalam pola asuh yang diterapkan selama ini atau ada suatu kekosongan di batin dan di jiwa anak tersebut.


Kenapa bisa demikian? Karena mungkin saja yang terpenuhi selama ini hanyalah fasilitas dan fisiknya saja, tetapi tidak dengan jiwanya. Banyak orangtua yang salah kaprah banting tulang bekerja keras dan tidak tega anaknya mandiri, tidak tega anaknya bekerja keras sehingga dari kecil tak henti memenuhi keinginan anak.


Kesalahan pola asuh dalam keluarga akan menjadikan perilaku anak yang buruk. Hal ini dapat terjadi karena ketidaksiapan dalam berperan sebagai orangtua. Peran tersebut merupakan satu keniscayaan, sehingga sudah seharusnya menjadi bagian dalam kurikulum pendidikan dalam semua jenjang pendidikan. Tetapi pada faktanya kesadaran akan pentingnya ilmu menjadi orangtua, malah menjadi salah satu peluang bisnis dalam sistem Kapitalisme.


Islam memahami betul peran penting orangtua dalam mendidik, tidak hanya menyiapkan anak dalam mengarungi kehidupan dunia, namun juga agar selamat di akhirat. Ini adalah bentuk tanggung jawab yang Islam bebankan kepada negara, karena disadari betapa pentingnya generasi untuk membangun peradaban yang mulia.


Namun justru saat ini hal tersebut tidak kita dapatkan dalam sistem pendidikan Indonesia. Negara tampak lemah tidak berdaya dalam memperbaiki kondisi generasi yang kian hari menunjukkan merusakan yang makin menjadi. Generasi yang lahir hanya cakap ilmu, tetapi bobrok dalam perilaku.

Semua itu buah dari paham sekularisme.  Sistem pendidikan berbasis sekulerisme menjadikan orientasi sekolah bukan lagi menimbah ilmu tetapi bagaimana mencetak buruh terdidik.


Maka dari itu Islam memandang bahwa menjaga kualitas generasi merupakan hal penting, semua elemen dilibatkan dalam membentuk generasi terbaik.


Pertama, pihak keluarga. Islam memerintahkan agar orangtua mendidik anak-anak dengan akidah Islam, bukan nilai-nilai materialistik. Karena hal tersebut akan meninggikan egonya. Akidah Islam akan menuntun mereka menjadi pribadi yang memiliki akhlakul kharimah (akhlak mulia), sehingga baik anak pejabat atau biasa, tidak ada yang merasa rendah diri atau tinggi hati. Itu karena keimanan adalah pembeda bagi keduanya.


Kedua, pihak masyarakat. Penting sekali adanya kesadaran untuk saling kontrol satu sama lain di dalam kehidupan masyarakat. Karena Islam mewajibkan aktivitas amar makruf nahi mungkar yaitu saling menasehati pada kebaikan dan mencegah pada kemungkaran di tengah masyarakat.


Ketiga, peran Negara. Negara diharapkan bisa menerapkan sistem pendidikan Islam karena sekolah merupakan lembaga pendidikan yang diharapkan mampu mengarahkan dasar-dasar pendidikan yang sesuai dengan ajaran Islam. Jadi dengan adanya lembaga tersebut dapat membantu orangtua memenuhi kebutuhan anak untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan pembinaan kepribadian. Di sekolah seorang anak mencoba untuk melakukan dialog dengan guru, berkomunikasi dengan teman-temannya dan melakukan proses belajar yang sengaja dirancang oleh lembaga sekolah.


Pendidikan merupakan sebuah kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi. Dalam Islam sendiri tujuan pendidikan adalah mencetak generasi bersakhsiyah Islam (memiliki kepribadian Islam) yang meliputi aqliyah (pola pikir) dan nafsiyah (pola sikap). Sekolah merupakan penyelenggara pendidikan memiliki kontribusi yang sangat berpengaruh bagi setiap anak didik terutama para remaja. 


Hanya dengan sistem pendidikan berbasis Islamlah solusi untuk  melahirkan generasi terbaik dan terdidik yang berakhlakul kharimah. Semua itu bisa terwujud hanya dengan penerapan sistem Islam yang kafah (menyeluruh). Wallahu a’lam bi ash-shawwab.